KULINER BERBAHAN KELINCI, BERANI COBA?
Kuliner | 2022-08-01 08:28:47Jumat di siang hari itu saya merasakan perut meronta meminta tuk diisi dengan sesuap makanan lezat. Setelah berkeliling membawa si Mickey—motor Beat hitam-ungu—akhirnya saya menemukan sebuah kios kecil sederhana yang menjual olahan daging kelinci. Sebenarnya saya pernah memakan olahan daging kelinci beberapa kali, namun saya belum pernah melihat ataupun mencoba olahan daging kelinci selain dijadikan sate. Kios bernama Sate Kelinci Khas Tagog ini menjual kuliner berbahan dasar kelinci lainnya seperti tongseng dan abon. Sebagai orang yang cukup suka makan, saya tertarik untuk mencoba tongseng kelinci yang belum pernah saya cicipi sebelumnya, akhirnya saya memarkirkan motor saya tepat di depan kios.
Terlampau sederhana, kios ini bisa terbilang kecil, tidak banyak meja kursi yang bisa diletakkan di dalamnya. Hanya berisikan dua meja yang cukup panjang dengan beberapa kursi hijau plastik sebagai pelengkapnya. Kios yang beralamatkan di Jalan Raya Tagog nomor 249 Cimahi ini terletak di tengah-tengah antara Gedung Yamaha Motor dan Bank Sinarmas serta tepat berada di sebrang toko Rabbani. Tidak memiliki lahan untuk parkir serta kios yang bersatu dengan warung membuat orang-orang yang membeli biasanya memilih untuk membungkus pesanannya daripada makan di tempat. Sudah lebih 20 tahun lamanya kios itu beroperasi, tepatnya adalah 22 tahun yaitu sejak tahun 2000. Karena penasaran dengan alasannya memilih berjualan kuliner daging kelinci, saya memutuskan untuk mengobrol dengan pemiliknya.
Maman Taryaman (52) pemilik kios Sate Kelinci Khas Tagong mengaku bahwa pada saat itu, tahun 2000 belum banyak penjual sate kelinci di Cimahi, selain itu juga beliau berkata “Daging kelinci itu bagus buat Kesehatan, Teh. Soalnya daging kelinci gak berkolesterol dan bagus khasiatnya buat penyakit asma sama darah tinggi”. Sebelumnya Ketika mendengar kata “Sate kelinci” orang akan merasa bergidik karena tidak bisa membayangkan hewan kecil lucu itu bisa jadi sebuah olahan kuliner. Namun ternyata ketika masuk ke mulut rasanya tidak jauh berbeda seperti daging pada umumnya, hanya saja teksturnya sedikit lebih alot karena dagingnya tidak terlalu besar. Pak Maman menambahkan bahwa tidak hanya dagingnya saja yang bisa dijadikan olahan makanan, Ia mengaku bahwa jeroannya seperti ati, usus, hingga otak dapat diolah menjadi makanan. Selain itu kulit dan bulunya pun tak luput dari manfaat.
Di awal tahun 2000, Pak Maman mengaku saat berjualan pertama ia hanya bermodalkan satu ekor kelinci yang dibelinya pada saat itu dengan harga 20.000 dan satenya ia jual dengan harga 7000 rupiah untuk 10 tusuk. “Satu ekor saja sudah bisa menghasilkan 60-100 tusuk sate tergantung potongan dan ukuran kelincinya, kebetulan dulu Bapak mah belinya kelinci yang paling besar, jadi bisa laku banyak,” ujarnya. Beliau berkata bahwa pertama kali jualan langsung laris manis dan konsumen terus bertambah, tentu saja selain karena rasanya yang enak, hal itu juga dikarenakan penjual sate kelinci terbilang sangat jarang pada masa itu, dan orang-orang penasaran akan rasa daging dari hewan kecil yang lucu itu. Namun tentu saja, tidak ada usaha yang selalu lancar seperti di jalan tol. Mengaku pernah mengalami pailit pada tahun 2015 membuat beliau sedih dan berhenti sejenak. Namun beliau berkata bahwa dirinya tidak pernah berpikiran untuk berhenti berjualan, lalu di tahun 2016 ia mulai bangkit Kembali dan perlahan-lahan mulai Kembali stabil.
Selain sate, Pak Maman juga berjualan olahan daging kelinci lainnya seperti tongseng dan abon. Tongseng kelinci buatan Pak Maman rasanya legit dan kaya rempah, sangat hangat ketika masuk ke perut. Harga sate kelinci saat ini adalah 30.000 untuk 10 tusuk dan sama untuk harga satu porsi tongseng. Jika dilihat, harganya meningkat sangat tajam ya? Hal itu diakibatkan harga satu ekor kelinci yang makin mahal. Pak Maman berkata bahwa harga satu ekor kelinci saat ini adalah 70.000, ditambah tidak banyak peternak kelinci. Selain itu juga beliar berterus terang tentang cara pemilihan kelinci yang layak dipotong, “kelincinya harus berumur di atas 7 bulan, sehat, serta hanya memakan rumput”. Ternyata ada beberapa yang perlu diperhatikan, tidak sembarang kelinci bisa dipotong. Selain sate dan tongseng, Pak Maman pernah menjual abon kelinci, rasanya lebih garing dan gurih dibanding abon sapi atau abon ikan, namun beliau berhenti karena proses pembuatannya yang cukup rumit dan hanya fokus pada sate serta tongseng saja.
Untuk sekarang sudah banyak penjual sate kelinci yang tersebar di berbagai daerah. Kalau kamu, berani makan olahan daging kelinci?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.