Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adhyatnika Geusan Ulun

Pembelajaran Berdiferensiasi Menjawab Kegundahan Guru Matematika

Guru Menulis | Tuesday, 06 Sep 2022, 22:42 WIB
Penulis dan Siswa SMAN 1 Cisarua Bandung Barat

Oleh: Indri Herdiman, M.Pd

(SMAN 1 Cisarua Bandung Barat)

Penulis seorang guru matematika yang bisa dikatakan idealis ketika mengajar. Kemampuan dan keberhasilan siswa, penulis ukur dari kemampuan matematis yang mereka miliki. Kedisplinan dan daya juang siswa menjadi tolok ukur untuk memberikan penilaian pada mereka.

Berbagai aturan dan sanksi yang dibuat, penulis anggap bisa menghantarkan siswa berhasil menjadi orang yang pintar secara akademis juga berhasil dalam hidupnya. Bahkan penulis sangat yakin tujuan penulis baik, sehingga akan menjadi hal yang baik bagi siswa.

Ternyata anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Ketika melaksanakan evaluasi hasil belajar, nilai siswa belum menunjukan hasil yang memuaskan versi penulis. Muncul ketidakpuasan bahkan seperti ada yang janggal dengan segala proses yang penulis lakukan.

Sering muncul pertanyaan dibenak penulis untuk apa penulis melakukan hal ini? Lelah penulis dalam merancang pembelajaran, mendisiplinkan siswa, bahkan sampai menguras emosi. Semua nampak seperti sia-sia. Persepsi siswa terhadap matematika pun tetap sama, yakni menjadi pelajaran yang sulit, kaku dan menakutkan.

Program Guru Penggerak Memberikan Angin Segar

Awal tahun 2021, ada info seleksi menjadi guru penggerak. Dalam ketidaktauan tentang apa itu guru penggerak, dan apa yang diperoleh dari kegiatan tersebut, penulis tidak memahaminya.

Muncul ketertarikan pada program yang belum penulis kenal tersebut, dengan segala keunikan dan rasa penasaran yang ada di dalamnya. Penulis ikuti tahapan demi tahapan yang mengantarkan penulis lolos menjadi calon guru penggerak angkatan 4, dan satu-satunya peserta dari SMAN 1 Cisarua.

Paradigma Pendidikan Menggebrak di awal Pelatihan

Perjalanan sebagai calon guru penggerak pun dimulai. Paradigma pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara menjadi pengantar awal yang seketika seperti mencambuk penulis.

Ada kalimat menarik pada sesi synchronus yang diutarakan oleh instruktur dengan pembawaan emosional yang dalam. Salah satu pernyataannya, siswa ibarat bibit yang berbeda-beda, sekolah sebagai lading, dan guru sebagai petani. Tugas kita sebagai guru membuat bibit yang berbeda tersebut tumbuh dan berkembang sesuai jenis bibitnya masing-masing.

Seketika perasaan kaget, bersalah, dan menyesal bercampur aduk di sana. Selama ini penulis menyamaratakan mereka, memperlakukan dan menuntut mereka memiliki pencapaian yang sama. Tetapi tidak mungkin penulis berlarut dalam penyesalan itu. Bergerak dan melakukan perubahan merupakan pilihan yang harus dilakukan.

Tahapan tersebut seketika mengubah paradigma penulis tentang pendidikan. Bahwa pendidikan yang lebih memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman siswa dapat menghantarkan mereka siap dan selamat berada di tengah-tengah masyarakat.

Pembiasaan positif dan praktik baik mulai coba penulis realisasikan dari hal sederhana. Kepuasan dan perasaan senang sering muncul ketika melihat respon siswa yang terlihat nyaman. Hal ini semakin dirasakan dampaknya ketika penulis bisa berkolaborasi dan berbagi di komunitas praktisi di sekolah.

Pembelajaran Berdiferensiasi sebagai Alternatif Solusi

Antusiasme penulis semakin meningkat dengan pendidikan guru penggerak ini. Ada keinginan menyalurkan kreativitas yang penulis miliki dalam kegiatan pembelajaran. Tetapi, penulis bingung apa yang pertamakali harus penulis lakukan.

Pendidikan guru penggerak menawarkan beberapa alternatif pembelajaran yang dapat penulis lakukan, di antaranya pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi kebutuhan murid yang berbeda-beda.

Pembelajaran berdiferensiasi perdana yang penulis lakukan dengan mencoba memunculkan diferensiasi konten, proses maupun produk pada materi persamaan lingkaran. Siswa diarahkan pada penemuan rumus persamaan lingkaran melalui permasalahan kontekstual yang bertemali dengan impian mereka.

Pemahaman terhadap materi bisa diperoleh siswa dari berbagai sumber, seperti buku paket, searching di internet, youtube bahkan berbagi informasi sesama siswa.

Pengerjaan secara berkelompok melatih siswa untuk dapat berkolaborasi, berbagi tugas dan berkontribusi dalam kelompok melalui bakat yang mereka miliki masing-masing.

Tantangan penyajian laporan dalam bentuk yang berbeda-beda disesuaikan dengan minat peserta didik. Ternyata dapat memacu kreatifitas mereka. Penyajian laporan dalam bentuk poster, video flog, bahkan postingan di media sosial yang kekinian membuat penulis kagum.

Setiap melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas yang berbeda, penulis memperoleh hal baru dan unik pula.

Ketika akan mengajar penulis selalu penasaran, kejutan apa yang akan penulis peroleh di kelas tersebut. Kejutan berupa kreativitas dan inovasi yang siswa tampilkan dalam pembelajaran matematika.

Sebenarnya kebangaan dan rasa senang yang belum penulis rasakan sebelumnya, ketika mengajar matematika ingin penulis bagi dan tuliskan dalam rangkaian kata. Namun, begitu berkesannya sampai sulit menuangkan dalam rangkaian kata.

Berbagai aspek dalam pembelajaran dapat terpenuhi dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi ini. Capaian pembelajaran bisa tercapai, siswa merasa nyaman dan senang ketika belajar, bakat siswa bisa dikuatkan, penulis pun sebagai guru merasa senang dan nyaman ketika mengajar.

Penulis merasa bersyukur bisa mengikuti kegiatan pendidikan guru penggerak ini. Kegelisahan dan pertanyaan yang muncul selama ini terjawab dengan program guru penggerak. Sebuah pelatihan yang bisa mengubah paradigma penulis terhadap pendidikan.

Penulis merasa senang dan bangga ketika siswa merubah sudut pandangnya terhadap pelajaran matematika yang selama ini terkesan menakutkan menjadi menyenangkan.

Pencapaian luar bisa bagi seorang guru matematika, seperti penulis ketika pelajaran yang dulunya dihindari siswa menjadi pelajaran yang dirindukan siswa.

Pewarta: Adhyatnika Geusan Ulun

Profil Penulis

Indri Herdiman, M.Pd, lahir 1 November 1988 di Cianjur. Tinggal di Bandung Barat. Lulusan S1 dan S2 IKIP Siliwangi. Guru matematika di SMAN 1 Cisarua sejak 2019, sebelumnya mengajar di SMK Kesehatan Surya Global, MTs Terpadu Albidayah, dan Dosen di IKIP Siliwangi. Pengajar Praktisi Kampus Merdeka 2022. Tutor Bimbingan Belajar SSC. Pembina Olimpiade Matematika di SMAN 1 Cisarua dan MTs Terpadu Albidayah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image