Masuk Syurga Dengan Terpaksa
Eduaksi | 2022-09-26 08:58:32"Lebih baik kita paksa anak anak masuk syurga, dari pada kita ikhlas membiarkan mereka masuk neraka" ujar KH Hasan Abdullah Sahal didepan guru guru Gontor kala itu.
begitulah, diusianya yang tidak lagi muda, beliau selalu memberikan percikan semangat kepada kami untuk tidak lelah dan terus berupaya maksimal dalam mendidik dan membina anak anak.
kembali ke konteks kekinian, belakangan ini, kita mungkin sudah terlalu jenuh mendengar banyaknya berita tentang pembunuhan, perkosaan, kekerasan, korupsi dan segala macam intrik perpolitikan yang tidak ada habisnya. Nilai kemanusiaan dan kejujuran seakan melambung tinggi, mahal dan hanya sedikit orang yang memilikinya seiring dengan menurunnya tingkat kesejahteraan. Tentunya hal ini, bukanlah harapan semua orang, bukanlah keinginan dan cita cita kita, namun sekuat apapun kita menutup mata dan telinga, akhirnya kita menyadari, bahwa inilah yang kita hadapi sekarang.
banyak kalangan yang selalu mengelu elukan, dan mungkin kita termasuk salah satunya yang sering mengucapkan, "anak muda harapan bangsa", "mereka yang muda yang berkarya", "bangkitlah", dan sebagainya. Doa yang sejatinya harus diiringi dengan usaha, harapan yang harusnya di sambut dengan kerja keras, ternyata luput dari perhatian dan hanya menjadi jargon yang berhenti di pangkal tenggorokan saja.
tak ada usaha yang benar-benar serius untuk memperbaiki keadaan, ditambah gempuran budaya luar yang notabene nya merusak, dibiarkan mengalir dengan deras dan menjadi lauk makan sehari hari bersama dengan bobroknya nilai spriritualitas generasi muda yang lekang oleh kemajuan zaman.
Namun agaknya kita dapat sedikit membanggakan diri. Ditengah berbagai macam permasalahan sosial ini, Islam selalu memberikan solusi yang mencerahkan. Kita bangga dengan Al Qur'an yang pastinya memiliki segudang tips dan jalan keluar bagi seluruh permasalahan kehidupan. Kita juga bisa berbangga dengan Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam dengan segudang nasihat dalam Hadist nya yang membahas sebagian besar permasalahan sosial kultural manusia. Dan yang menjadi pertanyaan, sudahkan kebanggaan kita ini, diiringi dengan langkah konkrit untuk mengaplikasikannya?
Sebagai pendidik, tentunya langkah paling utama untuk mengkontekstualkan kesejahteran kehidupan dalam Al Qur'an adalah dengan menggoreskan tinta yang baik pada anak didik kita. Kita perbaiki dan lengkapi kekurangan anak didik semaksimal mungkin, membekali mereka dengan akhlaq dan adab diatas ilmu, memaksa mereka untuk menjadi anak yang baik dengan berbagai pembiasaan yang kita pupuk dan bina. karena pastinya, seorang pendidik akan lebih memilih memaksa mereka masuk syurga dengan amalan baik walaupun berpotensi untuk dibenci, ketimbang ikhlas memasukkan mereka kedalam keburukan, naudzubillah.
akhirnya, memberikan mereka pengertian akan pentingnya nilai kejujuran, nilai keikhlasan, nilai yang terkandung dalam pancasila dan berbagai nilai baik lainnya adalah sebuah keniscayaan jika kita menginginkan perbaikan kedepannya kelak, dan itu akan kita lakukan walaupun dengan pemaksaan. Pintar nya mereka tidak akan menjamin keberhasilan bila tanpa dengan kejujuran, dan keberhasilan mereka tidak akan menjamin kebahagiaan bila tanpa dengan nilai kebaikan. Allahu musta'an
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.