Hijrah Kaffah
Eduaksi | 2022-08-07 13:55:57Hijrah Kaffah
Oleh Heni Nuraeni
NEWS TINTASIYASI
HomeOPINIHijrah Kaffah
Hijrah Kaffah
EksplorasiAugust 04, 2022
TintaSiyasi.com -- Hari ini, banyak sekali orang Islam yang kehilangan identitas keislamannya. Mengaku sebagai seorang Muslim, namun perilakunya jauh dari tuntunan syariat Islam. Pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah) sungguh tidak mencerminkan sebagai seorang Muslim yang baik. Padahal keduanyalah yang membentuk kepribadian (syakhshiyah) seorang Muslim itu bisa baik atau sebaliknya. Tentu saja, untuk membentuk kepribadian Islam diperlukan pola pikir dan pola sikap yang islami pula.
Sungguh miris ketika kita menyaksikan kaum Muslim saat ini, dengan jumlah yang begitu banyak, tidak berpegang pada tali agama Allah. Mereka bagai buih di lautan, yang senantiasa mengikuti ke mana pun angin berembus. Sudah saatnya keadaan seperti ini diubah, jangan jadi pembebek. Sudah saatnya hijrah agar jati diri seorang Muslim dapat eksis di seluruh dunia. Apakah yang dimaksud dengan hijrah? Mengapa kaum Muslim saat ini harus hijrah?
Hijrah pada dasarnya adalah pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Seperti yang dilakukan oleh Rasul Muhammad SAW dan para pengikutnya yang berpindah dari Makkah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dari ancaman kafir Quraisy sekaligus mendakwahkan risalah Islam di Madinah. Bisa juga diartikan pindah dari kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang baik. Dan secara terminologis itu berarti meninggalkan sesuatu untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.
Ketika ada seorang Muslimah yang tidak berhijab syar'i lalu tetiba mengenakannya ketika keluar rumah itu bisa dikatakan hijrah. Kemudian ada seseorang yang bekerja di perbankan, lalu memutuskan untuk berhenti kerja karena takut dengan dosa riba, itu juga dapat dikatakan telah hijrah.
Banyak dari kalangan selebritis yang memutuskan untuk hijrah. Yang tadinya seorang rocker menjadi penceramah. Yang tadinya mengumbar aurat, menjadi seorang yang benar-benar tertutupi seluruh tubuhnya dengan jilbab syar'i, yang tampak hanya muka dan telapak tangan. Bahkan ada pula yang memakai cadar.
Begitu banyak orang hijrah, tentunya dengan niat yang berbeda-beda. Dan yang paling baik adalah, ketika hijrah hanya karena Allah dan Rasul-Nya.
Dari Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Semua perbuatan tergantung niatnya, dan balasan bagi tiap-tiap orang tergantung apa yang diniatkan. Barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia niatkan.” (HR Bukhari No.54 Fathul Bari).
NEWS TINTASIYASI
HomeOPINIHijrah Kaffah
Hijrah Kaffah
EksplorasiAugust 04, 2022
TintaSiyasi.com -- Hari ini, banyak sekali orang Islam yang kehilangan identitas keislamannya. Mengaku sebagai seorang Muslim, namun perilakunya jauh dari tuntunan syariat Islam. Pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah) sungguh tidak mencerminkan sebagai seorang Muslim yang baik. Padahal keduanyalah yang membentuk kepribadian (syakhshiyah) seorang Muslim itu bisa baik atau sebaliknya. Tentu saja, untuk membentuk kepribadian Islam diperlukan pola pikir dan pola sikap yang islami pula.
Sungguh miris ketika kita menyaksikan kaum Muslim saat ini, dengan jumlah yang begitu banyak, tidak berpegang pada tali agama Allah. Mereka bagai buih di lautan, yang senantiasa mengikuti ke mana pun angin berembus. Sudah saatnya keadaan seperti ini diubah, jangan jadi pembebek. Sudah saatnya hijrah agar jati diri seorang Muslim dapat eksis di seluruh dunia. Apakah yang dimaksud dengan hijrah? Mengapa kaum Muslim saat ini harus hijrah?
Hijrah pada dasarnya adalah pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Seperti yang dilakukan oleh Rasul Muhammad SAW dan para pengikutnya yang berpindah dari Makkah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dari ancaman kafir Quraisy sekaligus mendakwahkan risalah Islam di Madinah. Bisa juga diartikan pindah dari kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang baik. Dan secara terminologis itu berarti meninggalkan sesuatu untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.
Ketika ada seorang Muslimah yang tidak berhijab syar'i lalu tetiba mengenakannya ketika keluar rumah itu bisa dikatakan hijrah. Kemudian ada seseorang yang bekerja di perbankan, lalu memutuskan untuk berhenti kerja karena takut dengan dosa riba, itu juga dapat dikatakan telah hijrah.
Banyak dari kalangan selebritis yang memutuskan untuk hijrah. Yang tadinya seorang rocker menjadi penceramah. Yang tadinya mengumbar aurat, menjadi seorang yang benar-benar tertutupi seluruh tubuhnya dengan jilbab syar'i, yang tampak hanya muka dan telapak tangan. Bahkan ada pula yang memakai cadar.
Begitu banyak orang hijrah, tentunya dengan niat yang berbeda-beda. Dan yang paling baik adalah, ketika hijrah hanya karena Allah dan Rasul-Nya.
Dari Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Semua perbuatan tergantung niatnya, dan balasan bagi tiap-tiap orang tergantung apa yang diniatkan. Barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia niatkan.” (HR Bukhari No.54 Fathul Bari).
BACA JUGA
MyPertamina Cara Paksa Konsumsi BBM Mahal?
Ilusi Peningkatan Layanan Pendidikan dengan Sistem Zonasi PPDB
Berkaca pada Krisis Sri Lanka, Kapitalisme Biang Kehancuran
Ternyata fenomena hijrah yang terjadi saat ini, tidak cukup hanya pada individu atau komunitas semata. Karena hanya merekalah yang berubah, sementara masih banyak yang belum hijrah. Untuk itu diperlukan hijrah secara kaffah, menyeluruh dalam level negara. Negara dengan sistem kufur seperti saat ini haruslah hijrah menjadi negara dengan sistem Islam.
Mengapa negara pun harus hijrah? Seperti kita ketahui, bahwa saat ini negara menggunakan sistem demokrasi sekuler, di mana negara menjunjung tinggi kebebasan, baik itu berekspresi, bertingkah laku, maupun berpendapat. Negara juga memisahkan agama dari kehidupan. Dengan sistem seperti itu, begitu banyak kemungkaran terjadi. Dengan alasan kebebasan berekspresi, kaum pelangi tumbuh subur, bahkan diapresiasi. Belum lagi betapa zalimnya para penguasa membuat peraturan yang menyengsarakan rakyat. Dari mulai pendidikan yang selalu berganti kurikulum, mahalnya biaya kesehatan, kebutuhan pokok yang makin hari makin melangit harganya, dan lain-lain. Semua itu membuat rakyat makin susah.
Oleh karena itu, sudah saatnya sistem yang ada saat ini diganti dengan sistem Islam, itu artinya negara hijrah ke arah yang lebih baik. Bila sistem Islam diterapkan, maka semua secara otomatis akan berubah. Tidak hanya individu atau komunitas saja. Semua dapat bersinergi dengan baik, yaitu ketakwaan individu, kontrol masyarakat, dan negara yang mengaturnya. Semua isi Al-Qur'an dapat direalisasikan ke dalam kehidupan.
Sesungguhnya umat Islam harus bangga dengan keislamannya. Sebagai seorang Muslim, haruslah menuntut perubahan ke arah yang lebih baik dari sakarang, itulah hijrah secara kaffah. Dan perubahan menuju pada kehidupan yang penuh rahmat dan diridhai Allah SWT hanya bisa dilakukan dengan Islam. Tanpa sistem Islam, maka perubahan yang terjadi hanya bersifat parsial saja.
Karena itu, turut memperjuangkan agar sistem negara sekuler berubah menjadi negara dengan sistem Islam, itulah hijrah yang sesungguhnya. Hijrah kaffah menuju tatanan dunia baru yaitu terbentuknya Daulah Khilafah ala minhajjinnubuwwah. Semoga hal itu segera terwujud, amin.
Wallahu a'lam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.