Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dimas Aldean

Anak Kebanggaan: Ambisi Duniawi dan Kehilangan Nilai Keluarga

Sastra | 2025-05-28 16:41:51
Ilustrasi keluarga. (Sumber: https://www.pexels.com/)

Kumpulan cerita pendek "Anak Kebanggaan" yang ditulis oleh A. A. Navis menyajikan cerita yang sangat relevan dengan kondisi sosial di Indonesia, khususnya mengenai hubungan antara orang tua dan anak. Bagi saya sebagai pembaca, cerita ini tidak hanya menggambarkan kebanggaan seorang ayah terhadap anaknya, tetapi juga menawarkan ironi dan kritik sosial yang tajam mengenai perubahan nilai yang terjadi dalam keluarga.

Tokoh Ompi, sang ayah, digambarkan sebagai sosok yang rendah hati, penuh kasih sayang, dan bersedia berkorban untuk anak tunggalnya, Indra Budiman. Ia mencerminkan banyak orang tua yang menaruh semua harapan dan kebahagiaan pada keberhasilan anak mereka. Namun, cinta dan pengorbanan Ompi tidak dibalas dengan baik oleh Indra. Sikap dingin dan ketidakpedulian Indra terhadap Ompi membuat cerita ini menjadi sangat menyentuh, seakan cinta orang tua hanya menjadi kewajiban masa lalu yang mudah terlupakan.

Indra Budiman merupakan representasi anak-anak masa kini yang terfokus pada pencapaian pribadi dan ambisi duniawi. Ia di anggap berhasil secara materi, tetapi kehilangan rasa empati, penghormatan, dan kedekatan dengan orang tuanya. Cerpen ini mengingatkan saya bahwa kesuksesan akademis dan status sosial bukanlah jaminan terbentuknya karakter yang lengkap dan berakhlak baik. Seringkali, nilai-nilai kemanusiaan dan rasa hormat kepada orang tua jadi diabaikan.

Konflik emosional yang dialami Ompi menjadi salah satu poin kuat dalam cerpen ini. Di satu sisi, ia merasa bangga dengan prestasi anaknya, tetapi di sisi lain, ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa anak yang dibanggakan tak sesuai harapan. Cerita ini membuat saya berpikir, apakah kita sebagai anak telah benar-benar menghargai dan membalas cinta orang tua dengan perilaku yang semestinya?

A. A. Navis juga dengan cerdas menyelipkan kritik sosial mengenai perbedaan nilai antara desa dan kota. Indra, yang merantau ke Jakarta, perlahan menjauh dari akarnya dan nilai-nilai yang diajarkan oleh ayahnya. Ia menjadi produk dari masyarakat yang lebih menjunjung tinggi gelar dan jabatan, namun melupakan pentingnya menjaga hubungan dengan manusia, khususnya dengan orang tuanya.

Cerpen ini juga berfungsi sebagai refleksi bagi anak-anak dan orang tua. Besar harapan yang ada di pundak seorang anak, serta beratnya kesedihan yang muncul saat harapan itu hancur. Kisah Ompi dan Indra menyadarkan saya bahwa menjadi "anak kebanggaan" bukan sekadar soal prestasi, tetapi juga tentang tanggung jawab, sikap, dan kesadaran akan cinta yang telah menghidupi kita sejak kecil.

Secara keseluruhan, "Anak Kebanggaan" adalah karya yang sederhana namun penuh makna. Ia mengingatkan kita bahwa cinta orang tua adalah anugerah yang tak ternilai, dan menghargai mereka adalah bentuk kebanggaan yang sejati. Cerpen ini layak dijadikan bahan renungan, supaya kita tak terperangkap dalam ambisi pribadi dan lupa akan akar serta cinta yang telah membesarkan kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image