Hegemoni Ideologi Politik dalam Menentukan Polarisasi Kekuatan–kekuatan Politik
Politik | 2021-11-13 12:41:54Ideologi tidak lepas dari suatu unsur kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, dunia pun tidak terlepas dari unsur ideologi yang beragam dipertahankan pada wilayah nya masing-masing. Sejarah melahirkan banyak gebrakan ideologi terutama dalam tujuan revolusi, Upaya - upaya penghilangan ketidakseimbangan menjadi dasar pemaksaan suatu ideologi untuk dijalankan,
Pada dasarnya ideologi adalah sebuah ide atau gagasan dasar dan jika berbicara ideologi politik yang dimana dalam ilmu sosial, ideologi politik adalah sebuah himpunan ide dan prinsip yang menjelaskan bagaimana seharusnya masyarakat bekerja, dan menawarkan ringkasan order masyarakat tertentu. Ideologi politik biasanya mengenai dirinya dengan bagaimana mengatur kekuasaan dan bagaimana seharusnya dilaksanakan.
Dari sekian banyak ideologi yang ada, kemudian lahirnya suatu hegemoni ideologi tertentu yang digunakan sebagai ideologi politik untuk memengaruhi kekuatan-kekuatan politik dalam sistem kekuasaan yang ada. Polarisasi politik tercipta dari suatu gambaran kekuatan yang â Sah â dalam arti kekuasaan mutlak yang berkuasa, tidak terlepas dari hal nya kekuatan sah pasti akan ada suatu kekuatan yang menjadi oposisi untuk penyeimbang hegemoni ideologi politik. Suatu sistem kekuasaan yang menggunakan ideologi politik tertentu kadang menciptakan suatu polarisasi politik yang menghimpun kekuatan-kekuatan politik tersendiri.
Dengan mengambil gambaran dari tiga ideologi dunia yang tidak asing seperti Komunis, Sosialis dan Kapitalis yang sering menjadi suatu gagasan kekuasaan. Sistem dari suatu perkumpulan membentuk kekuasaan yang mutlak atau sah dengan cara mendominasikan dasar ideologi melahirkan polarisasi yang menentukan arah masing-masing kekuatan untuk berkuasa.
Masing-masing ideologi digunakan untuk mempertahankan dan memperebutkan suatu kepentingan. Mengumpulkan kuantitas untuk kepentingan kekuatan kelompok, menghimpun kuantitas untuk menciptakan kualitas, mengorelasikan kuantitas dan kuliatas untuk memplotkan satu kekuatan politik.
Pendominasian ideologi secara merata membawa satu paham fanatisme untuk melakukan suatu Tindakan dengan kepentingan tertentu.
Dominasi kekuasaan dalam kepemimpinan menghadirkan kontestasi antar kelompok, Pemahaman - pemahaman suatu penguasa ditekankan kepada yang dikuasai kemudian terjadi satu situasi politik yang menguntungkan untuk suatu kekuasaan yang mendominasi. Kelompok oposisi melawan ideologi politik penguasa dengan dorongan revolusi sedangkan kelompok penguasa mempertahankan kemutlakan nya dengan dorongan rekontruksi polarisasi kelompok-kelompok oposisi.
Ketika satu pemerintahan yang sah melakukan kepemimpinan dengan ideologi politik yang berseberangan dengan kelompok-kelompok revolusioner maka kekuatan-kekuatan politik menjadi kolerasi antara yang berkuasa dengan yang dikuasai. Polarisasi yang tercipta antara lawan dengan kawan akan menentukan alur dari strategi politik untuk menyesuaikan ideologi politik dengan kekuasaan yang dipertahankan.
Untuk itu jika satu ideologi diterapkan pada satu sistem yang didalamnya beragam pemahaman maka tidak lama akan terjadi suatu perlawan dari kekuatan-kekuatan politik lainnya untuk meluruskan dan meratakan semua terapan yang ada dalam satu sistem.
Dengan hal ini kita perlu memahami suatu ideologi politik dalam menentukan suatu Gerakan dan arah politik, kekuatan-kekuatan politik yang terpolarisasi oleh hegemoni ideologi harus diseimbangkan agar kekuatan yang mutlak bisa bertahan. Selain itu kita perlu memahami kembali jalur-jalur polarisasi kekuatan politik dari satu sistem untuk menjalankan suatu ideologi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.