Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image afkarina kamalin

Orang Tua yang Telah Mengajarkan Banyak Hal

Eduaksi | Tuesday, 30 Nov 2021, 23:34 WIB

Judul : Pelesir Mimpi

Pengarang : Adimas Immanuel

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tahun Terbit : 2020

Jumlah Halaman : 144 halaman

Puisi-puisi di buku ini ditulis Adimas dengan diksi yang beragam, tanpa sedikit pun mengurangi kenangan dan selipan makna. Jejak kepenyairannya tetap tampak. Karya Adimas termuat di sejumlah surat kabar dan telah dibukukan, antara lain Pelesir Mimpi (2020), Di Hadapan Rahasia (2016), Suaramu Jalan Pulang yang Kukenali (2016), Karena Cinta Kuat Seperti Maut (2018) dan Selfi(e)sh Pencurian Terbesar Abad Ini (2019). Beberapa karya tersebut pernah dinominasikan untuk sejumlah penghargaan seperti Anugerah Pembaca Indonesia dan Kusala Sastra Khatulistiwa.

Penyair muda yang lahir dengan nama Adimas Immanuel (1991-sekarang) sebagai penyair. Jejak kepenyairannnya bisa kita lacak di buku-buku syair kenamaan “Empat Cangkir Kenangan” (2012), “Di Hadapan Rahasia” (2016), “Suaramu Jalan Pulang yang Kukenali” (2016), “Pelesir Mimpi” (2020) adalah beberapa kumpulan syair milik Adimas Immanuel.

Buku “Pelesir Mimpi” adalah buku terakhir Adimas Immanuel yang diterbitkan pada 2020 di Indonesia. Buku ini adalah buku kumpulan puisi yang dibagi menjadi empat bab. Pada bab pertama buku ini lebih membahas mengenai ayah dan ibu sedangkan tiga bagian setelahnya membahas tentang cinta.

Pada bab pertama dari buku ini membahas puisi tentang keluarga, terlebih lagi ayah dan ibu. Ayah yang begitu menyanyangi ibu, sampai ia melukiskannya di kanvas setiap hari tanpa lelah. Ibu yang selalu sabar dan menasehati penulis untuk selalu berbuat baik dan mengabadikan apa yang kamu temukan. Mereka sangat berarti bagi penulis sehingga penulis menjadikan bab pertama dari buku “Pelesir Mimpi”. Puisi ini juga memaparkan bahwa menjadi suatu keluarga yang utuh tidak harus berlebihan tetapi yang terpenting adalah saling mendukung dan menjaga satu sama lain,yang bisa diartikan seperti "melakukan beberapa hal sederhana dan inspiratif untuk lingkungan sekitar". Lewat puisi ini terdapat sisipan moral yang dimana para pembaca kemudian akan dibantu untuk bisa mengetahui apa saja yang perlu dilakukan didalam hubungan antara ayah ibu dan anak.

Pada bab kedua dari buku ini membahas puisi tentang rumah. Rumah yang dimaksud penulis yaitu rumah yang begitu nyaman sehingga ketika kamu keluar, kamu akan merindukannya dan membuatmu ingin cepat kembali menemui orang rumah. Pada bab ketiga dari buku ini membahas tentang takdir. Setiap orang mempunyai takdirnya masing-masing dan harus menerimanya. Meskipun sudah mempunyai takdirnya masing-masing, tidak lupa untuk selalu berusaha.

Lalu ada pula bahasan tentang mayoritas masyarakat kehilangan jati diri hingga mereka tidak mengetahui kelebihan tersembunyi yang mereka miliki. Keadaan seperti ini harus di antisipasi dengan cara membuka jendela dunia, mencari referensi sebanyak mungkin, dan merencanakan masa depan secara matang.

Pada bab terakhir dari buku ini membahas puisi tentang apapun takdirnya, tujuan hanya satu yaitu kembali ke pencipta-Nya. Jadi harus dipersiapkan dengan baik. Ini menggambarkan tentang sedikit ideologi dan agama tentunya dengan beberapa kiasan kata yang cukup bisa dimengerti, konsep kata yang hendak dibebaskan dari kungkungan pengertian dan dikembalikannya pada fungsi kata seperti sajak persajaknya. Adimas mengungkapkan semua itu melalui puisi-puisi yang diciptakannya

Kelebihan dari buku ini, yaitu pemilihan diksi yang digunakan sangat beragam, banyak dijumpai motivasi, pengembangan tema ringan, analogi yang digunakan dekat dengan kehidupan sehari-hari, buku puisi yang dicetak ulang cepat, membuat perasaan campur aduk, cukup nyaman untuk dibaca kapan pun, dan ada beberapa cuplikan foto hitam putih diantara puisi sehingga dapat menggambarkan isi dari puisinya. Selain memiliki kelebihan, buku tersebut juga memiliki kekurangan.

Kekurangan dari buku ini, Sayangnya, masih banyak kesalahan penulisan, pengetikan, dan tanda baca dalam buku ini. Ada beberapa adegan yang sebenarnya sangat dalam maknanya, tetapi karena penulis kurang bisa menyampaikan dengan baik, adegan pun jadi terkesan biasa saja. Masih terdapat beberapa istilah asing yang tidak ada penjelasannya. Sehingga masih menimbulkan tanda tanya untuk para pembacanya.

Butuh waktu dua kali untuk memahami apa maksud lalu ada beberapa diksi yang sukar untuk dimengerti, ada beberapa puisi tampak janggal karena terlalu memaksakan untuk terlihat serima, menggunakan bahasa yang susah dimengerti, Namun, semoga saja dengan hal tersebut maka para pembaca bisa mendapatkan dan mempelajari kalimat baru di beberapa judul puisi, sudut pandang penyair tidak jelas, beberapa kalimat tampak ambigu ketika di logika, penulis terjebak dalam kenangan masa lalu.

Buku ini wajib dibaca ketika ingin membaca buku puisi yang bahasanya berat tetapi masih bisa dibaca dan dipahami. Menuangkan kisah kehidupan yang sangat cocok untuk dibaca banyak kalangan penikmat sastra. Konsep temanya berbeda dengan buku-buku sebelumnya yang memang selalu sama. Menggunakan gaya bahasa yang mudah dipahami secara universal, walaupun memang masih ada beberapa yang sebenarnya agak sulit dipahami. Tata tulisan jauh lebih baik dari karya-karya sebelumnya.

*) Mahasiswi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang

Identitas Pereview

Nama : Afkarina Kamalin Ariesta Faradisa

TTL : Sidoarjo, 28 April 2003

Email : [email protected]

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image