Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sunniyyah Farah Tsaabitah

Stunting Menggenting, Saatnya Muda-Mudi Beraksi! Sejahtera Indonesia

Eduaksi | Sunday, 03 Jul 2022, 14:46 WIB
Covercr: farahtsaabitah

Permasalahan stunting sudah menjadi hal yang cukup populer di Indonesia terutama di daerah perdesaan. Stunting merupakan masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Anak yang menderita stunting akan lebih rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa berisiko untuk mengidap penyakit degeneratif. Dampak stunting tidak hanya pada segi kesehatan tetapi juga mempengaruhi tingkat kecerdasan anak (Kemenkes, 2018).

Lalu sebagai mahasiswa Universitas Airlangga Semester 2, apa yang seharusnya dilakukan untuk dapat membantu pemerintah dalam mencegah kasus stunting di Indonesia ini agar tidak semakin meningkat? Tentu saja kita dapat menjalankan tugas sebagai mahasiswa dan menjalankan tri dharma perguruan tinggi dalam bentuk yang baru, format baru, sistem baru dan pastinya mengikuti perkembangan zaman yang menuntut seorang mahasiswa yang dinamis tetapi tidak apatis dan hedonis.

Dengan demikian terdapat beberapa alternatif untuk membuat suatu promosi kesehatan melalui media sosial, artikel, majalah, brosur, atau terjun ke masyarakat secara langsung agar dapat mengedukasi para ibu tentang upaya pencegahan stunting.

Penyuluhan Stunting Oleh Mahasiswa Unair di Balai RW 6, Jalan Pogot Baru, Nomor 41,Kelurahan Tanah Kali Kedinding, Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur

Melalui bantuan dari Ibu Kader Posyandu Kenanga 1, 2, 3, Kelurahan Tanah Kali Kedinding, Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur kami diberi kesempatan untuk melakukan penyuluhan secara langsung. Pada penyuluhan tersebut kami memberi nama program GEMAS "Gerakan Masyarakat Anti Stunting". Kegiatan tersebut dihadiri oleh 13 pasangan ibu dan anak serta 5 orang perwakilan Kader Posyandu.

Acara yang mengangkat isu Stunting ini dihadiri oleh peserta yang dipilih secara khusus (anaknya hampir mengalami stunting) oleh tiap posyandu. Karena menurut koordinator Posyandu Kenanga, mereka perlu diberikan wawasan agar lebih memperhatikan pertumbuhan anaknya.Dengan demikian sebelum terlambat, maka kami melakukan promosi kesehatan dengan mengampanyekan Cegah Stunting dengan Gizi Seimbang.

Gizi seimbang merupakan susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, tentunya dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan (takaran antara makanan pokok, lauk pauk, buah, dan sayur harus sesuai anjuran isi piringku), dan melukakan aktivitas fisik. Selain menerapkan Gizi Seimbang pada kehidupan, hendaknya perlu ditunjang dengan menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) agar upaya pencegahan stunting lebih optimal. Pada acara tersebut terdapat demo cara mencuci tangan sesuai pedoman WHO, serta cara menyikat gigi yang baik dan benar.

Penutupan Acara GEMAS Unair 2022

Berdasarkan dari serangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa acara tersebut dibilang cukup sukses karena berhasil menyedot atensi dari para peserta yang mana mereka cukup aktif dalam memberikan pertanyaaan dan merespon pemateri. Selain itu kami juga mendapat apresiasi dari para Ibu Kader Posyandu Kenanga.

Referensi:

Weny Lestari, L. K. (2018). STUNTING : STUDI KONSTRUKSI SOSIAL MASYARAKAT PERDESAAN DAN PERKOTAAN TERKAIT GIZI DAN POLA PENGASUHAN BALITA DI KABUPATEN JEMBER. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 17-19.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 301(5), 1163–1178.Prastia, T. N., & Listyandini, R. (2020).

Keragaman Pangan Berhubungan dengan Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan. HEARTY: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image