Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Kenaikan Gas dan BBM Non Subsidi Tak Berdampak?

Politik | Monday, 18 Jul 2022, 00:22 WIB

Semua serba naik, cuma penghasilan aja yang belum naik. Begitulah salah satu keluh kesah rakyat melihat kian hari harga semua kebutuhan semakin melambung tinggi.

Penyesuaian Harga

Sudah ditetapkan oleh aturan Kepmen ESDM 62/K/12/MEM/2020 tentang Formulasi Harga Jenis Bahan Bakar Umum (JBU). Bahwa harga BBM dan gas non subsidi akan terus mengalami penyesuaian harga. Penyesuaian harga ini mengikuti tren harga minyak dan gas dunia.

Dilansir dari laman republika.co.id (10/7/2022),PT Pertamina (Persero) kembali menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertamax Turbo dan Dex Series. Tak hanya itu, elpiji nonsubsidi jenis Bright Gas, ikut naik. Jika kita ingat, ini sudah kali ketiga kenaikan harga terjadi.

Sering kita dengar kenaikan harga BBM karena kenaikan harga minyak dunia. Tapi, mengapa tidak ada penurunan harga BBM saat harga minyak dunia turun? Bukankah aturan ini ada untuk mengikuti tren minyak dan gas dunia? Atau ini adalah salah satu skenario pemerintah atas perjanjian untuk menghapuskan subsidi pada rakyat?

Yang jelas kenaikan ini menambah beban hidup rakyat yang makin sulit.

Tidak Berdampak

Pemerintah beropini bahwa kenaikan harga gas dan BBM non subsidi ini tidak berdampak bagi daya beli masyarakat. Klaim ini berdasarkan data Pertamina yang menyatakan bahwa porsi produk Pertamax Turbo dan Dex Series hanya lima persen dari total konsumsi BBM nasional. Sedangkan, porsi produk elpiji nonsubsidi hanya enam persen dari total komposisi elpiji nasional. (Republika.co.id, 10/7/2022)

Namun, benarkah klaim ini? Fakta di lapangan justru keberadaan gas dan BBM subsidi terbatas, cukup sulit menemukan BBM subsidi di SPBU. Belum lagi kini cara pembeliannya tak semudah dulu. Yang katanya agar subsidi tepat sasaran untuk golongan kurang mampu.

Masyarakat kecil yang tidak menjumpai gas dan BBM bersubsidi pun mau tak mau, suka tak suka harus membeli gas dan BBM non subsidi. Apalagi jika memang gas dan BBM ini dibutuhkan untuk keseharian atau nafkahnya.

Diakui atau tidak, kenaikan harga gas dan BBM walau itu non subsidi akan mempengaruhi masyarakat banyak. Perekonomian yang baru saja menggeliat setelah dihantam pandemi kemarin bisa saja collapse. Inflasi terjadi, disusul dengan kenaikan berbagai harga dan jasa.

Tak hanya masyarakat biasa, dalam skala makro pun akan kena dampaknya. Karena gas dan BBM digunakan untuk sektor industri, transportasi, juga listrik. Yang ketiganya berkontribusi besar pada produk domestik bruto Indonesia. Dampak susulan ke depannya akan bertambah angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.

Biang Keroknya

Data menunjukkan 75% kebutuhan BBM dalam negeri dipenuhi dari impor dan 80% untuk LPG. Sementara diketahui kini sedang terjadi perang Rusia-Ukraina. Kenaikan harga terjadi karena terganggunya stabilitas negara luar. Karena inilah, pemerintah selalu beralasan kenaikan harga adalah upaya untuk mengurangi beban APBN.

Tingginya konsumsi gas dan BBM di dalam energi ini tidak dibarengi dengan produksinya. Padahal, Indonesia dikenal luas sebagai negara dengan potensi sumber energi tinggi, belum lagi sumber energi alternatifnya. Minyak mentah, gas, panas bumi, nuklir, tenaga Surya, air, dan lainnya ada semuanya.

Jika semua potensi ini diolah dan digunakan dengan optimal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, tentu rantai ketergantungan negeri akan impor akan terputus. Tak ada lagi alasan kenaikan harga karena tren dunia naik. Masyarakat justru bisa mengakses energi dengan harga yang ramah kantong.

Sayangnya, tenaga yang harus dikeluarkan untuk bisa mandiri memenuhi kebutuhan energi sendiri cukup besar, dananya pun tak kecil. Ini yang membuat pemerintah lantas mengambil langkah mudah dan nyaman yakni impor sebagai solusi memenuhi kebutuhan energi negeri. Tak peduli jika rakyat harus tercekik karena kenaikan yang terus terjadi.

Inilah paradigma kapitalisme. Mindset lebih baik ambil margin dari impor daripada mengolah sendiri. Pengelolaan SDA negeri yang melimpah ruah diserahkan pada asing demi sedikit pajak yang diambil. Ditambah kacamata jual beli antara rakyat dan pemerintah negeri. Klop sudah semuanya membunuh rakyat perlahan.

Beda Paradigma

Berbeda dengan Islam. Tak hanya agama yang mengatur ibadah hamba dan Rabbnya. Islam juga diturunkan sebagai sistem kehidupan. Ia tegak diatas landasan iman. Ada konsep halal haram, selalu berkasih sayang di dalamnya.

Dalam Islam, energi ditetapkan sebagai bagian dari kepemilikan umat. Sumber daya alam yang melimpah ruah di negeri muslim bukan kepunyaan negara, tapi kepunyaan umat. Negara bertugas mengolah SDA tersebut dan menyerahkan seluruh hasilnya untuk bisa dinikmati oleh umat secara mudah dan murah, bahkan gratis.

Hal ini tentu dibarengi dengan penjagaan alam yang sudah Allah titipkan. Tidak diperkenankan alam dieksploitasi tanpa memperhatikan kelestarian dan penjagaannya dari kerusakan.

Kacamata yang digunakan antara pemerintah dengan rakyat adalah kacamata pelayanan. Pemerintah adalah posisi yang diberikan amanah untuk melayani urusan rakyat. Apalagi Islam mewajibkan negara memenuhi setiap kebutuhan rakyat per kepala, baik itu sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, juga keamanan.

Sebagai negara, Islam akan menjaga negara menjadi negara yang berdaulat, mandiri. Negara islam tidak bergantung akan negeri lain. Hal ini untuk mencegah adanya intervensi asing.

Sumber daya alam melimpah yang Allah titipkan akan diolah menggunakan teknologi yang mutakhir, sumber daya manusianya difasilitasi pendidikan yang berkualitas sehingga bisa menjadi tenaga ahli, infrastruktur berkualitas serta lembaga riset yang produktif dan inovatif dipelihara agar bisa menghasilkan sumber-sumber energi alternatif lainnya. Dana yang digunakan bersumber dari berbagai pos pemasukan negara dalam Islam.

Semua tenaga dan dana yang tidak kecil dikeluarkan dengan landasan iman. Ridho karena semua dilakukan dalam rangka menjalani perintah Rabb semesta alam. Kacamata ibadah yang dipakai. Sehingga ada motivasi kuat disini. Inilah indahnya islam.

"Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan." (TQS. Al Anfal : 24)

Wallahua'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image