Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Trimanto B. Ngaderi

Pengorbanan Seekor Anjing

Sastra | Monday, 05 Sep 2022, 05:27 WIB

PENGORBANAN SEEKOR ANJING

Sesungguhnya barang siapa yang menebus diriku dengan nyawanya, maka ia pantas mendapatkan balasan”, kata Sang Raja.

Ibnul Jauzi menyebutkan bahwa Muhammad bin Nashr bercerita bahwa ada seorang laki-laki yang datang menghadap sultan. Ia membawa seorang pekerja dari Armenia yang datang ke rumahnya. Ketika di jalan ia melewati sebuah kuburan. Di atas kubur itu ada kubah yang dibangun dan di atasnya tertulis, “Ini adalah kuburan anjing. Barang siapa yang ingin mengetahui kisahnya, maka hendaklah ia ke kampung fulan, karena di sana akan ada orang yang akan memberitahukannya”.

Sumber gambar: https://bumiqu.org

Ia pun pergi dan bertanya kepada penduduk kampung tersebut. Mereka menunjukkannya kepada orang tua yang berusia lebih dari seratus tahun. Ia bertanya kepadanya.

Orang tua itu menjawab, “Di kawasan ini ada seorang raja yang agung. Ia dikenal gemar hiburan, berburu, dan berjalan-jalan. Ia memiliki seekor anjing yang telah ia didik, ia tidak pernah berpisah dengan anjing itu. Suatu hari ia pergi ke tempat hiburannya. Ia berkata kepada hamba sahayanya, “Katakan kepada tukang masak, saya menginginkan roti campur susu!”

Mereka pun membuatnya dan membawanya ke tempat hiburan raja. Tukang masak menghidangkannya. Ia membawa susu dan membuatkan roti yang besar. Namun sayang, ia lupa menutupnya dengan sesuatu. Kemudian ia sibuk memasak makanan yang lain.

Dari celah-celah dinding keluarlah seekor ular dan masuk ke dalam mangkuk susu tersebut. Racunnya menyebar ke campuran roti. Anjing yang sedang beristirahat melihat semua kejadian itu. Andai ia bisa melakukan sesuatu, pastilah ia sudah mengusir ular itu. Sementara, ada seorang hamba sahaya perempuan yang bisu. Ia juga telah melihat apa yang dilakukan oleh ular tersebut.

Sang raja kembali dari berburu di petang hari. Ia berkata, Wahai hamba sahaya, makanan pertama yang harus kamu hidangkan adalah roti campur susu!”. Ketika makanan tersebut dihidangkan, hamba sahaya perempuan yang bisu mengisyaratkan sesuatu, akan tetapi raja tidak mengerti apa yang ia katakan. Sedangkan anjing menggonggong, akan tetapi raja tidak menoleh. Anjing itu terus menggonggong, namun raja tidak mengetahui apa yang ia inginkan. Raja itu mengambil makanan dan melemparkannya kepada anjing itu. Anjing itu menjauh, dan terus saja menggonggong.

Raja berkata kepada hamba sahayanya, “Jauhkanlah anjing itu dari kami, karena suaranya begitu menggangguku!”. Lalu, raja mengulurkan tangannya ke mangkuk susu. Ketika anjing tersebut melihat hal itu, ia segera melompat ke meja makan. Anjing itu memasukkan mulutnya ke tempat susu itu dan meminumnya. Sesaat kemudian, anjing itu jatuh mati. Raja sangat heran melihat perbuatan anjing tersebut. Hamba sahaya yang bisu itu kembali menyebutkan isyarat kepadanya. Akhirnya, raja pun mengerti maksudnya.

Raja berkata kepada para pembesar dan pengawalnya, “Sesungguhnya siapa yang menebus diriku dengan nyawanya, maka ia pantas mendapatkan balasan. Yang membawa dan menguburkannya adalah aku sendiri”. Maka raja itu menguburkan anjing tersebut dan ia menulis di atas kuburannya seperti yang sudah engkau baca”.

Hikmah Cerita:

Lihatlah! Pengorbanan seekor anjing kepada tuannya membuat dirinya mendapatkan perlakuan yang istimewa, lantas bagaimanakah kedudukan yang akan didapatkan oleh seorang hamba yang melakukan pengorbanan dengan harta dan jiwanya kepada Rabb penguasa alam semesta?

(Kisah ini disebutkan oleh Ibnul jauzi dalam bukunya Al Adzkiya, hal. 231-232).

Referensi:

Ibnu Abdil Bari El ‘Afifi, 155 Kisah Langka Para Salaf, Pustaka Arafah Solo, 2021.

Referensi:

Ibnu Abdil Bari El ‘Afifi, 155 Kisah Langka Para Salaf, Pustaka Arafah Solo, 2021.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image