Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Terry Arya Viratama

Guru Penggerak, Berinovasi dan Menginspirasi

Eduaksi | Saturday, 24 Sep 2022, 12:28 WIB
Doc: SMPIT Thariq bin Ziyad

"Ketika kita melihat air, tenang, tak ada pergerakan, diam dan membisu, maka dia hanya akan menghasilkan bayangan semu yang merusak, memberi harapan palsu yang sering kali menyesatkan. Namun sebaliknya, bila air itu mengalir, bergerak bahkan terkesan menantang, dia akan menghadirkan lebih dari sekedar kehidupan, suaranya menenangkan hati, dan getarannya menyejukkan jiwa."

mungkin itu yang bisa tergambar bila kita sedikit menyelami ungkapan yang diutarakan Imam As Syafi'i dalam salah satu syair nya terkait gambaran orang orang yang berakal:

إِنِيْ رَأَيْتُ وُقُوْفَ المَاءِ يُفْسِدُهُ إِِنْ سَالَ طَابَ وَإنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِِِبِ

"Aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan, jika Ia mengalir akan menjadi jernih, dan jika tidak, dia akan keruh menggenang."

Sejatinya, seorang guru dan pendidik, adalah insan yang harus terus memperbarui diri, mengupgrade kemampuan dan mengasah keterampilan. Seseorang yang merasa puas dengan apa yang dimiliki dari kemampuan dan pengetahuan saat ini, sudah dapat dipastikan dia akan tergerus dengan zaman dan kemajuan tekhnologi. Apalagi, pendidikan di era "Post Gen Z" ini, melazimkan setiap pendidik memiliki kemampuan penguasaan tekhnologi yang mumpuni untuk mengimbagi kemampuan anak didiknya. Demikian yang disampaikan Ust Supriyanto M. Hadi, Lc ketika membuka seminarnya.

فَاقِدُ الشَيْءِ لَايُعْطِيْ

"Yang tidak memiliki, tidak akan bisa memberi"

Jargon guru penggerak yang dicanangkan KMENDIKBUD, nyatanya memberikan pecutan semangat untuk pada guru dan tenaga pendidik untuk selalu mengupgrade diri ketingkat yang lebih baik. Guru dituntut untuk tidak hanya mengajar dengan kemampuan yang stagnan, pengetahuan statis dan metode yang terkesan lawas. Mereka perlu melakukan pergerakan ke semua arah, memaksimalkan penggunaan tekhnologi, dan tentunya, terus meningkatkan kemampuan pedagogik dan kemampuan spiritualnya.

"Apa yang kita ajarkan kepada anak didik adalah kehidupan, kita tidak tahu, perangai kita yang mana, ucapan kita yang mana, nasihat kita yang mana yang akan di dengar dan dijadikan pedoman hidup mereka kelak". Maka dari itu, seorang guru yang terus berinovasi dan mengupgrade dirinya, akan memiliki peluang lebih besar untuk dapat memberi kebermanfaatan, dan menginspirasi peserta didiknya.

Doc: SMPIT Thariq bin Ziyad

lihatlah bagaimana pendekatan yang dilakukan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam ketika mengajarkan nilai kehidupan kepada Abdullah bin Umar, dan beberapa anak seusianya pada zaman itu. Beliau berusaha melakukan pendekatan yang sesuai dengan zaman dan kepribadian anak anak pada masa itu, beliau tidak memposisikan diri sebagai raja dan anak anak sebagai bawahan, beliau tidak pula mengaggap mereka anak kecil yang belum waktunya belajar kehidupan. Hasilnya bisa kita tebak, bukan hanya banyaknya hadist Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam yang beliau riwayatkan, tetapi juga dijadikannya pedoman hidup yang terus dijaga, bahkan sampai ketika Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam wafat.

Disinilah poin penting untuk digarisbawahi, pendidikan dan pengajaran yang kita berikan kepada anak didik, akan memberikan pengaruh yang luar biasa dan lebih terkesan kepada mereka ketika kita memposisikan diri di posisi yang tepat. Kemampuan dan kepribadian anak anak yang terlahir sebagai "Post Gen Z" pastinya berbanding lurus dengan keterbukaan informasi global yang membentuk mereka.

Berbagai potensi tersebut, sejatinya akan mendatangkan manfaat bagi bangsa ini kelak ketika menghadapi bonus demografi beberapa tahun mendatang bila disikapi dan dihadapi dengan tepat dan benar. Sebaliknya, bila mereka yang memiliki otoritas untuk membentuk generasi ini ternyata telat bahkan alpa menyedarinya, maka akan ada hal lain yang membentuk mereka secara leluasa dan pastinya belum tentu sejalan dengan cita cita kita sebagai bangsa Indonesia. Generasi yang Shaleh dan Cerdas

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image