Kasus Perundungan Berakhir Tragis Kembali Terjadi, Bagaimana Pengaruh Media Sosial terhadap Anak?
Info Terkini | 2022-07-26 17:30:14Bandung - Kembali terjadi kasus perundungan yang dilakukan oleh siswa kelas 6 SD di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Kasus ini menyebabkan meninggalnya seorang anak yang merupakan korban dari perundungan tersebut pada Minggu (17/07/2022).
Kasus ini ramai dibicarakan warganet lantaran perlakuan yang tidak senonoh dari korban karena suruhan dari teman-temannya. Diduga korban berinisial PH (11) dipaksa mencabuli seekor kucing dan direkam oleh teman-temannya. Hal ini menyebabkan korban depresi hingga akhirnya meninggal dunia.
Dikutip dari laman detik Jabar, Kamis (21/07/2022), kasus ini masih terus dipantau dan ditangani oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) DP3AKB Jabar bersama dengan PPA Tasikmalaya.
Kasus ini mengundang perhatian Said Alwy selaku CEO dari Yayasan Pemuda Peduli yang bergerak pada pendidikan dan pengembangan karakter. Alwy menilai bahwa adanya kasus ini menjadi gambaran bahwa media sosial memberikan dampak yang cukup serius terhadap anak-anak.
“Sebenarnya kan ini merupakan akibat dari segudang efek negatif ketika tidak bisa mengelola informasi dari media sosial, dan sebelumnya juga ada kasus anak yang membuat konten tapi tertabrak truk, nah ini kan karena mereka belum bisa menyaring paparan sosial media,” ucapnya.
Kasus ini menjadi gambaran akibat terlalu dininya seorang anak dalam bermedia sosial. Lantaran, banyaknya informasi yang ada pada media sosial belum mampu secara utuh diserap oleh anak. Adanya perkembangan zaman tak menutup kemungkinan seorang anak untuk bermain media sosial namun harus ada pendampingan oleh orang tua atau gurunya.
Said Alwy, CEO dari Pemuda Peduli juga menekankan bahwa pembinaan dari keluarga maupun sekolah sangat berperan penting dalam perkembangan anak-anak.
“Makanya peran dari semua seperti orang tua, keluarga, maupun guru itu adalah bagaimana bisa memberikan edukasi sehingga anak bisa lebih bijak dalam bermedia sosial, dan mungkin hubungan satu sama lain, karena bisa dibilang dari kasus itu ada sisi less empathy-nya kan,” tambahnya.
Dengan terjadinya kasus ini dapat menjadi pelajaran bahwa berbagai pihak termasuk kita bertanggung jawab atas perkembangan anak-anak di sekitar. Dan harapannya di masa depan tidak terjadi kasus seperti ini kembali.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.