Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zainab Al-Muhdar

Bulan Muharram: Tragedi Karbala dalam Kutipan kitab Tarikh Khulafa

Agama | 2022-08-08 00:03:25
Ilustrasi Tragedi Karbala - pikiran-rakyat.com

Bertepatan dengan 10 Muharram, Sayyidina Husain RA terbunuh di tanah Karbala ketika melawan kezaliman yang dilakukan oleh pemerintahan Yazid bin Muawiyah pada saat itu. Peristiwa ini membawa duka yang mendalam bagi seluruh umat Islam dan alam semesta ini.

Hal ini disebutkan dalam kitab karangan Imam Suyuthi yang berjudul “Tarikh Khulafa” versi terjemahan sebagai berikut :

“Al-Husein dibunuh di Karbala. Tentang pembunuhannya terdapat kisah yang sangat memilukan dimana hati kita tidak mungkin sanggup untuk menanggungnya.Inna Lilahi wa Inna llaihi Rajiun. Dua puluh enam orang lainnya terbunuh dalam pembantaian Karbala tersebut. Tatkala Al-Husein dibunuh, dunia seakan terhenti selama tujuh hari, sedangkan matahari merapat ke dinding laksana kain yang menguning. Bintang-bintang saling bertabrakan. Dia terbunuh pada tanggal 10 Muharram (Hari Asyura). Terjadi gerhana matahari di hari itu. Ufuk langit memerah selama enam bulan serta ufuk merah tersebut kelihatan terus menerus yang sebelumnya belum terjadi seperti itu.”

Sungguh, peristiwa tersebut merupakan peristiwa betapa jahatnya politik Yazid bin Muawiyah yang merupakan pemabuk menyuruh Ubaidillah ibn Ziyad dan Umar bin Saad untuk menghabisi nyawa keluarga Nabi SAW.

Sebagaimana dalam kutipan dikitab tersebut, wafatnya Sayyidina Husein pada saat itu tidak hanya meninggalkan duka bagi umat manusia, namun alam semesta melalui peristiwa gerhana matahari dan ufuk langit memerah selama enam bulan menjadi saksi atas peristiwa yang menimpa cucu baginda Nabi Muhammad SAW.

Jin juga turut berduka cita atas tragedi Karbala yang amat pilu ini yang dikutip dari kitab yang sama sebagai berikut :

Abu Nu'aim dalam Ad-Dalail meriwayatkan dari Ummu Salamah, dia berkata, "Saya mendengar jin menangis dan meratapi kematian Al-Husein."

Tsa'lab dalam Amalinya meriwayatkan dari Khabbab Al-Kalbi dia berkata: Saya datang ke Karbala. Saya katakan kepada salah seorang terpandang dari kalangan Arab: "Katakan kepada saya bahwa kalian mendengar ratapan jin."

Dia berkata, "Kamu tidak akan mendapatkan seorang pun kecuali dia akan mengatakan bahwa dia telah mendengar hal itu."

Saya katakan kepadanya, "Coba katakan apayangkamu dengar itu padaku!"

Dia berkata" "Saya mendengar jin-jin itu bersenandung seperti ini:

Rasulullah mengusap keningnya

karena dipipinya bersinar kemilau

Kedua orang tuanya dari keturunan Quraisy

Kakeknya adalah kakek yang paling mulia

Dari kutipan diatas, duka atas wafatnya Sayyidina Husein membawa duka yang luar biasa dan siapa saja yang mendengar, mengetahui dan menyaksikan atas peristiwa ini tidak sanggup menahan tangisannya. Bagaimana tidak, ini adalah cucu kesayangan dari baginda Rasulullah SAW yang selalu dicium di bagian lehernya.

Jika Sayyidina Hasan wafat diracun, Sayyidina Husein dibunuh dibagian lehernya dengan anak panah yang justru seharusnya menjadi refleksi bagi diri kita untuk mengenang wafatnya Sayyidina Husein dalam melawan segala bentuk kedzaliman di muka bumi ini.

Mayoritas dari kita mengadakan tahlilan, haul atas wafatnya ulama terkemuka namun lupa atas wafatnya anggota keluarga Nabi yang agung. Apakah ini yang dinamakan cinta kepada Rasulullah SAW dan keluarganya ketika 10 Muharram kita malah berpesta ria diatas musibah yang menimpa keluarga Nabi? Bahkan sampai mengadakan pesta pernikahan di hari tersebut.

Sungguh miris!! bersholawat kepada Nabi, mengadakan maulid Nabi tapi diam bahkan menanggap tidak penting atas wafatnya keluarga Nabi. Mengaku umat nabi Muhammad SAW tapi bersenang-senang di bulan Muharram.

Semoga ini menjadi refleksi sekaligus pembelajaran bagi kita semua untuk lebih meneladani, menghormati dan mengamalkan secara mendalam akan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya. Semoga Allah ampuni dosa-dosa kita dan kita tergolong sebagai umat Nabi Muhammad SAW hingga hari kiamat nanti. Aaaamiiiinnn yaa robbal alamiinn

-ZM-

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image