Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Siska Laili

Tentang Bapak dan Penerimaannya yang Ikhlas dalam Menjalani Hidup

Sastra | 2022-08-03 15:18:42

"Dimanapun kita berada, sesibuk apapun aktivitas kita. Jangan pernah mengurangi khusyuk-nya waktu sholatmu apalagi sampai meninggalkannya. In Shaa Allah, sekalipun hidup pas pasan tapi hidup kita akan lebih berkah," nasihat Bapak yang selalu terngiang di telingaku.

Pak Puji, begitulah kebanyakan orang memanggil Bapakku. Bagi orang diluaran sana sosok Bapak adalah seseorang yang hangat namun pendiam. Namun, bagi yang sudah sangat mengenal Bapak beliau adalah sosok yang cukup humoris. Disisi lain, Bapak tergolong laki laki kalem, sabar, dan telaten. Sesabar beliau menghadapi rumit ujian dalam hidupnya, hingga ia bangkit dan masih bernapas dengan bahagia. Setelaten beliau mengerjakan segala pekerjaan buruh tani asal mendapat upah untuk uang jajan putrinya. Hmm, itulah Bapak sosok laki-laki hebat dalam hidupku yang sangat apa adanya.

Tidak seperti aku yang lahir ditanah rantauan, Bapak lahir ditanah Jawa dan asli orang Jawa. Beliau lahir dari rahim Ibu desa yang begitu akrab dengan gembur tanah penghidupan. Bapak adalah anak petani berpenghasilan pas-pasan untuk makan sehari hari. Maka tidak heran jika hingga kini ilmu tani begitu Bapak kuasai tanpa harus menjadi sarjana Pertanian. Sebab, sedari dulu sudah akrab dengan kegiatan bercocok tanam.

Ekonomi keluarga yang serba pas-pasan membuat Bapak seusai lulus SMP memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah jenjang SMA. Saat itu, Bapak lebih memilih untuk merantau ke-Kalimantan mencari penghasilan. Meskipun Bapak bukanlah lulusan sarjana, namun bagiku cara berpikir beliau setara dengan sarjana. Beliau sangat mengedepankan pendidikan dan sangat menghargai proses belajar untuk bisa. Buktinya dari dulu hingga saat ini Bapak sangat memperhatikan pendidikan putrinya. Harapan Bapak semoga kehidupan putri semata wayangnya jauh lebih baik darinya sangatlah tinggi.

Nyatanya status orang tua tunggal tidak menjadikan beliau patah. Justru beliau mampu membuktikan kepada dunia jika berhasil mendidik putri semata wayangnya dengan sebaik yang beliau bisa. Putrinya tumbuh menjadi gadis yang kuat seperti dirinya, bahkan Bapak menghempaskan anggapan jika anak korban broken home pasti sulit diatur. Bagi Bapak sekalipun ia gagal menjadi imam rumah tangga, namun pantang bagi beliau menjadi Bapak yang gagal bagi anaknya. Aku jadi teringat jawaban beliau saat aku bertanya kenapa bapak memperjuangkan aku. Bapak bilang "bapak tidak punya apa apa selain kamu nduk". Ya, Bapak memang tidak memiliki banyak harta, namun beliau memiliki banyak cinta untuk putrinya.

Bagi putrinya, beliau adalah teladan yang baik dalam menjalani kehidupan. Perihal bagaimana beliau ber-akhlak baik kepada sesama, sabar dan tawakkal menghadapi getir ujian hidup, hingga bagaimana bersyukur atas segala cinta-Nya. Begitu sederhana, namun sangat mengena. Bapak adalah contoh nyata manusia biasa yang selalu ikhlas mengabdikan diri sebagai hamba-Nya. Sujudnya mengukuhkan bumi, begitu khidmat tanpa tegesa gesa. Waktu subuh adalah miliknya, riuh panggilan Allah lagu favoritnya. Masjid bagaikan rumah kedua yang paling mendamaikan untuknya bertemu kekasihnya. Bapak adalah bukti untuk manusia didunia, jika rida Allah sudah menjadi tujuan hidup, apapun kerumitan hidup akan menjadi mudah dan apa yang kurang akan menjadi sangat cukup.

Karya : Siska Fadhilatul Laili (Mahasiswa Sasindo UAD).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image