Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nabiel Fakriyah

KH Ahmad Dahlan dan Islam Moderat

Sejarah | Monday, 15 Nov 2021, 14:29 WIB

Pada tanggal 18 November 2021, Muhammadiyah akan memasuki usia yang ke-108 tahun. Perjalanan yang sangat besar hingga saat ini Muhammadiyah menjadi organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia setelah Nahdhatul Ulama. Perjuangan Muhammadiyah dapat menjadi sebesar sekarang ini tak luput dari perjuangan KH Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri Muhammadiyah.

KH Ahmad Dahlan bukan hanya sebagai pendiri organsasi Muhammadiyah, tetapi beliau juga memperhatikan tentang pendidikan masyarakat saat itu. Perhatian tersebut bermula dari sikap tidak puas beliau dengan adanya dualisme pendidikan pada pesantren-pesantren dan juga dengan sistem pendidikan sekolah sekuler (Barat) yang merupakan sekolah yang dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda.

KH Ahmad Dahlan membawa kedua sistem tersebut menjadi satu dengan mengambil sisi-sisi positif keduanya. Dilakukan dengan memberikan nilai positif tinggi terhadap ilmu pengetahuan yang diajarkan dari sekolah Belanda. Namun, hal tersebut tidak mengurangi pemahaman terhadap ilmu-ilmu agama yang diajarkan pada pesantren.

Pada kenyataannya saat itu banyak yang menolak ajaran dari KH Ahmad Dahlan. Penolakan bukan hanya dari kolonial Belanda, tetapi juga masyarakat. Masyarakat menggangap bahwa ajaran KH Ahmad Dahlan merupakan ajaran yang sesat sehingga tidak dapat diterima. Seperti adanya ilmu musik dalam sekolah KH Ahmad Dahlan yang mendapat pertentangan masyarakat sekitar.

Keinginan beliau untuk memasukan nilai-nilai positif dari kedua pendidikan diatas. Akhirnya karena itulah, KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi yang namakan Muhammadiyah. Organisasi ini merupakan wadah untuk pemikiran dan ide-ide KH Ahmad Dahlan. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah. Sistem pendidikan Muhammadiyah nantinya diadopsi dalam sistem pendidikan nasional.

KH Ahmad Dahlan mendirikan sekolah pertama adalah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang berdiri pada tanggak 11 Desember 1911 di Kauman Yogyakarta. Beliau membuat sekolah yang diberikan meja, kursi, serta papan tulis. Materi yang diajarkan adalah ilmu pengetahuan yang diajarkan dari sekolah Belanda dan juga materi pembelajaran agama yang diajarkan pesantren.

Meskipun banyak penolakan terutama dengan masyarakat yang tinggal dekat dengan keraton yang masih kental terhadap adat istiadat. Perjuangan Ahmad Dahlan tidak berhenti beliau terus menyebarkan gagasan dan ide-idenya. Beliau melakukan kegiatan tabligh ke berbagai kota untuk menyebarkan gagasan beliau. Penyebarannya dilakukan melalui relasi-relasi dagang yang beliau miliki. Masyarakat di wilayah lain banyak yang menerima gagasan dakwah beliau. Bahkan banyak ulama-ulama di wilayah lain yang akhirnya berdatangan ke Ahmad Dahlan. Para ulama tersebut menyatakan dukungan beliau kepada Muhammadiyah. Muhammadiyah sendiri terus berkembang hampir mencapai seluruh Indonesia.

Untuk melakukan legalitas dalam melaksanakan kegiatannya pada 7 Mei 1921, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang dari Muhammadiyah. Pemerintah kolonial khawatir dengan perkembangan Muhammadiyah. Akhirnya pemerintah kolonial melakukan pembatasan terhadap kegiatan Muhammadiyah. Pemerintah hanya mengizinkan Muhammadiyah berdiri di Yogyakarta saja. Hal tersebut didasarkan pada surat ketetapan nomor 81 tanggal 22 Agustus 1914.

Tetapi, Muhammadiyah berkembang pesat yang tak terbendung. Maka dari itu pengurus-pengurus Muhammadiyah melakukan kegiatan dengan membuat nama samaran agar dapat mengelabaui pemerintah Hindia Belanda.

“KH Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al Munir di Ujung Pandang, Ahmadiyah di Garut. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fatonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadyah,” dalam buku KH Ahmad Dahlan yang diterbitkan Museum Kebangkitan Nasional.

Pada kota Yogyakarta, Ahmad Dahlan melakukan kegiatannya dengan melakukan kegiatan pengajian dan dakwah Islam lainnya. Banyak pula mendirikan organisasi-organisasi kecil yang didampingi oleh Muhammadiyah. Salah satunya adalah Hizbul Wathan (HW) yang merupakan organisasi kepanduan. Organisasi ini terdiri dari para pemuda-pemudi yang nantinya membantu negara melawan penjajahan. Hal terebut memperlihatkan bahwa Muhammdiyah dapat menjadi pelopor pergerakan progresif dan juga berkemajuan.

Dari KH Ahmad Dahlan kita dapat belajar bahwa kita harus memahami ilmu pengetahuan yang bersifat umum dan juga tidak boleh meninggalkan ilmu agama. Beliau mengajarkan Islam yang berkemajuan, Islam yang memahami segala ilmu yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga hal tersebut membuat Islam tidak menjadi agama yang tertinggal oleh zaman. Islam menjadi agama yang moderat yaitu berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image