Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Melirik Gurita, Potensi Perikanan Melimpah yang Terabaikan

Bisnis | Wednesday, 17 Nov 2021, 10:12 WIB
Nelayan Gurita

Gurita merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan penyebaran yang luas, ditemukan di hampir seluruh perairan laut dunia, mulai dari daerah tropis hingga perairan kutub. Saat ini kegiatan perikanan gurita masih dilakukan secara tradisional dan merupakan perikanan skala kecil dengan teknologi penangkapan yang sederhana.

Gurita termasuk kelompok sumberdaya ikan penghuni terumbu karang, padang lamun, pasir, lumpur dan di antara bebatuan (Roper et al. 1984; Herwig et al. 2012; Raberinary dan Benbow 2012, Norman 1991).

Gurita (Octopus cyanea Gray, 1849) termasuk kelas Cephalopoda suku Octopodidae marga Octopus dari filum Mollusca yang merupakan marga yang paling terkenal di antara marga-marga dari kelas Cephalopoda. Marga ini terdiri dari sekitar 150 jenis yang hidup hampir di seluruh laut di dunia, dari laut tropis sampai kutub utara dan kutub selatan (Lane, 1957).

Octopus cyanea tersebar dari Pantai Timur Afrika hingga Hawaii, dari Jepang Selatan hingga Australia Utara (Jereb et al. 2016).

Octopus cyanea secara dominan mendiami terumbu karang dan bebatuan di pantai maupun di daerah pasang surut serta dapat juga ditemukan di padang lamun dan di substrat bentik berpasir, berbatu, dan berlumpur dengan kisaran kedalaman 0 - 150 m. Hewan ini biasanya berburu pada siang hari dan membutuhkan tingkat crypsis (kamuflase) yang tinggi (Forsythe dan Hanlon, 1997).

Octopus cyanea dapat menghasilkan berbagai macam pola warna mulai dari coklat gelap hingga abu-abu putih dengan oselus hitam (bintik mata palsu). Octopus cyanea merupakan jenis gurita sedang (ukuran maksimum = 6 kg atau panjang total 90 cm) dan jenis yang paling dominan di wilayah Sulawesi (Crespo, 2015).

Di Indonesia, perikanan gurita banyak dilakukan oleh perikanan skala kecil di sekitar terumbu karang.

Salah satu jenis gurita yang dominan tertangkap adalah adalah Octopus cyanea, atau dikenal oleh masyarakat lokal dengan nama gurita batu.

Gurita jenis tersebut dilaporkan ditemukan di Prigi (Jawa Timur), Pekalongan, Takabonerate, Bunaken, Teluk Bintuni (Papua), Ambon (Ghofar, 1999), Bengkulu (Evayani, 2004), Kepulauan Talaud (Paruntu et al. 2009; Balansada et al. 2019), Raja Ampat (Toha et al. 2015), Pulau Simeulue (Faskanu, 2019), dan Palabuhanratu (Hakim et al. 2020).

Hampir semua produksi gurita (Octopodidae) dunia berasal dari perikanan tangkap.

Produksi gurita global tercatat sebesar 420.000 ton per tahun (FAO Figis Database). Indonesia menempati urutan ke-4 sebagai negara dengan produksi gurita terbanyak dengan produksi mencapai 10.860 ton pada tahun 2010, di bawah Tiongkok 125.776 ton, Jepang 41.700 ton, dan Korea Selatan 20.759 ton (FAO, 2014).

Produksi gurita Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun 2010 – 2018, dengan produksi pada tahun 2018 sebesar 11.646 ton.

Hal ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya gurita yang cukup melimpah di Asia. Produk gurita Indonesia diekspor ke 55 negara, dengan tujuan utama adalah Italia, Amerika Serikat, Tiongkok, Yunani dan Korea Selatan.

Permasalahan perikanan gurita di Indonesia adalah terbatasnya data dan informasi yang lengkap dan akurat tentang status dan pemanfaatan sumberdaya gurita. Belum adanya penilaian status stok gurita dan pencatatan hasil tangkapan yang baik menyebabkan sulitnya menilai keberlanjutan perikanan gurita secara komersial.

Perikanan gurita saat ini belum dikelola secara baik, diindikasikan dengan belum adanya pengaturan dan pemanfaatannya masih bersifat open access.

Besarnya permintaan untuk ekspor gurita mendorong peningkatan upaya penangkapan sehingga berakibat pada penurunan stok dan terjadinya eksploitasi berlebih.

Tingginya nilai ekonomi gurita sebagai komoditas ekspor, permintaan pasar untuk pemenuhan standar keberlanjutan, dan pentingnya perikanan gurita bagi sumber mata pencaharian nelayan kecil, menjadikan perikanan gurita perlu untuk dikelola dengan baik untuk memastikan keberlanjutannya.

Salah satunya adalah melalui pemantauan dan pengelolaan perikanan gurita partisipatif, menghadirkan peluang yang sangat baik untuk memberdayakan komunitas nelayan skala kecil dengan informasi, keterampilan, dan pengetahuan penting yang diperlukan untuk pengelolaan sumber daya laut mereka yang lebih luas dan berjangka panjang.

Data ekspor dari Kementerian Perdagangan dan Perizinan Karantina yang diumumkan oleh Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (BKIPM KKP).

Terdapat perbedaan data antara data Kementerian Perdagangan dan BKIPM KKP, dimana data dari BKIPM KKP sedikit lebih tinggi daripada data ekspor dari Kementerian Perdagangan, karena data dari BKIPM KKP mencakup semua gurita.

Jumlah volume ekspor gurita dari Indonesia dari tahun 2010-2020 mengalami fluktuasi. Nilai ekspor tertinggi dicapai pada tahun 2018 dengan volume sebesar 25.376.878 kg (140.982.404 USD atau setara 2 triliun rupiah). Sedangkan 2020 (per Mei) 32.376.493 USD dengan volume 8.384.625 kg.

Disisi lain, menurut hasil penelitian IOJI dan Pesisir Lestari, menunjukkan secara garis besar terjadi penurunan pendapatan nelayan gurita di hampir tujuh lokasi yang cukup signifikan akibat dampak COVID-19.

Penurunan pendapatan ini disebabkan karena penurunan perdagangan gurita baik di pasar regional maupun internasional. Namun penurunan ini masih bisa disiasati oleh nelayan dimana nelayan masih dapat melakukan aktivitas kegiatan lain selain menangkap gurita. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image