Arti Inflasi: Penyebab, Jenis, Dampak, Contoh dan Cara Mengatasinya
Politik | 2022-08-02 04:59:14Nama : Hilmi
NIM : 0302521008
Kelas : AK21A
Arti Inflasi: Penyebab, Jenis, Dampak, Contoh dan Cara Mengatasinya
Inflasi adalah kenaikan harga secara terus-menerus Dallam kurun waktu tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), inflasi berarti kemerosotan nilai uang, karena banyaknya dan cepatnya uang yang beredar. Sehingga, hal itu menyebabkan naiknya harga barang dan jasa.
Apa yang dimaksud dengan inflasi? Pengertian inflasi adalah kenaikan harga barang atau jasa, yang menyebabkan daya beli uang menurun. Kenaikan harga ini terjadi pada sebagian besar barang dan jasa, secara terus menerus atau dalam kurun waktu tertentu, begitu seperti dikutip dari modul Ekonomi Kemdikbud oleh Apriyanti Wulandari.
Kenaikan harga satu atau dua barang atau jasa tidak dapat dikatakan inflasi, kecuali kenaikan harga barang atau jasa tersebut mempengaruhi kenaikan harga barang atau jasa lainnya.
Contoh inflasi misalnya kenaikan BBM, bisa mengakibatkan inflasi karena memberikan efek yang luas dan diikuti kenaikan harga barang atau jasa lainnya. Sebaliknya, bila terjadi kenaikan daya beli uang karena penurunan harga barang atau jasa, maka dimaknai sebagai "deflasi".
Penyebab Inflasi
Inflasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, dan bisa juga disebabkan ketidaklancaran distribusi barang.
Adapun penyebab Inflasi bisa terjadi karena:
1. Tekanan Permintaan (demand-pull inflation)
Inflasi ini terjadi karena permintaan yang tinggi. terhadap satu jenis barang dan jasa. Sedangkan, ketersediaannya relatif tetap.
2. Dorongan Biaya (cost-push inflation)
Inflasi ini disebabkan karena tekanan dari sisi penyedia barang/jasa, yang dapat dipengaruhi oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi negara-negara partner dagang, kenaikan komoditi yang diatur pemerintah, terjadi bencana alam dan terganggunya distribusi.
3. Perkiraan (ekspektasi)
Inflasi ini dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonom,i dalam menggunakan perkiraan angka inflasi dalam keputusan ekonominya. Perkiraan ini bisa bersifat adaptif atau menyesuaikan dengan perkembangan.
Misalnya perubahan harga di tingkat produsen, saat menjelang hari raya keagamaan, penentuan Upah Minimum Provinsi (UMP). Perkiraan ini tidak selamanya sesuai, meskipun pasokan barang dan jasa diperkirakan cukup, namun harga barang dan jasa tetap saja mengalami kenaikan.
4. Peredaran Uang kartal yang Tak Terkendali
Pencetakan uang baru yang dilakukan pemerintah untuk menutup defisit anggaran, menyebabkan harga barang-barang akan naik (dengan asumsi jumlah barang yang diproduksi/tersedia di pasar tetap). Uang yang beredar banyak, tetapi barang yang akan dibeli jumlahnya terbatas.
5. Kekacauan Politik dan Ekonomi
Kebijakan ekonomi maupun politik tertentu dapat menimbulkan inflasi di masyarakat. Contoh inflasi adalah misalkan pemerintah mengumumkan akan menaikkan harga bahan bakar, sebelum kebijakan tersebut dilaksanakan, para produsen sudah menimbun bahan bakar. Hal itu lah, yang menyebabkan kelangkaan di masyarakat yang disertai dengan kenaikan harga dan kepanikan di masyarakat.
Jenis-jenis Inflasi
Salah satu untuk mengukur tingkat inflasi adalah dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Berdasarkan tingkat keparahannya jenis inflasi dapat dibedakan menjadi:
Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun)
Inflasi sedang (antara 10%-30% per tahun)
Inflasi berat (antara 30% -100% per tahun)
Hiperinflasi (lebih dari 100% per tahun)
Berdasarkan faktor fundamental yang menyebabkan terjadinya inflasi, jenis inflasi dikelompokkan sebagai berikut:
Inflasi Inti
Komponen inflasi inti cenderung menetap, hal ini dipengaruhi oleh Interaksi permintaan-penawaran. Selain itu, lingkungan eksternal seperti nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang juga mempengaruhi inflasi inti. Perkiraan inflasi inti juga dipengaruhi dari pedagang dan konsumen.
Inflasi Non-Inti
Inflasi non-inti adalah inflasi yang cenderung tinggi perubahannya, disebabkan selain faktor fundamental. Inflasi non-inti akan dipengaruhi oleh inflasi volatile foods, yakni kejutan harga bahan pangan saat panen, gangguan/ bencana alam, perkembangan harga pangan domestik/internasional.
Selain itu, ini juga dipengaruhi oleh Inflasi administered prices yang dipicu dari kebijakan harga pemerintah, seperti harga BBM, tarif listrik, tarif angkutan, dan lain-lain.
Dampak Inflasi
Inflasi pada tingkat rendah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan kenaikan pendapatan. Namun pada tingkat tinggi, inflasi dapat menyebabkan penurunan kesejahteraan masyarakat hingga menyebabkan kepanikan.
Dampak Positif Inflasi
Peredaran dan perputaran barang lebih cepat
Produksi barang atau jasa bertambah, sehingga menyebabkan kenaikan keuntungan pengusaha
Kesempatan kerja akan bertambah dengan adanya tambahan investasi
Pendapatan nominal akan bertambah (meskipun riilnya berkurang karena kenaikan pendapatan relatif kecil).
Dampak Negatif Inflasi
Harga barang dan jasa naik
Nilai dan kepercayaan terhadap uang, akan berkurang
Menyebabkan efek seperti, melakukan penimbunan barang dan membeli valuta asing
Banyak proyek pembangunan yang terlantar
Kesadaran menabung masyarakat berkurang.
Cara Mengatasi Inflasi
Dikutip dari buku 'Pasti Bisa Ekonomi' yang diterbitkan Penerbit Duta, adapun cara untuk mengatasi Inflasi adalah sebagai berikut:
Mengatasi Inflasi dengan Mengenal Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah dalam bidang keuangan. Kebijakan moneter yang bisa dilakukan sebagai cara mengatasi inflasi adalah dengan mengatur kebijakan diskonto, operasi pasar terbuka, kebijakan pengaturan kredit (pembiayaan), dan menaikkan ras rasio.
Mengatasi Inflasi dengan Kebijakan Fiskal
Pemerintah bisa melakukan tiga kebijakan fiskal guna mengatasi inflasi, yaitu mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah, menaikkan pajak, dan melakukan pinjaman.
Mengatasi Inflasi dengan Kebijakan Riil atau Non-Moneter
Cara mengatasi inflasi dengan kebijakan ini adalah melalui peningkatan produksi, pengendalian harga, distribusi produksi, dan kebijakan upah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.