Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Makna di Balik Huruf H

Agama | Sunday, 10 Jul 2022, 21:24 WIB

Wukuf, melempar jumrah, tahallul, dan thawaf wada merupakan bagian puncak dari prosesi ibadah haji. Dengan demikian, meskipun hanya tradisi, hujjaj (orang-orang yang berhaji) berhak menambahkan huruf H atau Hj di belakang namanya.

Namun demikian, prosesi ibadah haji yang sebenarnya akan kembali dimulai tatkala hujjaj kembali ke tempat tinggalnya masing-masing. Kemabruran ibadah haji seseorang diuji tatkala ia berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Tantangan berat melakukan ihram yang sebenarnya misalnya, berada di luar tanah suci. Ketika melakukan ihram di tanah suci, setiap jamaah haji rela menanggalkan kesombongan, jabatan, gila hormat, egoisme, dan sebagainya.

Pakaian seragam dan kepangkatan yang dibanggakan selama di tanah air pun rela ditanggalkan. Orang yang melakukan ihram harus merasa cukup dengan dua lembar kain tanpa dijahit sama sekali. Selama ihram juga dilarang mengeluarkan kata-kata jorok, kasar, dan menyinggung perasaan orang lain bahkan dilarang menindas semua makhluk Allah.

Apabila hujjaj kembali ke tanah air mampu melaksanakan perilaku seperti dalam ihram di tanah suci, sudah pasti kehadiran mereka di tengah-tengah masyarakat akan memberikan berkah dan makna yang luhur bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat di sekitarnya. Tak akan ada anggota masyarakat yang merasa direndahkan, sebab seperti ketika ihram, derajat semua manusia itu sama. Tak akan ada hak orang lain yang dilanggar.

Selain itu, selama melaksanakan ibadah haji, jamaah haji begitu rindu melaksanakan ibadah shalat berjamaah. Bukan karena iming-iming pahala besar, satu rakaat shalat di Masjidil Haram setara dengan 100.000 rakaat shalat di luar Masjidil Haram, namun kesadaran spirituallah yang mendorong melakukannya. Kerinduan bertemu dengan Allahlah yang mengantarkan melakukan semua itu.

Sejauh apapun maktab (tempat tinggal) jamaah haji dari Masjidil Haram, mereka tetap berupaya keras agar setiap saat dapat melakukan shalat berjamaah di masjid yang sangat berdekatan dengan Ka’bah tersebut. Sebelum adzan berkumandang, mereka telah datang ke Masjidil Haram, menunggu panggilan salat dikumandangkan. Menyesal rasanya tatkala ketinggalan melaksanakan shalat berjamaah di Masjidil Haram.

Sungguh indah dan mulia apabila kerinduan terhadap shalat berjamaah seperti itu dilanjutkan setelah pulang ke tanah air. Jika kebiasaan tersebut dilakukan, kayaknya tak akan ada lagi masjid yang merana karena sepi dari orang yang melaksanakan shalat di dalamnya.

Secara sosial, di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, kita merindukan kehadiran Al Muwafiq. Dialah seorang haji mabrur tanpa pergi ke Makkah, tanpa berziarah ke makam Nabi saw, bahkan tak satu rakaat pun shalat berjamaah di Masjidil Haram. Bekal ibadah haji yang ia tabung bertahun-tahun lamanya, habis dipakai menolong keluarga miskin dan anak yatim yang tengah kelaparan dan ditimpa berbagai penderitaan.

Ia kembali pulang ke rumahnya, “Ya Allah aku telah berniat melaksanakan ibadah haji, dan aku telah keluar rumah untuk menunaikkannya. Engkau Mahatahu, semua perbekalan untuk datang ke rumah-Mu, aku habiskan untuk menolong hamba-Mu yang ditimpa kelaparan dan penderitaan. Kini aku serahkan niat ibadah hajiku kepada kekuasaan-Mu.” Demikian munajat Al Muwafiq.

Menurut sebagian kisah, Abdullah Mubarrak yang pada waktu itu tengah melaksanakan ibadah haji, sempat bermimpi tentang kemabruran haji Al Muwafiq tersebut.

Secara fisik, Al Muwafiq tidak menunaikkan ibadah haji, namun nilai substantif dari ibadah haji telah ia dapatkan. Dia telah melaksanakan nilai-nilai sosial yang seharusnya dilaksanakan oleh semua orang yang telah melaksanakan ibadah haji. Keimanannya benar-benar sempurna dan benar-benar takut kepada Allah.

”Apalah artinya gelar haji, jika aku membiarkan saudaraku hidup dalam kelaparan dan berkubang dalam berbagai penderitaan, sementara aku mampu menolongnya.” Demikian kira-kira, jika disimpulkan dari perjalanan ibadah hajinya Al Muwafiq.

Dia telah berjumpa dengan Allah tanpa pergi ke Baitullah. Dia telah benar-benar melaksanakan perintah Allah sebagaimana yang pernah Allah wahyukan kepada Nabi Musa as. ”Temukan diri-Ku olehmu dalam diri orang-orang miskin yang berkubang dalam penderitaan.”

Rasulullah saw bersabda, ”Wahai Aisyah! Bantulah orang-orang miskin, cintai mereka, nanti Allah akan dekat denganmu.”

Sudah selayaknya kehadiran orang-orang yang telah melaksanakan ibadah haji membawa perubahan dan berkah bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Berkah yang dimaksud bukanlah hanya membagi-bagikan beberapa biji buah kurma, kacang, dan sedikit air zam-zam sebagai oleh-oleh khas tanah suci yang sebenarnya sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum keberangkatannya ke tanah suci.

Tapi berkah yang dimaksud adalah bagaimana semangat ibadah haji, baik secara sosial maupun spiritual bisa mewarnai kehidupan bermasyarakat. Hakikat dari haji mabrur seseorang adalah ketika seseorang mampu meningkatkan nilai-nilai sosial dan spiritual di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.

Semoga jamaah haji yang baru pulang dari tanah suci bisa menebar keberkahan dan benar-benar bisa menangkap hakikat makna dibalik huruf H atau Hj yang ditambahkan di belakang namanya.

Selamat kepada para jamaah haji yang sudah menyelesaikan seluruh rangkaian prosesi ibadah haji. Selamat meraih ampunan Allah. Semoga ketinggian nilai-nilai sosial dan spiritual selama berada di tanah suci bisa diterapkan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.

Ilustrasi : melempar jumrah

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image