Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Nugraha Azhari M, M.Pd

Nasihat KH. M. Istichori untuk Guru dan Siswa

Eduaksi | Thursday, 25 Nov 2021, 14:57 WIB

Bertepatan dengan perayaan Hari Guru Nasional di tahun 2021, mari kita mengenang kembali salah satu ulama tawadhu asal Bogor, gurunya para guru yang tersebar di banyak tempat, yakni KH. M. Istichori Abdurrahman, beliau adalah pendiri Pondok Pesantren Darut Tafsir yang beralamat di Cibanteng – Ciampea – Bogor. Tulisan ini dibuat agar mengobati kerinduan kepada beliau dan juga sebagai refleksi kepada para guru maupun murid yang ada di tanah air.

Berikut ini adalah nasihat-nasihat beliau kepada guru dan juga para siswa:

NASIHAT KEPADA PARA GURU

1. Luangkanlah Waktu untuk Tuhan

Nasihat Untuk Guru #1

Ki Ape, begitulah beliau biasa dipanggil, beliau berpesan agar para guru harus pandai dalam membagi waktu. Baik itu waktu mengajar, waktu untuk keluarga, usaha dan juga waktu untuk istirahat. Ulama yang khas dengan peci hitamnya ini pun mengutip pesan dari Imam Ghazali "luangkanlah waktu untuk Tuhan (Allah)", menurut Kyai Istichori, minimal selama satu jam antara waktu maghrib dan isya. Dapat berupa shalat sunnah, membaca al-qur'an, membaca wiridan, doa dan lain-lain.

2. Harus Bangga Jika Murid Lebih Pandai

Nasihat Untuk Guru #2

Guru yang hebat dapat melahirkan murid yang berkualitas. Bahkan di beberapa kejadian, murid bisa saja lebih faham daripada gurunya. Oleh karena itu, KH. M. Istichori Abdurrahman berpesan kepada para guru agar bangga apabila muridnya lebih pandai dari dirinya. "Seorang guru harus bangga jika muridnya melebihi dirinya dalam penguasaan dan keluasan ilmu", menurut Kyai Istichori, itu merupakan salah satu ciri bahwa guru tersebut berhasil dalam mendidik muridnya.

3. Guru Jangan Takut Kalau Ditanya atau didebat muridnya. Bahkan Gengsi Kalau dianggap Kalah

Nasihat Untuk Guru #3

Dalam nasihat berikutnya, Ki Ape menjelaskan pentingnya dialog antara guru dan murid, ia mengingatkan agar para guru jangan takut apabila ditanya atau didebat oleh siswanya, bahkan merasa gengsi kalau dianggap kalah. Beliau memberikan contoh dari kisah Imam Syafii yang melakukan debat ilmiah dengan gurunya Imam Malik. Selesai berdebat, Imam Malik memeluk dan menciumi muridnya itu karena saking haru dan bangganya. Itu merupakan teladan yang dapat guru ambil dari 2 ulama besar umat Islam tersebut.

NASEHAT UNTUK SISWA

1. Mendawamkan Rattib al Haddad

Nasihat Untuk Siswa #1

Di Pesantren Darut Tafsir, para santri terbiasa membaca Rattib al Haddad secara rutin setiap hari setelah sholat berjama'ah. Beliau berpesan agar para siswa senantiasa mendawamkan Rattib al Haddad. Pernah pada suatu hari, ada seorang santri yang jatuh dari tangga, namun tidak apa-apa sama sekali. Menurut beliau itu berkat pertolongan Allah dan mungkin karena santri tersebut rutin membaca Rattib al Haddad.

Mengutip dari Republika Online, Ratibul Haddad merupakan amalan yang berisi doa dan dzikir yang disusun oleh ulama asal Hadramaut, Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad al Haddad (1055-1132 H). Amalan ini memiliki banyak khasiat yang sangat dahsyat, sehingga kerap dijadikan amalan rutin umat Islam, termasuk di pesantren. “Membaca Ratibul Haddad ini setelah shalat Isya’ dan Subuh adalah cara membaca yang paling sempurna, namun membaca ratib ini satu kali dalam sehari semalam dianggap cukup, yang paling utama dilakukan setelah melaksanakan shalat Isya. Sedangkan di bulan Ramadhan, membaca ratib ini didahulukan dari pelaksanaan shalat Isya”. (Syekh Abu Bakar bin Ahmad al-Maliabar, al-Imdad bi Syarhi Ratib al-Haddad, Hal. 55).

Dari sejumlah literatur dijelaskan, khasiat membaca Ratibul Haddad sangat banyak sekali. Di antaranya, Allah akan menjaga negara atau tempat tinggalnya dari beberapa cobaan dan siksaan. Selain itu, orang yang rajin membacanya juga akan diberi tambahan kekayaan, barokah, dan kebaikan di rumahnya. Dijelaskan di dalam kitab Wirdul Imam Al ‘Allamatud Dunya bahwa sebagian ulama salaf berkata, khasiat Ratib Al-Haddad antara lain dapat memanjangkan umur, menyebabkan husnul khotimah, dan dapat menjaga dari segala bencana, baik di daratan, lautan, dan di udara (artikel Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil, Rabu 11 Mar 2020).

2. Bersungguh-Sungguh dalam Belajar Kitab Kuning

Nasihat Untuk Siswa #2

Kyai Istichori berpesan agar para siswa khususnya santri senantiasa bersungguh-sungguh dalam mempelajari kitab kuning, karena kitab kuning membahas berbagai ilmu yang tidak kalah hebatnya dengan buku-buku karangan professor. Pada suatu hari, beliau pernah mengisi seminar di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan membahas tema ''Anjing Ditinjau dari Berbagai Aspek", lalu seorang peserta yang merupakan Dosen di kampus tersebut bertanya darimana pak kyai tahu banyak ihwal anjing. Kemudian dijawab oleh kyai "dari kitab kuning".

3. Jangan Melupakan Sekolah dan Guru

Nasihat Untuk Siswa #2

Berikut ini adalah nasehat yang mahsyur dari KH. M. Istichori Abdurrahman.

"kamu telah melalui sungai yang kecil, menuju sungai yang besar

kamu telah mengarungi lautan yang tenang, menuju lautan yang dahsyat yang penuh rintangan

kamu akan mampu menyebrangi sungai yang besar, setelah mempelajari sungai yang kecil

jangan kau lupakan sungai yang kecil, lautan yang tenang, padang yang sempit

karena itu semua yang menuntun kamu menuju sungai yang besar, lautan yang dahsyat dan padang yang luas''

Jika direnungkan, pesan tersebut begitu dalam maknanya. Bahwa setiap orang jangan pernah melupakan gurunya, sekolahnya, pesantrennya yang menjadi pijakan awal sehingga mereka menjadi orang-orang yang sukses. Dibalik kesuksesan tersebut ada peran guru yang mendidik mereka dengan kesabaran dan keikhlasan.

Sungai yang kecil, lautan yang tenang dan padang yang sempit adalah gambaran para guru dan juga sekolah dari tingkat dasar sampai menengah. Mereka yang mengenalkan abjad, hijaiyyah dan perhitungan ketika seseorang masih kecil memiliki andil besar. Sehingga dengannya seseorang mampu melewati tantangan kehidupan yang lebih besar yang digambarkan dengan sungai yang besar, lautan yang dahsyat dan padang yang luas. Bahkan ini bukan hanya mencakup hal-hal yang bersifat duniawi, tapi juga ukhrawi. Maka benarlah jika ada kalimat yang mengatakan "لولا المربي ماعرفت ربي" (Lawlal Murobbi Ma Aroftu Robbi) "Jika bukan karena pendidik (guru), maka aku tidak akan mengenal Tuhanku".

Adapun implementasi seseorang tidak melupakan guru dan tempat belajarnya adalah dengan tetap menjalin silaturrahmi baik secara jasmaniyah maupun ruhaniyah. Secara jasmaniyah seseorang dapat menjaga silaturahminya dengan mengunjungi guru atau sekolahnya, atau di era digital ini, seseorang dapat tetap menjaga silaturahminya melalui gadget dan media sosial. Adapun secara ruhaniyah, seseorang dapat melakukannya dengan cara mendoakan para guru-gurunya. Doa dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, ba'da shalat fardhu ataupun sunnah, baik kepada guru-guru yang masih hidup ataupun sudah meninggalkan dunia ini. Doa dapat membuat seseorang terikat sacara batin. Wallahu a'lam

Itulah nasihat-nasihat Almaghfurlah KH. M. Istichori Abdurrahman, yang insya Allah membawa kesejukan bagi banyak orang. Semoga Allah merahmati guru-guru kita semua, dan kita dapat meneladai akhlak terpuji mereka Aamiin.

Sumber: artikel dan buku catatan pribadi ayahanda KH. Drs. Cecep Sonhaji, M.Ag. Beliau pernah menjadi dewan asatidz di PP. Darut Tafsir dan juga berguru kepada KH. M. Istichori Abdurrahman.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image