Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Edho Surya Dinata

Ismail atau Ishaq

Agama | 2025-07-16 23:11:57

Ismail atau Ishaq

Oleh : Edho Surya Dinata

Seperti yang kita ketahui, bahwa rangkaian ibadah haji beserta syarat-rukunnya banyak yang terinspirasi dari sejarah keluarga nabi Ibrahim alaihi salam. Misalnya sa'i, yaitu berjalan atau berlari-lari kecil diantara safah dan Marwah, rukun haji ini terinspirasi dari sejarah bunda Siti hajar yang berlari-lari mencari air untuk ia dan anaknya bayi Ismail diantara bukit Safah dan Marwah. Begitu juga dengan melontar jumroh pada puncak ibadah haji, rukun dan syarat haji ini terinspirasi dari keluarga Ibrahim yang melempar setan ketika menggoda keyakinan dan keimanan mereka dengan batu kerikil pada saat Ismail hendak dikurbankan, bahkan hari raya Idul Adha yang dikenal juga dengan hari raya qurban ini adalah hari raya yang terinspirasi dan ternisbadkan ke keluarga nabi Ibrahim.

Sebelumnya, nabi Ibrahim menikah dengan Siti Sarah. Siti Sarah adalah wanita yang sangat cantik namun setelah sekian lama menikah nabi Ibrahim dan Siti Sarah belum jua dikaruniai seorang anak padahal mereka saat itu telah cukup tua. Siti Sarah menyarankan nabi Ibrahim untuk menikah lagi dengan harapan memperoleh anak. Nabi Ibrahim mau mengikuti saran Siti Sarah dengan syarat Siti Sarah sendiri yang mencari dan memilihkan wanita yang akan dinikahi nabi Ibrahim, dapat dibayangkan Siti Sarah sendirilah yang merekomendasikan bakal "madu" nya kelak. Kebetulan saat itu Siti Sarah memiliki pelayan wanita bernama Siti hajar, maka Siti Sarah menyarankan nabi Ibrahim untuk menikahi Siti hajar. Nabi Ibrahim menikah dengan Siti hajar dan dari pernikahan ini mereka dikaruniai seorang anak yang diberi nama Ismail. Walau dirasa tidak lagi dimungkinkan Siti Sarah di kemudian hari juga hamil dan melahirkan seorang anak yang diberi nama Ishaq. Nabi Ibrahim berpoligami, inilah hikmahnya mengapa laki-laki boleh berpoligami atau beristri lebih dari satu pada masa bersamaan, sedangkan perempuan sangat tidak boleh berpoliandri atau memiliki pasangan laki-laki lebih dari satu pada masa yang sama. Logikanya sebanyak apapun wanita (sampai dengan 4 wanita) yang dinikahi seorang laki-laki, maka anak yang dilahirkan dari pernikahan ini akan tetap jelas siapa ibu-bapaknya. Namun jika satu perempuan berhubungan dengan lebih satu laki-laki pada masa yang bersamaan (poliandri) maka anak yang akan dilahirkan memiliki status yang rancuh, siapakah gerangan bapaknya ?. Keluarga Ibrahim jelas, ibu-bapak Ismail adalah Siti hajar dan nabi Ibrahim sedangkan ibu-bapak Ishaq adalah Siti Sarah dan nabi Ibrahim. Dari Ismail menurunkan keturunan bangsa Arab sampai dengan nabi kita RosulAllah Muhammad bin Abdullah SawlaulahuAlaihiWasalam, sedangkan dari Ishaq menurunkan keturunan Bani Israil sampai dengan nabi Isa bin Maryam alaihi salam.

Nabi Ismail adalah permata hati atau cahaya mata bagi Ibrahim, merupakan anak dambaan, betapa besar cinta Ibrahim kepada Ismail. Melalui Wahyu mimpi yang jelas selama tiga malam berturut-turut, Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih atau mengorbankan (sacrifice) Ismail. Allah ingin menguji kecintaan Ibrahim. Ibrahim sangat mencintai Ismail, namun kecintaannya kepada Allah lebih besar lagi, maka dilaksanakan juga perintah Tuhan tersebut. Setelah Ismail dikurbankan, dengan kekuasaan Allah Ismail diganti Tuhan dengan kambing qibas, peristiwa ini adalah bukti kebesaran dan kebijaksanaan Allah Tuhan yang Maha pengasih dan Maha penyayang. Sebelum syariat berqurban hewan ini, pada masa kegelapan, banyak suku-suku bangsa yang untuk mendekatkan diri kepada tuhan, mereka mengadakan ritual sacrifice atau ritual pengorbanan yang mengorbankan manusia. Ini adalah tradisi yang primitif. Seperti suku Aztec dan Maya, mereka benar-benar mengorbankan manusia dalam ritual sacrifice mereka. Maka setelah peristiwa pengobarbanan Ismail tersebut, kita disunnahkan atau dianjurkan cukup berqurban dengan hewan dan membagikan daging hewan tersebut untuk memberi manfaat bagi sesama manusia ciptaan serta hamba Tuhan. Betapa maha pengasih dan maha penyayang nya Allah SubhanahuWuaTaallah, Tuhan yang Maha besar.

Inilah kisah sejarah keluarga nabi Ibrahim yang banyak dipercaya serta diyakini orang, namun ternyata ada versi lain dari kisah sejarah ini yang meyakini bahwa yang dikurbankan nabi Ibrahim adalah Ishaq, anaknya dari istrinya Siti Sarah bukan Ismail. Namun esensi dari pengorbanan keluarga Ibrahim ini adalah bukti ketakwaan serta kecintaan kepada Allah yang melebihi segalanya, jadi mengenai siapa yang sebenarnya dikurbankan, Ismail atau Ishaq menjadi tak begitu penting lagi. Meskipun bagi kami Ahlu Sunnah wal jamaah yang dikurbankan Ibrahim tetaplah anaknya Ismail sebelum akhirnya diganti Allah dengan kambing yang gemuk dan bersih, diganti Allah dengan hewan qurban. Keluarga Ibrahim telah membuktikan ketakwaan dan kecintaan terhadap Allah di atas segalanya. Yang jelas bukan Ismail atau Ishaq. Yang sebenarnya dikurbankan adalah kambing dan atau hewan qurban lainnya seperti yang terjadi di hari raya idul Adha 10 Dzulhijjah 1446 H / Jumat 6Juni 2025 AD (After Domini) ini. Selamat hari raya Idul Adha. Allah hu Akbar, Allahu Akbar, Allah hu Akbar, la Illah ha illaAllah hu Allah hu Akbar, Allahuakbar walillah hil hamdu. Allah hu Akbar, Allah hu Akbar, Allah hu Akbar, Allah hu Akbar. Taqobal Mina waminkum, Mina waminkum taqobal ya Karim.

Tentang Penulis :

Edho Surya Dinata, lahir di Palembang 6 Juli 1983. Pada awalnya Edho menulis genre sastra cerpen dan puisi. Beberapa tulisannya pernah dimuat di beberapa media. Kini Edho masih menulis dan bermastautin di Desa Saranglang Pemulutan barat Ogan Ilir Sumatera Selatan Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image