Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mohamad Fadhilah Zein

Mendongkrak Pariwisata dengan Ekonomi Kreatif

Wisata | Saturday, 17 Sep 2022, 12:43 WIB
Penasihat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Yuliandre Darwis, Ph.D saat menjadi pembicara dalam IKA Politeknik Bandung Fair 2022 pada Sabtu (17/9). Foto: Istimewa

Selama dua tahun, kunjungan wisatawan di Indonesia mengalami penurunan signifikan. Penyebab utamanya adalah pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia. Sektor ini kolaps membuat banyak orang kehilangan pendapatan. Namun, seiring meredanya kasus Covid-19, pariwisata Indonesia mulai berbenah.

Pariwisata Indonesia diharapkan pulih dan tumbuh lebih cepat dengan ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif menjadi paradigma pariwisata yang mengunggulkan kualitas dari berbagai sektornya. Penasihat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Yuliandre Darwis, Ph.D memaparkan hal menarik terkait bagaimana ekonomi kreatif memiliki implikasi besar terhadap penyelenggaraan pariwisata.

"Korea Selatan adalah contoh negara yang berhasil menerapkan ekonomi kreatif. Mereka menciptakan BTS, Blackpink dan drama-drama Korea," kata Andre saat menjadi pembicara dalam IKA (Ikatan Keluarga Alumni) Politeknik Bandung Fair 2022, Sabtu (17/9).

Ketua Umum IKA Politeknik Bandung Afrizal Faisal Ali tengah memberikan sambutan dalam acara yang berlangsung di Kampus Politeknik Bandung. Foto: Istimewa.

Ditambahkannya, BTS dan Blackpink sebagai grup musik yang mampu menghasilkan devisa triliunan untuk Korea Selatan. Drama Korea pun, menurutnya, digandrungi oleh banyak pihak hingga mampu menumbuhkan roda ekonomi negara tersebut.

"Valuasi BTS mampu menghadirkan 76 triliun. Belum lagi Blackpink dan grup musik yang makin banyak tumbuh. Itu semua mampu menutup pemasukan Korea Selatan dari sektor bisnis ekonomi kreatif," jelasnya.

Korea Selatan sadar diri bahwa negaranya tidak seperti Indonesia yang kaya akan sumber daya alam. Oleh sebab itu, negara ginseng tersebut mampu bertransformasi menjadi negara dengan ekonomi maju pesat jika dibandingkan ketika 1960-an.

Performance tarian khas Sunda yang dibawakan para mahasiswa. Foto: Istimewa.

"Korea Selatan jeli melihat peluang ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif ini memiliki multi efek yang besar di sektor lain," katanya.

Andre menggambarkan bagaimana Indonesia dipenuhi tumbuh suburnya warung-warung khas Korea Selatan. Belum lagi, muda-mudi yang mengidolakan artis dan penyanyi Korea Selatan. Ini menjadi bukti bagaimana paradigma pariwisata harus mampu ditopang dengan ekonomi kreatif.

"Contohnya mie instan. Hari ini berjejer warung Korea Selatan. Feel dan impact nonton drama Korea, kebayang dan berdampak pada ekonomi kreatif. Gayanya, busana hingga emoticon melahirkan gelombang korea gila-gilaan," katanya.

Oleh sebab itu, dia berharap pariwisata Indonesia bisa tumbuh dengan paradigma ekonomi kreatif yang mampu menghadirkan banyak potensi tempat-tempat menarik di Tanah Air. Dia menyontohkan bagaimana Mandalika, Bangka Belitung, Lido, Labuan Bajo dan tempat lainnya bisa diangkat ke permukaan dengan maraknya media baru dan media sosial.

"Penggunaan media baru seperti Instagram atau Youtube bisa menjadi salah satu upaya konkret memaksimalkan potensi wisata kita dengan pendekatan paradigma ekonomi kreatif," jelasnya. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image