Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Enam Tanda Sikap Tawadhu Sebagai Perekat Persaudaraan dan Kehidupan

Agama | 2022-09-16 08:28:35

Ajaran Islam menekankan, kehidupan yang mulia dan selamat hanya dapat diraih dengan selalu memelihara dan melaksanakan nilai-nilai ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu nilai ketakwaan yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah sikap tawadhu’.

Selain sebagai ciri orang yang bertakwa, sikap tawadhu juga menjadi salah satu ciri hamba Allah yang taat.

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al-Furqon ayat 63)

Dari firman Allah tersebut ciri utama dari orang-orang yang tawadhu adalah tidak membalas kejelekan yang dilakukan orang-orang bodoh atau orang-orang yang menyakitinya, dan selalu mengeluarkan kata-kata yang bermanfaat dan menyelamatkan bagi orang-orang di sekitarnya.

Dalam praktiknya yang lebih luas, Syaikh Dr. Abdullah Bin Muhammad Bin Sulaiman Al-Jarullah, seorang ulama pakar ilmu Al Qur’an asal Makkah Arab Saudi memerinci setidaknya terdapat enam tanda ketawadhu’an.

Pertama, tidak menonjolkan diri, tidak ingin dilebihkan dalam penghormatan, dan selalu menyatu dalam kebersamaan. Kedua, mempersilahkan duduk di tempat duduk miliknya kepada orang yang lebih tinggi ilmu dan lebih baik akhlaknya.

Ketiga, menyambut orang biasa, yang tidak memiliki harta dan jabatan, berstatus sosial rendah, dengan sambutan yang ramah, penuh penghormatan dengan wajah yang menyenangkan disertai dengan ucapan kata-kata yang akrab dan menyenangkan.

Keempat mengunjungi dan menghadiri undangan dari orang-orang yang lebih rendah status sosialnya seraya kehadirannya disertai dengan penghormatan dan kesantunan. Kelima, tidak merasa malu duduk atau bergaul dengan orang-orang miskin, menjenguk orang sakit, dan mau makan bersama mereka.

Keenam, sekalipun dalam keadaan mampu, orang yang tawadhu’ tidak akan berlebihan dalam mengkonsumsi makanan dan mengenakan pakaian. Kesederhanaan menjadi prinsip hidupnya.

Kecemburuan sosial yang sering terjadi dalam kehidupan salah satu peyebabnya adalah adanya sikap congkak dari orang-orang yang memiliki kedudukan sosial yang lebih tinggi dari orang lain. Mereka yang merasa status sosialnya lebih tinggi dari orang lain selalu ingin diprioritaskan dalam segala hal.

Kecemburuan sosial tidak akan terjadi jika orang-orang yang merasa status sosialnya lebih tinggi dari orang lain bersikap tawadhu’. Mereka memiliki kesadaran, meskipun orang lain status sosialnya lebih rendah daripada dirinya, mereka pun adalah manusia yang harus sama-sama dihormati dan ditunaikan segala hak azasinya.

Siapapun orangnya mesti memiliki sikap tawadhu’, terlebih-lebih bagi orang-orang yang mengemban amanah jabatan. Seorang pejabat yang bersikap congkak, menganggap rakyat atau khalayak yang membutuhkan dirinya sangatlah berbahaya. Sikap tersebut hanya akan mencelakakan dirinya.

Sikap tawadhu’ bagi seorang pejabat dapat diwujudkan dengan sikapnya yang benar-benar merakyat, menyayangi rakyatnya secara utuh, bukan pencitraan atau karena membutuhkan suara rakyat menjelang pemilihan umum. Setiap saat ia selalu mendengarkan keluhan rakyat dan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi rakyat.

Bagi seorang yang berilmu, sikap tawadhu’ dapat diwujudkan dengan memberikan dakwah kepada khalayak terutama orang-orang awam disertai niat tulus untuk memperlihatkan kebenaran kepada umatnya, bukan untuk menguatkan ketenaran dirinya sebagai orang yang berilmu. Dalam melaksanakan dakwahnya, ia benar-benar mendidik bukan menghardik, mengajak bukan mengejek, dan merangkul bukan memukul.

Bagi orang yang berharta, sikap tawadhu’ dapat diwujudkan dengan menunaikkan kewajiban atas harta yang dimilikinya seperti menunaikkan zakat, infaq, dan kewajiban lainnya. Selain itu, ia pun senang membantu orang-orang miskin dan kesusahan.

Jika sikap tawadhu’ ini benar-benar dipahami dan diimplementasikan semua kalangan dalam kehidupan nyata, sudah pasti kehidupan yang aman dan nyaman akan terwujud. Sikap tawadhu’ akan mempererat persaudaraan, dan dapat mengurangi intensitas kecemburuan sosial dan perselihan dalam kehidupan.

Rasulullah SAW bersabda, “ Dan sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain.” (H. R. Muslim)

Ilustrasi : Inti dari ilmu agama adalah bersikap kasih sayang. Sikap ini terdapat dalam sikap tawadhu'

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image