Stigma dan Sunyi: Ketakutan Remaja Bicara Soal Kesehatan Mental
Gaya Hidup | 2024-12-14 10:08:33Remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental sering kali tidak menyadari apa yang sedang mereka alami. Gejala seperti perubahan suasana hati, kehilangan minat, atau merasa cemas berkepanjangan sering dianggap sebagai hal biasa yang menyertai masa remaja. Sayangnya, stigma masyarakat terhadap kesehatan mental membuat banyak remaja enggan mencari bantuan. Mereka takut dianggap lemah, berlebihan, atau bahkan menjadi bahan cibiran. Akibatnya, banyak yang memilih untuk menutup diri, menyembunyikan perasaan mereka, dan berjuang sendirian.
Ketakutan untuk berbicara tentang apa yang mereka rasakan sering membuat remaja merasa sendirian dalam menghadapi beban mentalnya. Mereka cenderung berpikir bahwa tidak ada yang benar-benar memahami atau peduli terhadap apa yang mereka alami. Padahal, kenyataannya, banyak orang seusia mereka yang mungkin menghadapi perasaan atau pengalaman serupa. Ketidaktahuan ini sering kali memperkuat perasaan isolasi, sehingga mereka enggan membuka diri dan mencari dukungan. Jika saja ada ruang yang aman dan bebas dari penilaian, di mana mereka dapat berbagi cerita, mereka akan menyadari bahwa mereka tidak sendirian.
Jangan pernah merasa bahwa kamu harus menghadapi semuanya sendirian. Banyak remaja di luar sana yang mungkin merasakan hal yang serupa, dan itu bukanlah sesuatu yang harus disembunyikan atau dihadapi tanpa dukungan. Ingatlah bahwa berbicara tentang perasaanmu bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah berani untuk menjaga kesehatan mental. Kamu berhak merasa baik, dan terkadang, yang kamu butuhkan hanyalah waktu untuk berhenti sejenak, mengambil napas, dan memberi dirimu ruang untuk meresapi apa yang terjadi. Baik di sekolah, keluarga, atau komunitas sekitar, ada banyak orang yang peduli dan siap mendengarkan. Jangan ragu untuk mengambil istirahat, karena kamu pantas merasa tenang dan terjaga. Jangan biarkan tekanan menguasai dirimu, karena kamu tidak sendirian dalam perjalanan ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.