Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Agil Septiyan Habib

Peran CSR Korporasi Berdayakan UMKM ke Tingkat Lebih Tinggi

UMKM | 2022-09-17 10:39:03

Pengangguran masih menjadi permasalahan pelik di negara kita. Bahkan mahalnya harga sembako, Covid-19, hingga kemiskinan sekalipun tetap kalah pamor dengan pengangguran sebagai tantangan terbesar yang harus diatasi.

Berdasarkan survei KedaiKopi yang dilakukan pada awal tahun 2022 ini terlihat bahwa pengangguran menempati urutan tertinggi dengan prosentase 20.8%, disusul harga sembako mahal (17.6%), Covid-19 (17.5%), dan seterusnya[1].

Jumlah pengangguran tinggi jadi masalah untuk negeri | Sumber gambar : republika.co.id / Antara / AsepFathulrahman

Jumlah pengangguran di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2022 lalu mencapai 8.4 juta jiwa. Angka tersebut naik jika dibandingkan dengan periode sebelum pandemi (per Februari 2020), yakni dengan 6.92 juta jiwa[2].

Secara umum, pengangguran terjadi karena laju pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan lapangan kerja. Terlebih saat ini total pengusaha Indonesia baru mencapai 3.4% saja dari jumlah penduduk. Idealnya jumlah pengusaha itu adalah 12-14% untuk bisa memajukan suatu bangsa[3].

Disamping itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia juga dihadapkan pada kondisi produktivitas tenaga kerja yang rendah. Hal ini akan menghambat pertumbuhan bisnis yang berujung pada ketidakmampuannya menyerap tenaga kerja baru.

Berdasarkan rilis data Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), produktivitas tenaga kerja Indonesia per Januari 2022 yang lalu baru mencapai nilai $13.1 per jam. Dan menempatkan Indonesia di peringkat 107 dunia dari 185 negara[4].

Bekal keterampilan merupakan prasyarat penting untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Sekaligus sebagai kunci agar bisa terserap oleh dunia kerja.

Hal ini tentu menjadi Pekerjaan Rumah yang harus dituntaskan bukan hanya oleh pemerintah selaku pelindung warga negara, tetapi juga oleh elemen lain yang turut memiliki kompetensi dan sumbangsih atas hal itu. Siapa? Tentunya korporasi atau perusahaan (besar).

Relevansi Program CSR

Setiap perusahaan pada umumnya memiliki program pemberdayaan masyarakat, yakni Corporate Social Responsibility atau CSR.

Program ini sebenarnya sudah sangat dikenal luas. Hanya saja pemaknaan terhadapnya cenderung sempit, yakni sekadar sebagai ajang pemberian bantuan sosial (bansos) dari perusahaan kepada masyarakat.

Ironisnya, tidak sedikit dari kalangan perusahaan yang memiliki anggapan serupa. Hal itu terlihat dari perhelatan Top CSR of The Year yang diselenggarakan oleh INFOBRAND.ID dan TRAS N CO tahun 2021 dan 2022 yang menempatkan bansos sebagai kegiatan CSR paling banyak dilakukan oleh perusahaan[5].

Pada tahun 2022 bansos menempati urutan tertinggi dengan 26.62%, mengalahkan bantuan kesehatan dan pendidikan (18.63%), bantuan lingkungan (14.45%), pemberdayaan ekonomi UMKM (11.41%), dan bantuan bencana alam (10.27%).

Sebenarnya CSR bansos bukanlah sesuatu yang buruk, namun hal itu kurang efektif dalam mengangkat taraf hidup masyarakat. Bansos hanya membagikan “ikan” saja, bukan memberikan “kail” dan mengajari kemandirian untuk mendapatkan “ikan” tangkapan mereka sendiri.

CSR seharusnya lebih dari sekadar ajang seremonial belaka. Atau sekadar ajang pamer kebaikan perusahaan. Dan sisi terburuknya, bansos cenderung melestarikan mental peminta-minta yang seharusnya dihindari.

Program CSR yang terkait dengan upaya pemberdayaan ekonomi akan lebih bermanfaat dalam jangka panjang bagi masyarakat.

Namun, program pemberdayaan ekonomi khususnya bagi UMKM sepertinya masih belum menjadi prioritas.

Padahal UMKM di Indonesia merupakan penyedia lapangan kerja utama bagi masyarakat dengan prosentase mencapai 96.92%[6].

UMKM Naik Kelas

Agar pemberdayaan masyarakat bisa menyasar skala yang lebih luas maka CSR perlu menyasar wadah dari keberadaan masyarakat tersebut. Dalam hal ini UMKM merupakan sasaran yang tepat bagi pelaksanaan program CSR.

UMKM perlu didukung agar berkembang dan bisa mensejahterakan rakyat dalam jumlah yang lebih banyak lagi. UMKM memerlukan dukungan memadai, khususnya dari perusahaan-perusahaan besar berpengalaman untuk mengajari seluk beluk pengembangan bisnis, transfer pengetahuan, strategi pengembangan bisnis, dan sebagainya.

Selama ini, ada tiga permasalahan besar yang menghinggapi UMKM kita, yaitu kurangnya pengalaman, kurangnya jaringan atau networking, serta kurangnya pendanaan[7].

Keberadaan program CSR yang berorientasi pada pemberdayaan UMKM ini diharapkan mampu mereduksi gap dari ketiga permasalahan tersebut sehingga UMKM bisa terus berkembang.

>> Kurangnya Pengalaman

Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak dari UMKM kita yang hanya sekadar tahu cara berjualan, namun awam terhadap cara berbisnis. Akibatnya, usaha yang dirintis hanya jalan ditempat, sekadar bertahan, dan akhirnya mati.

Pengalaman para pemilik UMKM perlu diakselerasi dan diperkaya melalui sharing informasi dari perusahaan besar melalui program CSR. Rahasia sukses perusahaan sekiranya bisa turut dibagikan untuk menjadi stimulus yang mampu mengerek pertumbuhan UMKM ke taraf yang lebih tinggi.

>> Kurangnya Jaringan atau Networking

Begitupun terkait dengan networking. Perusahan-perusahaan besar ini bisa menjadi penghubung antar UMKM atau UMKM dengan korporasi besar lain sehingga memungkinkan setiap UMKM untuk bertumbuh.

Diantaranya mungkin dengan memberikan kesempatan UMKM tertentu sebagai vendor penyuplai kebutuhan perusahaan besar. Jikalau layanan yang diberikan memuaskan maka bukan tidak mungkin perusahaan-perusahaan besar lain akan turut menjalin relasi dengan UMKM tersebut.

Semakin banyak koneksi yang terjalin antara UMKM dengan perusahaan besar maka akan semakin meningkatkan peluang bagi UMKM tersebut untuk naik kelas.

>> Kurangnya Pendanaan

Permasalahan terkait pendanaan tidak harus selalu dibantu dengan memberikan bantuan modal. Kemudahan akses untuk mendapatkan pendanaan pun juga merupakan bagian dari kontribusi perusahaan dalam membantu UMKM.

Hal ini bisa dimulai dari pemberian informasi melalui seminar ke UMKM perihal potensi pendanaan yang bisa diakses oleh UMKM untuk mengembangkan bisnis, tata cara pengurusannya, dan hal-hal penting lainnya.

Keilmuan tentang manajemen finansial juga akan sangat bermanfaat untuk diajarkan kepada pelaku UMKM.

Infografis Program CSR

UMKM yang tumbuh menjadi perusahaan besar kelak akan turut menyelesaikan CSR dengan program pemberdayaan serupa yang akan mendorong perkembangan CSR lainnya. Sehingga pemberdayaan masyarakat akan berlangsung terus menerus dalam jangka panjang.

Salam hangat,

Agil S Habib

Refferensi :

[1] https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/12/pengangguran-hingga-korupsi-berikut-deretan-permasalahan-utama-di-indonesia

[2] https://www.republika.co.id/berita/rfoa14428/menaker-soal-84-juta-pengangguran-karena-pandemi-dan-disrupsi-teknologi

[3] https://ekonomi.bisnis.com/read/20220319/9/1512926/pengusaha-ri-baru-34-persen-butuh-14-persen-untuk-jadi-negara-maju

[4] https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/26/daftar-negara-dengan-produktivitas-pekerja-tertinggi-di-dunia-pada-2022-bagaimana-indonesia

[5] https://infobrand.id/top-csr-of-the-year-perusahaan-perusahaan-dengan-implementasi-aksi-sosial-terbaik-tahun-2022.phtml

[6] https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/08/12/9692-tenaga-kerja-berasal-dari-umkm

[7] https://www.liputan6.com/bisnis/read/4695928/mendag-lutfi-ungkap-3-masalah-utama-umkm-indonesia

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image