Pernah Marah karena Nasihat?
Edukasi | 2022-07-13 12:14:31Pernahkan Anda merasa tidak nyaman atau bahkan sedikit marah karena sebuah nasihat? Bahkan meskipun kita tahu bahwa nasihat itu benar adanya, tidak mengingkari akal dan moral. Lalu kenapa kita tidak nyaman, kenapa kita kadang marah dengan nasihat. Bisa jadi, semua itu mengonfirmasi fakta lainnya bahwa sebagai manusia terkadang kita mewarisi tabiat yang mudah menasihati orang, tetapi sulit saat nasihat itu ditujukan untuk diri kita sendiri. Kita fasih menasihati kawan yang mungkin sedang dirundung masalah, meski begitulah salah satu fungsi kawan: saling menguatkan. Tetapi ketika berada dalam situasi yang sama dengan kawan kita itu, menjadi mafhumlah kita, bahwa menerima nasihat tidaklah semudah itu. Bahkan, bisa saja saat itu kita tidak ingat bagaimana tidak mudahnya kawan yang kita nasihati.
Ya, begitulah manusia: mungkin Saya, mungkin Anda, atau bisa juga kita semua. Kecenderungan kita yang terkadang tidak nyaman diberi nasihat, bisa jadi karena dua hal. Pertama, kita tahu bahwa nasihat itu benar dan baik, hanya saja kita merasa waktunya kurang tepat. The right word on the wrong time. Kedua, sebagai manusia mungkin kita memiliki kecenderungan tabiat yang tidak senang dipersalahkan. Ada ungkapan, orang jahat pun tidak suka dikatakan jahat, orang bodoh akan marah disebut bodoh, dan sejenisnya. Tetapi menariknya, dari dua alasan tersebut, tidak ada yang membantahnya sebagai kebenaran. Maka benarlah ungkapan bahwa kebenaran itu pahit.
Suatu waktu, kita pasti pernah merasakan pengalaman menggebu-gebu berharap pada seseorang. Mungkin Anda tengah berharap dibantu dari masalah, atau Anda sedang menunggu proposal di-ACC. Bisa juga Anda berharap seseorang membalas pernyataan cintamu. Saat itulah seseorang memberikan nasihat kepada kita, entah dengan gaya serius ataupun cengengesan; “Jangan terlalu berharap pada manusia, nanti jatuhnya sakit dan kecewa”. Ungkapan yang singkat, padat, dan mudah dimengerti. Tetapi bisa jadi kita kurang nyaman, marah, atau paling ringan adalah tak menghiraukannya.
Dalam suasana batin yang penuh harap, nasihat tersebut bisa dituding melemahkan semangat, menggembosi mental berjuang. Padahal, bisa jadi nasihat tersebut berfungsi sebagai reminder, agar kita lebih berhati-hati dan siap mental, jangan berharap dengan lebay, tidak perlu overdosis harapan, karena begitu kenyataan akhirnya tak sejalan dengan harapan, runtuhlah kita. Expectation will kill you. Betapa tidak sedikit orang-orang yang terpuruk karena hasil akhir tak sesuai dengan harapan.
Di lain episode, kita juga menerima nasihat sejenisnya: “Jangan menganggap diri penting!”. Karena kita bisa jatuh dalam kekecewaan berat begitu dihadapkan pada kenyataan; ternyata dia menganggapku biasa saja, tidak sepenting yang kubayangkan. Dan banyak lagi cerita-cerita sejenis untuk menunjukkan betapa kita sering kesulitan hirau atas nasihat yang baik. Bahkan, nasihat-nasihat yang kita anggap klise, ternyata pengalaman mengonfirmasi kebenarannya. So, masihkah Anda marah dengan nasihat? []
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.