Dimuliakan atau Dihinakan
Eduaksi | 2022-09-30 11:11:12Sekolah pada hakikatnya adalah miniatur kehidupan, apa yang seseorang rasakan dan alami di sekolah, sedikit banyak memberikan gambaran akan hal yang sedang dan akan dia hadapi di kehidupan realitanya.
Ketika seseorang mendaftarkan diri pada sekolah kehidupan, dia akan mendapatkan kartu tanda siswa yang menunjukan kelas dan posisinya di sekolah kehidupan tersebut. Segala bekal pendidikannya sudah sangat lengkap diberikan oleh Sang Pencipta. Apa yang dia butuhkan untuk belajar dan meraih prestasi terbaiknya sudah disiapkan dan tak lupa, dibekali dengan buku petunjuk super lengkap yang akan memandunya selama masa pendidikan di sekolah kehidupan tersebut.
Dia akan bertemu dan berinteraksi dengan berbagai macam siswa dengan karakteristik yang beragam. Dia akan bertemu dengan para guru yang senantiasa memberikan pengajaran dan pendidikan, serta memandunya agar tidak tersesat dan menyimpang dari tujuan awalnya memasuki sekolah kehidupan. Itu semua akan membangun kepribadian dan menempa karakteristiknya menjadi siswa yang berprestasi bila dia bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya, dan bergaul dengan teman yang tepat.
Tak lupa, segala macam pengetahuan yang dia perlukan akan dia pelajari sedikit demi sedikit. Dia akan belajar dari temannya, dari gurunya, dari lingkungannya tentang berbagai hal yang memuaskan rasa ingin tahunya. Sesekali akan ada ujian kecil yang terkadang membuatnya tersenyum maupun bersedih yang memberikan sedikit rasa dalam petualangannya dalam sekolah kehidupan tersebut.
بِالاِمْتِحَانِ يُكْرَمُ المَرْءُ أَوْ يُهَانُ
"Dengan Ujian, Seseorang Dimuliakan atau Dihinakan"
Tidak ada tujuan dari ujian melainkan untuk memberikan sedikit percikan semangat untuk belajar lebih. Mereka yang semangat dan bersungguh sungguh dalam mempersiapkan ujiannya, tentunya akan bisa tersenyum lebar ketika berhadapan dengan permasalahan yang telah dikuasainya, dan akan tersenyum lebih lebar lagi ketika mendapatkan hasil yang memuaskan dan mendapat kemuliaan naik tingkat dari sebelumnya. Namun mereka yang hanya bisa mengeluhkan keadaan, tanpa mau mencari jalan keluar, menggerutu dan menjadikan berbagai persoalan kehidupan yang terlampau sulit untuk dihadapi, dapat dipastikan hasilnya, dan tak dapat dielakan, bahwa dia sendirilah yang telah menyeret dirinya sendiri dalam kehinaan yang menyedihkan.
Akhirnya, memberikan kesadaran pada anak didik tentang hakikat ujian itu sendiri akan memberikan perspektif yang berbeda dan semangat dalam menghadapinya. Kejujuran yang juga merupakan nilai yang dijunjung tinggi dalam ujian sejatinya juga merupakan nilai universal yang menjadi tolak ukur keberhasilannya dalam kehidupan kelak. Segala macam persiapan dan materi yang dipelajari pun pada hakikatnya bukan hanya digunakan untuk ujian semata, melainkan untuk menghadapi kehidupannya kelak yang bisa jadi lebih kompleks dari ujian di sekolah.
Kemuliaan yang didapatkan dari ujian tersebut, sejatinya adalah apresiasi sementara untuk memantik semangatnya, karena apresiasi paripurna akan ia dapatkan selepas lulus dari ujian kehidupan dengan hasil yang memuaskan. Namun kehinaan yang ia dapatkan bila bermain main dengan ujian, sedikit banyak akan memberikan dampak yang mempengaruhi semangatnya dalam menghadapi kehidupan selanjutnya. Wallahu a'lam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.