Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adeummunasywah Adeummunasywah

Koruptor Subur Dalam Naungan Sekuler

Eduaksi | 2022-09-09 08:13:58

"KORUPTOR SUBUR DALAM NAUNGAN SEKULER"

Oleh: Sisi Septiana

Korupsi merupakan musuh besar bagi suatu bangsa. Tidak bisa dipungkiri, korupsi semakin menjadi-jadi dan tak jarang para kaum intelektual pun tergiur dengan godaan korupsi yang peluangnya lebar di sistem sekuler ini.

Sekularisme menggiring manusia agar mengejar kebahagiaan dengan mencari materi sebanyak-banyaknya. Halal dan haram menjadi perkara yang tak dihiraukan. Maka sekelas rektor sekalipun akan mudah tergoyahkan dengan uang yang disodorkan, karena pemahaman mengenai kebahagiaan sudah terkontaminasi oleh paham sekuler yang rusak dan cacat.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Rektor Universitas Negeri Lampung (Unila), Karomani, bersama sejumlah pejabat kampus tersebut sebagai tersangka kasus suap seleksi mahasiswa jalur mandiri tahun 2022. Rektor Unila diduga mematok “harga” Rp 100-350 juta untuk meloloskan mahasiswa masuk ke kampusnya. Ia mengantongi total dana suap hingga Rp 5 miliar. (the coversation, 27/08/2022)

KPK menetapkan Karomani dan tiga orang lainnya menjadi tersangka kasus suap penerimaan calon mahasiswa baru Universitas Lampung Tahun 2022. Selain Karomani, KPK menetapkan Heryandi selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik Unila, Muhammad Basri selaku Ketua Senat Unila, dan Andi Desfiandi dari pihak swasta. (tempo.co, 26/08/2022)

Keseriusan pemerintah dalam menangani kasus korupsi masih sangat lemah. Korupsi bahkan sudah mengakar dan bermesraan dengan para petinggi negara. Dari aspek terkecil di tengah-tengah masyarakat pun, korupsi nyatanya masih sulit di berantas. Contohnya saja seperti serangan fajar.

Sosok Surya Darmadi, koruptor yang masih hidup aman dengan uang yang ia bawa sebanyak 78 triliun juga termasuk dalam bukti bahwa pemerintah masih memelihara para koruptor di negeri ini. Hal inilah yang sangat menyayat hati. Berbeda dengan penanganan kasus radikalisme. Tuduhan di tebar keseluruhan penjuru negeri, melahirkan phobia dan perpecahan kaum muslim. Perlawanan penguasa terhadap kaum muslim yang di anggap radikal tanpa bukti yang valid. Nyatanya, yang dituduh radikal justru sejatinya menginginkan tindak yang merugikan seperti korupsi, menjual aset negara, dan sebagainya bisa musnah di negeri ini.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (QS. An-Nisa:29)

Islam yang diterapkan dalam bernegara dan berbangsa akan menjadikan manusia hidup sesuai dengan fitrahnya. Manusia hidup dalam fitrahnya, akan menjadikan mereka hidup layaknya manusia, tidak menjadi rakus layaknya hewan yang saling memangsa sejenisnya.

Wallahu alam bissawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image