Pusing Banyak Pikiran, Tapi Tak Tahu Penyebabnya?
Edukasi | 2022-07-28 09:26:46“Tidak ada rasa sakit tanpa sebab” (dr Cha Yo Han dalam serial Doctor John (2019)
Pernah kan? Perasaan so confused, banyak pikiran bercampur dengan crowded-nya, gamang dan tertekan. Ya, semacam stres. Tapi anehnya, Anda merasa tak mengenali penyebabnya. Mendadak banyak masalah seolah tumpah ruah memenuhi isi kepala. Saya dulu sering menyebutnya sebagai disorientasi, tentu saja ini kesimpulan sepihak, tanpa basis keilmuan yang memadai. Saya hanya mencoba merangkum gejala psikis yang dirasakan, karena di situasi ini saya sering bingung mau ke mana, apa yang harus dilakukan, ya seperti tak punya orientasi.
Dalam suasana batin demikian, hati juga menjadi semakin sensitif dan karenanya mudah pula tersinggung, bahkan mungkin impulsif. Ada teman becanda sedikit bawaaanya pengin mengaum, ada yang ngomong ngegas rasanya pengin menerkam. Nah, kalau Anda merasa pernah mengalami situasi semacam ini, jangan panik, tak perlu masuk kamar dan membanting pintu. Karena saya meyakini hampir setiap orang pernah mendapatkan pengalaman ini. Dan kesimpulan ini bukan tanpa alasan, karena kadang menemukan gejala mirip-mirip pada kawan dekat. Atau, kadang ada juga kawan yang curhat dan menumpahkan segala kegundah-gulanaannya kepada kita. Galau tingkat dewa.
Anggap saja asumsi saya itu benar adanya, maka pertanyaannya, benarkah kita tak mengenali penyebabnya? Mungkin pola kasusnya sebelas dua belas dengan cerita yang jamak kita dengar. “Kalau dipikir-pikir, gajiku itu gak cukup loh untuk memenuhi kebutuhan anak istri. Tapi ya nyatanya ya bisa makan, sekolahin anak, alhamdulillah bisa nyicil rumah. Yang jelas matematikanya gak ketemu, pasrahke Gusti Allah wae lah”.
Benarkah demikian? Atau jangan-jangan kita yang memilih enggan menghitungnya? Sebetulnya kalau mau dihitung dan dilacak secara sederhana saja, pastilah ketemu jawabannya: kenapa dengan gaji yang pas-pasan, bahkan mungkin minus, keluarga masih bisa tetap makan dan memenuhi kebutuhan lainnya. Tentu saja iman kita meyakini bahwa semua rezeki itu karena kemurahan Allah. Tapi bukan berarti tak bisa dikalkulasi kan? Bahwa mungkin di antara penghasilan di luar gaji itu ada rizki yang min haitsu la yahtasib, dari jalan yang tak disangka-sangka, ya bisa jadi benar. Tapi sekali lagi bukan berarti tak bisa dihitung kan? Jangan lupa juga, fitrah manusia untuk bertahan hidup (survival of the fittest) memungkinkannya memiliki daya pacu yang lebih untuk mengikhtiarkan apapun demi menambah penghasilan di luar gaji. Ya mentok-mentoknya mungkin dengan berhutang. Tapi semua bisa dirinci, meski tanpa akuntansi, hingga akan ketemu jawabannya kenapa kebutuhan sebulan kemarin bisa tercukupi dengan gaji yang pas-pasan.
Maka kembali pada bahasan utama, benarkah kita bisa terjebak stres dengan multi-pikiran tapi tak bisa tahu penyebabnya. Dulu saya juga meyakini anggapan yang begitu. Tapi kok dipikir-pikir lucu, mosok mumet ora ono sebabe? Ibarat gejala klinis dalam sakit fisik, kan pasti ada pemicunya tho. Seperti ungkapan dr Cha Yo Han dalam serial Doctor John (2019); Tidak ada rasa sakit tanpa sebab, pun demikian semestinya dengan gejala psikis. Selalu ada sebab, pemicu, sumber atau akar masalah yang membuatmu pusing tak karuan.
Saya meyakini, bahwa masalah sebesar apapun sebetulnya tetaplah punya pemicu, ada triger-nya, yang bisa jadi adalah hal kecil. Tanpa bermaksud seksis, kasus ini bisa dijumpai saat perempuan sedang marah besar, meledak kemarahannya sampai histeris. Artinya, ada kemungkinan bahwa kemarahan yang ia sasarkan ke lelakinya mungkin saja berbasis pada masalah besar ataupun akumulasi masalah-masalah lainnya. Tetapi percayalah, selalu butuh percikan kecil untuk mengundang ledakan besar. Perempuan yang bisa jadi istrimu, atau pacarmu ini tetap harus menemukan momentum untuk menjadikan ledakan marahnya logis secara moril. Kalau lelakinya tak peka, mungkin ia akan menyimpulkan keliru pula: masalah sepele aja marahnya kaya apa. Dia lupa bahwa masalah kecil itu fungsinya hanya pemicu, tapi begitu sudah menyala, mendadak rentetan tembakan menghujanimu, segala masalah dari masa lalu ditumpahkan hanya untuk menyalahkanmu. Sampai sini paham kan?
Jadi, tidak ada masalah yang tidak bisa dilacak sumbernya. Dulu saat belajar mapel sejarah SMA, para guru juga selalu menjabarkan sebab umum dan sebab khusus dari sebuah peristiwa sejarah besar, misal Perang Dunia I, II, Perang Dingin, dan lainnya. Perang Dunia I yang menewaskan hampir 10 juta prajurit misalnya, tetap saja ada pemicu khususnya, yakni terbunuhnya Pangeran Franz Ferdinand dari Kekaisaran Austria-Hongaria.
Jadi, sepusing apapun, sebanyak apapun masalah di pikiranmu saat ini, selalu ada penyebabnya dan pemicunya. Kalau saja Anda meluangkan waktu sedikit saja, mencoba mengurai masalahnya, pastilah akan ditemukan sumbernya. Ini semisal kita berangkat kerja dengan mood yang buruk, ia akan mudah mengundang masalah-masalah lainnya di kantor. Tahu-tahu teman kantor yang tak tahu menahu jadi sasaran kemarahan, atasan yang memang gayanya begitu jadi bahan umpatan di pantri. Dan contoh-contoh yang lainnya. Jadi, kalau Anda stres, serasa menanggung-bebani banyak masalah tapi merasa tak tau sebabnya? Maka fix, Anda lucu dan imut. Karena bisa jadi bukan penyebabnya tak terdeteksi, tetapi Anda sendiri yang tak mau membuka dan mengurai masalahnya. []
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.