Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syifa Billah Ar Robbani

Semakin Rakyat Berbuih, Semakin Rapat Rezim Menutup Telinga

Politik | Sunday, 05 Dec 2021, 08:26 WIB

Undang-undang cipta kerja kembali membuat perhatian di kalangan masyarakat. Aksi demonstrasi juga kembali digalakkan sebagai bentuk ketidakpuasan masyarakat terhadap sikap pemerintah. Pasalnya baru saja MK terkesan menggantungkan keputusannya terhadap undang-undang ini. Di sisi lain, MK memutuskan bahwa undang-undang ini inkonstitusional bersyarat karena tidak tunduk pada UU Nomor 15 Tahun 2019. Dilansir dari Bisnis.com, pengamat politik kondang, Rocky Gerung, merasa jengkel terhadap keputusan MK yang dinilai hanya ingin bermain aman dan terkesan melindungi pemerintah, bukan untuk menegakkan keadilan. Tak hanya itu, ia juga turut prihatin dikarenakan uang rakyat digunakan semena-mena hanya untuk membahas undang-undang busuk yang dapat menyengsarakan rakyat.

Beberapa pihak juga memberikan pendapatnya terkait undang-undang tersebut. salah satunya yaitu Ketua Umum Ikatan Advokat Muslim Indonesia (IKAMI), Abdullah Alkatiri, mengatakan bahwa seharusnya eksekutif dan legislatif harus bersikap tegas dan bijaksana dalam menyikapi polemik yang dihasilkan dari pembentukan undang-undang cipta kerja ini. Menurutnya, rakyat sudah menunjukkan sikap tidak setuju dengan diadakannya aksi demonstrasi yang sama sekali tidak mendapat respon baik dari pemerintah. Ia juga menuturkan bahwa rakyat sangat merasa dirugikan karena aspirasi mereka semakin tak didengar pemerintah dan terkesan mendegredasi hak-hak masyarakat (Republika, 2021).

Dari fakta tersebut, timbullah pertanyaan dibenak masyarakat. Apakah penerapan semboyan ‘Dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan Untuk Rakyat’ tidak lagi diperhatikan? Ya, memang sedari dulu semboyan itu tidak pernah diperhatikan. Semboyan tersebut hanya omong kosong belaka dan hanya dipakai jika semboyan tersebut dapat memberikan kelancaran terhadap kepentingan individu mereka saja. Semakin hari, semakin rakyat bersuara, semakin rapat pula penutup telinga yang dipakai oleh pemerintah. Hal itu dibuktikan dengan adanya fakta yang dirasakan masyarakat saat ini. Tak jarang rakyat yang tiba-tiba menghilang setelah ia mengungkapkan kebenaran atas fakta yang ada.

Sungguh ironi nasib rakyat yang semakin lama semakin sengsara dengan diberlakukannya hukum yang tidak sesuai denga fitrah manusia. Mereka berkuasa seolah hanya kepentingan mereka yang perlu diselesaikan. Diam disengsarakan. Bergerak dimusnahkan. Mau tidak mau rakyat hanya bisa menunggu dan diam menerima keadaan meski disengsarakan. Para penegak hukum juga berpihak pada mereka yang membantu kepentingannya tanpa sadar bahwa ialah pemegang keadilan di negeri ini. Miris sekali.

Ditambah dengan diberlakukannya Undang-Undang Cipta Kerja yang memiliki dampak luar biasa terhadap ekonomi masyarakat. Salah satunya, tenaga kerja asing akan lebih mudah masuk dan menguasai banyak lowongan kerja yang seharusnya disediakan untuk tenaga kerja Indonesia. Hal itu tentu membawa dampak buruk terhadap tenaga kerja Indonesia. Tak hanya itu, undang-undang ini juga menghapus kehadiran upa minimum provinsi atau kota/kabupaten yang kerap disapa UMK. Dengan demikian, pekerja diberikan upah sesuai dengan kebijakan perusahaan saja tanpa terikat dengan peraturan Negara. Tidak bisa dipungkiri bahwa ini adalah kesempatan emas bagi para pemilik perusahaan besar untuk memberikan upah yang tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang diberikan dan tak jarang melupakan rasa kemanusiaan.

Begitulah sistem yang diterapkan sekarang. Mengutamakan bisnis kepada rakyat dibanding meningkatkan kesejahteraan yang tentunya bertentangan dengan peraturan dan identitas negara Indonesia. Rakyat menyampaikan aspirasi hingga berbuih pun tampaknya tetap dinilai percuma karena peluang untuk didengar hanya sepersekian persen.

Inilah buah dari penerapan sistem kapitalisme. Kita seharusnya mengupayakan dan berjuang agar bisa keluar dari sistem yang hanya mengedepankan uang, uang, dan uang. Bagaimana caranya? Islam. Kenapa Islam? Karena islam hadir sebagai problem solving bagi semua permasalahan kehidupan. Mulai dari permasalah pribadi, hingga permasalahan Negara semuanya diatur di dalam Islam. Tak heran Allah mengatakan bahwa islam sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta yang tertuang dalam Q.S Al Anbiya ayat 107.

Islam sangat mengutamakan kesejahteraan rakyat. Terbukti pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang sangat sulit mencari orang miskin untuk diberikan zakat yang menjadi kewajiban tiap tahun bagi orang muslim. Sungguh luar biasa. Allah mengetahui apa-apa yang terbaik untuk umatnya. Jika sistem yang diterapkan merupakan sistem yang sudah ditetapkan Allah, maka semua permasalahan akan tuntas atas izin Allah. Maka dari itu, mari kita suarakan Islam dan kebenaran agar bisa keluar dari sistem yang dzalim ini.

Wallahualam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image