Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ebenezer Welson

Mencintai Tuhan atau Mencintai Umatnya

Agama | 2021-11-04 16:59:24
https://i.pinimg.com/originals/68/10/83/681083118b43e0adfcae83375318ecae.jpg

Halo semuanya apakah kalian sedang menjalin hubungan dengan seseorang? Bagaimana hubungan kalian dengan pasangan kalian? Apakah kalian sedang menghadapi masalah dalam hubungan? Semoga hubungan kalian lancar tanpa ada halangan, AMIN ...:) Kalian pernah merasakan tidak berada di fase saat menjalin hubungan yang tidak seharusnya kalian jalin? Mungkin dari kalian sudah tahu apa yang akan saya bahas di dalam artikel ini. Kita pasti semua tahu, bahwa tidak ada hubungan sempurna tanpa adanya masalah. Mungkin ini memang terdengar seperti perjalanan yang gila, Kami berdua sangat cocok dan saling melengkapi tetapi kami mempunyai hanya satu masalah yang membuat kami akhirnya berpisah, yaitu Keyakinan yang BERBEDA. Kalian pernah merasakan?

Nama dia A, kami berdua sebenarnya sempat satu sekolah saat di bangku SMP, tetapi saya dan dia baru saling kenal satu sama lain saat SMA. Saya dan A tidak satu sekolah SMA juga, kami berdua bertemu kembali dan kenal bahkan menjalin hubungan saat kami mengikuti kegiatan di luar sekolah, yaitu Marching band. Jarang-jarang kan ada kisah cinta di bidang musik.:) Awal mula saya kenal dengan A saat kami latihan dan saya melihat dia seolah-olah saya kenal dengan dia, kemudian dia mendatangi saya dan bertanya “Eben dari SMP 8 ya?” Saya kaget mendengar dia ternyata mengenal saya, saya spontan menjawab iya dan bertanya “kita pernah ketemu ya? Soalnya lu mukanya kayak pernah gua lihat.” Sambil tersenyum dia menjawab “Kita satu SMP Eben.” Saya merasa malu dan hanya bisa tersenyum. Wajar kan? Iyalah, kalian kalo di posisi saya juga pasti malu.

A menurut saya adalah orang yang baik dan cantik, saya menyadari dari awal dia adalah seorang muslim, dan memang saat itu saya tidak ada niatan untuk pacaran ataupun lain-lain. Saat saya sedang latihan, fokus saya hanya untuk menang dana membanggakan kota dan sekolah saya. Lanjut cerita, A seorang perempuan yang sangat jarang telat bahkan tidak pernah lupa dengan ibadahnya. Selama kami latihan kami berdua tidak pernah berpikir untuk menjalin hubungan yang tidak pantas ini. Sampai akhirnya pada saat saya menyadari bahwa saya mulai jatuh rasa dengan dia. Saat itu menjelang mendekati lomba, saya dan tim diharuskan untuk mengikuti Training Center, yaitu saat kami harus latihan dan menginap dalam tempat latihan. Oh iya lomba yang saya ikuti adalah GPMB 2018. Tonton Youtube ya. Nama band saya Tiyadhita Marching Brass. Saat latihan inap saya mencoba beberapa kali mencari topik dan bertanya kepada dia tentang segala hal. Wajar kan? Iyalah, kalian kalo kayak saya juga begitu kalo mau mendekati seseorang. Cerita saya dengan A cukup sampai di sini saja ya, saya akan langsung lanjut cerita tentang pembahasan, supaya pas sama judul.

Hubungan kami berjalan dengan baik dan mesra, sampai saat kami berdua bertengkar dan jujur saya yang pergi dengan alasan kami berbeda. Memang kedengaran bodoh dan tidak masuk akal. Kalau tahu sudah beda kenapa saya mendekati dia? Pasti kalian akan bertanya seperti itu. Lagi-lagi saya bilang, Wajar kan? Iyalah, kalian kalo di posisi saya juga pasti bakal coba mendekati, kan sudah jatuh cinta. Lalu pasti kalian juga akan bertanya “Kenapa pergi dengan alasan beda agama?” Saat itu saya juga tidak pernah sama sekali ingin membahas tentang beda keyakinan, tetapi percayalah saat itu saya telah mengambil keputusan yang tepat, karena saat itu adalah waktu di mana kami memang harus berpisah. Wajar kan? Iyalah, kalian kalo di posisi saya juga pasti berpikir seperti itu. Oke teman-teman sampai sini cerita kisah cinta saya dengan A ya. Saya ingin fokus ke judul, kalo mau tahu cerita lebih dalam akan saya buat artikel seperti ini lagi khusus untuk membahas kisah cinta saya. Makanya jawab di komentar, biar saya tahu. “Kenapa tidak cari tahu?” Sekali lagi, Wajar kan? Iyalah, kalian kalo di posisi saya juga tidak akan tahu.

Hubungan saya dan A sudah diketahui oleh keluarga saya, dan saya memang sudah siap untuk melawan pendapat dan kontra dari keluarga saya untuk mempertahankan hubungan kami. Akan tetapi memang pada akhirnya saya merasa kami harus berpisah karena saya tahu dan berpikir logis bahwa salah satu dari kami tidak mungkin meninggalkan Tuhan kami sendiri. Ibu saya sebagai orang tua sangat amat tidak menyukai adanya keberadaan hubungan saya dengan A, Saya memaklumi hal tersebut karena saya tahu orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Saya mau lanjut lebih dalam tentang inti artikel ini, untuk itu kepada A kalo baca, gua minta maaf ya. Lu baik banget sumpah, lu cantik, lu sabar sama gua. TERIMA KASIH. Semoga dapat pasangan yang sesuai dan cocok dengan sikap lu. AMIN PALING SERIUS.

Masalah Cinta beda Agama memang sangat sensitif bagi masyarakat di Indonesia, akan tetapi jujur saya sebagai penulis artikel ini merasa bahwa tidak ada salahnya dalam mencintai seseorang. Indonesia sebagai negara dengan mayoritas beragama muslim memang sangat melarang keras adanya jalinan hubungan kasih beda keyakinan ini. Apakah kalian salah satunya? Larangan dalam menjalani kisah Cinta beda Agama membuat orang-orang berpikir dan bertanya “Mau dibawa ke mana hubungan ini?” Peran orang tua sangat setuju dengan larangan kisah cinta ini. Menurut kalian, sebagai anak muda apakah kalian setuju? Atau setuju tetapi masih lanjut hubungannya? :)

Pentingnya pendidikan dini dari orang tua memang sangat penting dalam segala aspek, baik itu kehidupan, sosial, pertemanan ,saudara, musuh, dll. Kita sebagai anak muda juga seharusnya sudah bisa mengetahui dan mengambil keputusan yang benar untuk diri kita sendiri. Pasti kalian bertanya “Itu tahu, kenapa menjalin hubungan beda keyakinan kalau begitu?” Inilah pentingnya mengingat kata-kata saya. Wajar kan? Iyalah. Kalian kalo di posisi saya saat itu juga pasti merasakan. Dalam hal ini, saya akan memberikan saran dan masukan untuk kalian yang sedang jatuh hati kepada seseorang yang beda Agama, mumpung belum terlambat. Bagaimana cara kita menahan adanya perasaan terhadap seseorang yang berbeda keyakinan.

Pertama, Berdoa kepada Tuhan, Fokus kepada masa depan dan bisa membayangkan ke depan akan seperti apa hubungan yang akan kalian jalani, jangan mudah terpengaruh dan mengikuti hati. Karena tidak selalu pilihan hati ada adalah pilihan yang sempurna untuk diri kita sendiri, cobalah untuk lebih dekat lagi dengan Tuhan dan percaya bahwa akan ada seorang pasangan yang akan menjalin kasih dengan kita, percaya sama saya, ketika kita bertemu dan merasakan bahwa dia orang yang cocok untuk kita, hubungan kalian pasti baik sekali. Kedua, Sabar dan terbuka untuk bercerita, karena memang salah satu pilihan terbaik juga berasal dari orang yang tahu tentang masalah kita, coba untuk bercerita kepada teman, kalau boleh cerita kepada orang tua, pasti mereka semua akan memberikan kita sebuah larangan dan alasan yang masuk akal untuk kita tidak terpengaruh dan salah pilih. Ketiga, Pilihan tergantung padamu, kamu sudah dewasa, kamu sudah mengenal cinta, kamu sudah merasakan cinta. Harusnya kamu sudah bisa menentukan apa akibat jika kamu mengambil pilihan untuk kamu sendiri. Tetapi jangan pernah lupa untuk membawa campur tangan Tuhan dalam setiap masalah yang kita alami.

Kesimpulan yang saya tarik adalah boleh kita untuk menyayangi, asal jangan mencintai. Boleh untuk menyukai asal jangan terbawa hati. Pentingnya campur tangan orang tua adalah hal terpenting karena mereka ada untuk membimbing dan menjadikan kita yang terbaik. Oh iya maaf saya belum cerita, saya adalah seorang Kristen, A seorang muslim, sampai sekarang kami masih saling mengikuti dalam sosial media, walaupun saya akui sebenarnya kami hilang kontak. Terima kasih untuk membaca artikel saya. Jangan merusak Agama hanya untuk urusan nomor 2 yaitu Cinta.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image