Manajemen Stres dibangku Sekolah oleh Tim KKNT UPI Kelurahan Pasteur
Edukasi | 2022-08-08 17:41:20‘Stres’ adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis) apabila terdapat perubahan dari lingkungan yang mengharuskannya untuk menyesuaikan diri. Stres dapat memicu timbulnya berbagai keadaan buruk pada seseorang jika tidak diatasi dengan baik. Salah satunya depresi. Depresi adalah kesedihan terus menerus dalam waktu yang panjang dan membutuhkan perawatan khusus. Orang yang terserang depresi biasanya akan merasa hilang semangat atau motivasi, terus-menerus merasa sedih, gagal, dan mudah lelah. Buruknya, depresi juga dapat menyebabkan kematian yang diawali dengan penyakit-penyakit dalam seperti gagal jantung, stroke, dan sebagainya yang diakibatkan berubahnya pola hidup sehat pada mereka.
Sebagai transisi dari anak-anak menuju masa awal dewasa, remaja menjadi waktu yang sulit untuk dilalui. Remaja dapat menjadi masa yang rentan untuk menjadikan seseorang stres berlarut-larut dan menyebabkan ia terserang depresi. Kehidupan sosial seperti hubungan keluarga, pertemanan, atau persoalan akademis di sekolah tidak jarang membuat remaja merasa tertekan. Mereka cenderung akan memberontak pada apa yang tidak mereka setujui/sukai yang mempengaruhi kehidupan mereka. Hal ini akan menjadi sumber stress ringan yang jika dibiarkan berlangsung lama akan menyebabkan terjadinya depresi. Manajemen stres merupakan salah satu hal penting yang dibutuhkan setiap orang begitupun remaja. Kemampuan mengelola stres dengan baik dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang yang mampu mempengaruh kesehatan fisiknya.
Stres merupakan hal yang menjadi marak dibicarakan belakangan ini. Banyak penyakit mental bermunculan yang sebabkan stres seperti Anxiety Disorders, Post-Traumatic Stress Disorders (PTSD), Skizofrenia, dan sebagainya. Stres seringkali dikaitkan dengan hal negatif, padahal tidak semua stres berdampak buruk pada seseorang. Stres terbagi menjadi dua jenis yakni Eustress dan Distress. Eustress adalah jenis stres positif, yang mana seseorang akan lebih produktif dan bersemangat ketika sedang mengalaminya. Saat eustress, biasanya seseorang akan lebih tertantang dengan masalah yang sedang dihadapinya. Berbeda dengan eustress, distress merupakan stres negatif yang membuat seseorang tidak nyaman dan cenderung tertekan. Seseorang akan merasa kesulitan pada suatu hal dan berdampak pada kesehatan mentalnya. Berkebalikan dengan eustress, seseorang yang mengalami distress cenderung cepat menyerah, putus asa, dan berusaha untuk menghindari masalah yang ada.
Jenis stres seseorang tergantung sudut pandangnya pada masalah yang sedang dihadapi. Distress akan berubah menjadi eustress jika ia dapat mengambil sisi positif suatu masalah dan menjadikannya tantangan yang dapat menjadikannya lebih baik. Hal ini dapat terjadi jika seseorang dapat mengatasi stres dengan cara yang tepat. Menurut Lazarus (Folkman, 2013) dalam mengatasi stres (coping stress), terdapat dua bentuk strategi coping yaitu Emotion-focused Coping dan Problem-focused Coping.
1. Emotion-focused Coping
Strategi ini merupakan jenis pengendalian stress yang berfokus pada kondisi emosional seseorang. Seseorang akan lebih menitikberatkan dalam upaya pengurangan emosi negatif pada dirinya ketika menghadapi suatu masalah. Contohnya ia akan melakukan kegiatan yang ia senangi seperti menonton film, olahraga, travelling, dan lainnya sebagai bentuk pengalihan fokus pada masalah yang ia hadapi dan membuatnya merasa lebih tentram. Hal ini akan baik dilakukan jika tidak bertujuan untuk menghindari masalah dan hanya membuat pikiran lebih tenang terutama dengan kegiatan yang positif. Berbeda halnya jika strategi ini dilakukan dengan cara yang keliru seperti terus-menerus menunda pekerjaan, atau bahkan mengalihkan pikiran menggunakan obat-obatan terlarang.
2. Problem-focused Coping
Problem-focused Coping adalah strategi dalam mengatasi stres yang berfokus pada akar masalah yang sedang dihadapi. Dalam strategi ini, seseorang akan cenderung melibatkan diri secara langsung ke dalam masalah untuk mencari dan menelaah informasi yang berkaitan serta menyelesaikannya secara konkret. Tiap orang memiliki caranya sendiri dalam strategi ini. Problem-focused Coping biasanya digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin dapat dikontrol oleh individu (Atmajayanthi, 2017). Secara umum, setidaknya terdapat tiga hal penting yang diperlukan dalam menerapkan strategi ini yaitu, kemampuan memecahkan masalah, manajemen waktu yang baik, serta adanya dukungan eksternal.
Melalui kegiatan KKN-T UPI dengan tema “Desa Sehat dan Sejahtera”, tim KKNT UPI Kelurahan Pasteur, Bandung, melakukan sosialisasi mengenai pentingnya manajemen stres dilingkungan SMA PGRI 1 Bandung. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 28 Juli 2022 dengan sasaran siswa/i tingkat akhir. Sosialisasi diadakan dalam bentuk seminar interaktif yang mengajak siswa/i ikut berargumen dalam pembahasan materi.
Mereka turut aktif menyampaikan beberapa penyebab stres yang dialami mereka saat ini, beberapa diantaranya disebabkan oleh masalah keluarga, pertemanan, dan akademik. Fase akhir didunia sekolah merupakan hal yang sulit dilalui oleh beberapa siswa. Salah satu yang menjadi bahasan utama siswa/i tingkat akhir ialah kekhawatiran menghadapi dunia pasca sekolah, baik perkuliahan maupun dunia kerja. Mereka juga cukup kritis dalam menanggapi topik dan melemparkan beberapa pertanyaan yang menjadi keresahan beberapa waktu kebelakang dalam sesi tanya jawab.
Dalam Coping Stress, beberapa tips dibawah ini dapat membantu seseorang dalam mengatasi stresnya antara lain:
1. Rutin berolahraga
2. Memiliki skala prioritas dan tidak menunda-nunda pekerjaan
3. Menerapkan pola hidup sehat dengan makan makanan yang bergizi
4. Bercerita kepada keluarga/orang terdekat
5. Mengisi waktu luang dengan meningkatkan skill dan melakukan hobi yang positif
6. Meningkatkan keyakinan pada Allah SWT.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.