Refleksi Perjuangan: Al-Khansa, Ibunda Para Syuhada
Khazanah | 2022-10-07 18:47:50Teringat kisah Al Khansa’, sahabat wanita yang agung, ibu yang beriman dan penyabar. Ia adalah ibu dari para syuhada, penyair ratsa’ (ratapan), dan wanita yang setia. Nama lengkapnya adalah Tamadhur binti ‘Amr al-Harits ibn asy-Syarid ibn Rabbah. Nasabnya berujung pada Bani Mudhar yang terkenal dan oleh Rasulullah dianggap sebagai cagar kabilah-kabilah Arab.
Ia diberi nama Tamadhur karena kulitnya yang sangat putih. Namun, ia lebih dikenal dengan nama julukan al-Khansa yang merupakan bentuk mu’annats dari Akhnas. Kata ini merupakan kata sifat, artinya hidung yang menjorok ke belakang (pesek) atau pendeknya tulang hidung.
Sifat-sifat yang banyak dan terangkum dalam pribadi al-Khansa itu jarang sekali ditemukan pada diri seseorang. Ia telah merangkum sifat muru’ah (menjaga diri/kehormatan), kepahlawan, ketulusan, dan keberanian. Di samping itu, ia adalah seorang ibu yang pengasih, yang merawat anak-anaknya dengan cinta dan iman kepada Allah, cinta jihad fi sabilillah, dan taat kepada Rasulullah saw.
Al-Khansa adalah seorang penyair ratsa’ (ratapan) yang indag dan menarik, tiada duanya di antara wanita kaumnya. Karena itu, al-Khansa menjadi pusat perhatian para pembesar dan kesatria Arab. Ia pun disunting dan dinikahi oleh Rawahah ibn Abdul Aziz as-Sulma dan memberikan beberapa anak yang pemberani, dan menjadi pusat perhatian kaumnya pada masa jahiliyah. Selanjutnya, mereka menjadi kebanggan bagi Arab dan Islam setelah munculnya dakwah Islam.
Setelah munculnya dakwah Islam, al-Khansa adalah salah seorang yang bergegas menemui Rasulullah bersama beberapa kaumnya dari Bani Sulaim. Al-Khansa menyatakan bai’at kepada Rasulullah untuk beriman kepada Allah dan sunnah Rasul-Nya. Ia pun mengumumkan Islam dan membangun akidah tauhid lalu menjadi Muslimah yang baik hingga menjelma menjadi salah satu simbol yang berkilau bagi keberanian dan harga diri, serta menjadi simbol yang bersinar bagi ibu Muslimah.
Al-Khansa bersungguh-sungguh membimbing anak-anaknya dengan ajaran Islam dan menanamkan keimanan yang teguh. Empat puteranya dipupuk dengan kehalusan syairnya hingga muncul sebagai pejuang yang tangkas. Ia adalah contoh yang indah bagi ibu yang pemberani dan beriman kepada Allah swt. Peristiwanya terjadi ketika al-Mutsna ibn Haritsah asy-Syaibani menuju Qadisiyah. Hal ini terjadi pada masa kekhalifahan Amirul Mukminin Umar ibn Khathathab ra. Al-Khansa bersama keempat putranya bergabung dalam pasukan ini.
Di dalam medan perang, pada masa saat pasukan saling berperang, al-Khansa mengumpulkan keempat anaknya yang kesatria untuk mengarahkan dan mendorong agar ikut berperang. Ia dorong mereka agar tidak lari dari medan perang dan berani menjadi syuhada di jalan Allah swt. Kepada mereka, al-Khansa mengucapkan kata-kata yang penuh iman dan keberanian serta sebagai pembakar semangat anak-anaknya.
Al-Khansa berkata, “Wahai anak-anakku, kalian masuk Islam dengan taat dan kalian hijrah dengan sukarela. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya kalian adalah anak-anak dari ayah dan ibu yang sama. Aku tidak berkhianat kepada ayah kalian. Aku tidak ingin mencela paman-paman kalian. Aku tidak pernah menurunkan derajat kalian dan tidak pernah mengubah nasab kalian. Kalian sudah tahu pahala besar yang dijanjikan Allah kepada kaum Muslimin dalam berperang melawan kaum kafir. Ketahuilah bahwa negeri abadi itu lebih baik daripada negeri yang fana.”
Allah swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (TQS. Ali-Imran : 200)
Al-Khansa melanjutkan, “Jika esok kalian memasuki pagi hari dengan selamat, bersiaplah untuk memerangi musuh kalian dengan sadar. Mintalah pertolongan kepada Allah untuk menghadapi musuh-musuh-Nya. Jika kalian melihat perang telah berkecamuk dan api pertempuran telah membara serta berkobar, terjunlah ke dalamnya dan perangilah pemimpinnya dengan berani agar kalian memperoleh kemenangan dan kemuliaan dalam keabadian dan kelanggengan.”
Semua puteranya memenuhi seruan perjuangan itu dengan bekal harapan ibu yang senantiasa merindukan ridho Ilahi. Keempat putranya memperoleh syahid pada perang Al-Qadisiyah. Setelah pertempuran reda, ramai kaum muslimin yang datang menyampaikan ucapan simpati kepada al-Khansa. Al-Khansa yang menerima berita itu dengan tenang, seolah-olah berada di puncak kebahagiaan yang dihajati. “Segala puji bagi Allah yang memuliakanku dengan syahidnya anak-anakku. Agar Dia akan mengumpulkan dengan mereka di tempat tinggal yang kekal dilimpahi rahmat selama-lamanya.”
Al-Khansa adalah contoh yang abadi hingga hari ini bagi orang yang rela mendorong anak-anaknya untuk berjuang di jalan Allah. Karena ‘Dibalik para pejuang hebat ada ibu-ibu hebat”, dan kunci dari semuanya adalah rumah yang menjadi madrasah pertama dan utama dimana tangan lembut seorang Ibu akan menjadi energi yang dahsyat. Yang melahirkan para pejuang tangguh dan para ilmuwan-ilmuwan hebat.
“Seorang wanita (Ibu) adalah Lembaga Pendidikan, yang jika ia benar-benar mempersiapkan dirinya, berarti ia telah mempersiapkan sebuah generasi yang benar-benar digdaya.” (Ahmad Syauqi)
“Seorang Ibu adalah sekolah apabila engkau persiapkan dengan baik berarti engkau telah mempersiapkan generasi yang harum.” (Syair Hafizh Ibrahim)
Rumahlah madrasah sebelum madrasah lainnya. Dengan Ibu sebagai gurunya, karena anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Dari rumah sang anak dididik untuk rajin dan cinta belajar, dan dari rumah lah sang anak dibina pola piker dan pola sikapnya. Dari lingkungan rumahnya sang anak diajarkan untuk menjadi seorang pemimpin yang siap berjuang untuk Islam.
Siapa yang tak ingin dari rumahnya terlahir para pejuang hebat. Lahirnya para mujahid dan syuhada tak terjadi secara tiba-tiba. Mereka tercipta melalui proses pendidikan serta pembinaan yang amat Panjang, yang penuh dengan kesungguhan dan pengorbanan. Tak lupa, mereka juga adalah produk dari sebuah keteladanan.
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa diantara kalian.”
[Wallahu’alam]
*Sumber kisah. Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.