Harga BBM Melambung : Untung atau Buntung?
Agama | 2022-09-14 15:49:59Berita tentang kenaikan BBM telah menjadi perbincangan di tengah-tengah masyarakat bahkan hingga hari ini. Menilik kembali awal kenaikan harga BBM beberapa pekan yang lalu. Dilansir dari Liputan6.com, per tanggal 3 September 2022, pemerintah resmi menaikkan harga BBM atau Bahan Bakar Minyak jenis Solar, Pertalite dan Pertamax. Masing-masing menjadi Rp 6.800 per liter untuk Solar, Rp 10.000 per liter untuk Pertalite dan Rp 16.500 per liter untuk Pertamax.
Banyak di antara masyarakat yang merasa keberatan dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah ini. Lebih khususnya rakyat yang berada di kelas menengah ke bawah. Terlebih di saat kondisi ekonomi rakyat masih berusaha bangkit dari pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama kurang lebih 2 tahun. Kondisi semacam ini dirasa sangat membebani rakyat secara keseluruhan.
Kemudian dilansir dari phhpati.com, sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Sosial yaitu Ibu Tri Rismaharini, Kementerian Sosial telah memberikan BLT BBM kepada masyarakat. Nominal yang akan diterima sebesar 600.000 atau 150.000/bulan yang disalurkan 2 kali, tahap 1 pada bulan September sebesar 300.000 dan Tahap 2 pada bulan Desember sebesar 300.000. Sementara untuk jumlah penerima BLT BBM yang ditetapkan seluruh Indonesia sebanyak 20,65 juta.
Jika kita lihat, di antara 273 juta penduduk Indonesia hanya sekitar 20 juta saja yang mendapatkan bantuan. Dari sini bisa dilihat bahwa bantuan yang diberikan oleh pemerintah masih belum merata. Belum lagi bantuan yang diberikan hanya cukup untuk sementara waktu saja. Hal ini menunjukkan jika solusi yang ditawarkan oleh pemerintah masih bersifat parsial dan sementara, bukan solusi hakiki.
Siapa pun termasuk masyarakat pasti tidak ingin seterusnya berada dalam kondisi seperti ini. Senantiasa berada dalam himpitan hidup yang asing dari keadilan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Solusi yang hakiki, yang tidak hanya bersifat parsial dan sementara. Sesuah solusi yang dapat menyejahterakan masyarakat secara keseluruhan. Lantas solusi hakiki seperti apakah yang kita butuhkan?
Sebelum akhirnya kita berbicara terkait solusi, maka kita harus terlebih dahulu mengetahui akar masalah dari persoalan ini. Sebab kita akan dapat mensolusikan suatu masalah jika kita mengetahui akar masalahnya. Terkait persoalan BBM ini, jika kita berpikir lebih mendalam, maka kita akan dapati bahwasanya ini bukan hanya perkara kenaikan harga BBM semata. Ada perkara yang lebih besar lagi, perkara yang lebih sistemik.
Pernahkah kita berpikir, mengapa di Indonesia yang memiliki banyak Sumber Daya Minyak dan Gas Alam tetapi harga BBM justru mengalami kenaikan? Bahkan sebagaimana yang dilansir dari laman esdm.go.id (tahun 2021), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia akan tersedia hingga 9,5 tahun mendatang, sementara umur cadangan gas bumi Indonesia mencapai 19,9 tahun.
Jika alasannya adalah Indonesia tidak bisa mengelola minyak bumi dikarenakan kilang minyak di Indonesia tidak layak guna sehingga mengharuskan Indonesia mengimpor minyak dari Singapura. Pertanyaannya adalah sampai kapan Indonesia harus bergantung pada impor dari Singapura? Sampai kapan akhirnya rakyat harus membeli BBM dengan harga yang mahal? Hal ini jika kita lihat bersama, menunjukkan ketidakseriusan pemerintah dalam mengurus urusan masyarakat. Masyarakat bukannya mendapatkan jaminan kesejahteraan tetapi malah jeritan keluhan.
Itulah yang terjadi jika pengaturan kehidupan diserahkan kepada manusia, bukan menggunakan aturan Sang Pencipta. Manusia hanyalah makhluk yang lemah, terbatas, dan serba bergantung pada Tuhannya. Manusia yang bahkan tidak mengetahui standar yang salah dan yang benar. Manusia bukanlah Tuhan Yang Maha Benar dan mengetahui mana yang terbaik untuk makluk-Nya. Maka jika pengaturan kehidupan diserahkan kepada manusia, bukan kebaikan yang terwujud tetapi sebaliknya, kerusakan, kehancuran, dan kesengsaraan.
Dan itulah yang terjadi saat ini, aturan hidup yang digunakan adalah aturan buatan manusia bukan aturan Allah. Dalam hal ini, adalah tentang pengaturan pengelolaan sumber daya alam. Sumber Daya Alam adalah kekayaan alam yang seharusnya dikelola oleh negara dan dimanfaatkan untuk seluruh masyarakat secara adil, merata dan juga gratis. Terlebih di Indonesia yang SDAnya begitu melimpah. Seharusnya masyarakat dapat memperoleh SDA termasuk BBM dengan leluasa. Namun, karena pengelolaan SDA diserahkan pada manusia maka yang terjadi justru sebaliknya.
Pengelolaan SDA justru diserahkan kepada asing yang menjadikan harga BBM di negara sendiri jauh melambung tinggi. Itulah ketika pengelolaan SDA menggunakan aturan buatan manusia. Berbeda jika pengelolaan SDA menggunakan aturan Islam, aturan buatan Allah. Dalam Islam, pengelolaan SDA telah diatur dengan sebaik-baiknya. Karena aturannya berasal dari Allah Yang Maha Tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya. Dalam Islam, SDA termasuk BBM adalah kekayaan milik negara yang harus dikelola oleh negara dan hasilnya didistribusikan secara merata kepada masyarakat. Tentunya dengan harga yang terjangkau bahkan gratis.
Tidak seperti saat ini, yang harganya dipatok begitu tinggi hanya demi meraup keuntungan dari rakyatnya sendiri. Inilah mindset pemerintah hari ini yaitu mindset kapitalistik. Mindset yang hanya mengutamakan keuntungan daripada kesejahteraan rakyatnya. Maka dari itu tidak heran jika pemerintah tetap menaikkan harga BBM tanpa memperhatikan kondisi masyarakatnya. Mengapa hal demikian bisa terjadi?
Hal ini karena telah jauhnya kehidupan saat ini dengan aturan agama tau yang kerap disebut dengan sekulerisme. Sekulerisme merupakan sebuah paham yang memisahkan antara agama dengan kehidupan. Agama hanya digunakan untuk mengatur urusan ibadah, sementara urusan politik, pendidikan, kesehatan dan pergaulan tidak menggunakan aturan agama. Termasuk dalam hal pengelolaan SDA. Jika sekulerisme tetap dibiarkan berkembang di tengah-tengah masyarakat maka hasilnya adalah kesengsaraan dunia dan akhirat. Maka tentu kita tidak ingin terus-menerus berada dalam kungkungan sistem sekulerisme ini. Lalu bagaimana solusi hakiki untuk permasalahan ini?
Dari sini, kita paham jika akar masalahnya bukan dari pemerintah tetapi dari sistem sekulerisme yang kini diterapkan. Jika akar masalahnya adalah sistem, maka solusinya juga harus sistem. Lantas sistem apa yang sesuai untuk kita terapkan dalam kehidupan ini? Tentu saja jawabannya adalah sistem Islam, atau yang secara fiqih kita sebut dengan Khilafah Islamiyah. Sebuah sistem kehidupan yang berasaskan Islam yang mana itu berasal dari Allah, Tuhan yang Maha Tahu yang terbaik untuk seluruh makhluk-Nya.
Sebagaimana yang kita tahu, ketika Islam diterapkan di muka bumi maka rahmat dan kesejahteraan akan meliputi seluruh dunia. Sebabnya, Islam diturunkan oleh Allah bukan hanya untuk kaum muslim saja tetapi untuk seluruh alam, termasuk umat selain Islam, hewan, tumbuhan, serta alam semesta. Maka, solusi hakiki untuk seluruh persoalan ini adalah dengan kembali menerapkan seluruh aturan Islam dalam kehidupan yaitu dalam naungan Khilafah Islamiyah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.