Stunting Menggenting, Mari Segera Atasi
Gaya Hidup | 2022-07-02 20:59:43Permasalahan stunting sudah menjadi hal yang cukup populer di Indonesia terutama di daerah perdesaan. Stunting merupakan masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Anak yang menderita stunting akan lebih rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa berisiko untuk mengidap penyakit degeneratif. Dampak stunting tidak hanya pada segi kesehatan tetapi juga mempengaruhi tingkat kecerdasan anak (Kemenkes, 2018).
Lalu sebagai mahasiswa program studi Gizi Universitas Airlangga, apa yang seharusnya dilakukan untuk dapat membantu pemerintah dalam mencegah kasus stunting di Indonesia ini agar tidak semakin meningkat? Tentu saja kita dapat menjalankan tugas sebagai mahasiswa dan menjalankan tri dharma perguruan tinggi dalam bentuk yang baru, format baru, sistem baru dan pastinya mengikuti perkembangan zaman yang menuntut seorang mahasiswa yang dinamis tetapi tidak apatis dan hedonis.
Dengan demikian terdapat beberapa alternatif untuk membuat suatu promosi kesehatan melalui media sosial, artikel, majalah, brosur, atau terjun ke masyarakat secara langsung agar dapat mengedukasi para ibu tentang upaya pencegahan stunting.
Perlu diketahui, untuk mengetahui stunting lebih lanjut, yuk simak penjelasan berikut!
1. Bagaimana Ciri-Ciri Anak yang Mengalami Stunting?
A. Pertumbuhan Anak Melambat, seperti tinggi badan yang tidak sesuai dengan anak seusianya, berat badan pada anak tidak naik bahkan cenderung turun, kurangnya stimulasi pada rahang untuk mengunyah sehingga mengakibatkan gigi lambat tumbuh. Selain itu, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh penyakit perut atau usus dimana mereka mungkin mengalami diare, sembelit, dan muntah atau mual.
B. Wajah Anak Tampak Lebih Muda dari Anak Seusianya. Hal ini dikarenakan anak memiliki tingkat hormon pertumbuhan, growth hormone (GH) yang rendah sehingga dapat mempengaruhi pertkembangan wajah mereka.
C. Mudah Terjangkit Penyakit, kondisi tersebut dikarenakan kurangnya asupan gizi yang seimbang, dan anak tidak mengikuti imunisasi dasar.
2. Apa Faktor yang Menyebabkan Anak Mengalami Stunting? A. Pola Hidup yang Tidak Sehat, seperti orang tua yang mengonsumsi alkohol, merokok, tidak menjaga kebersihan lingkungan dan perilaku tidak bersih akan mengakibatkan potensi terjangkitnya penyakit pada balita semakin tinggi.
B. Pengetahuan Orang Tua yang Kurang mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil dan setelah melahirkan, terutama pada perilaku dan praktik perawatan kesehatan, pengasuhan, tumbuh kembang anak, pemberian makan yang bergizi dan cukup kepada anak menjadi salah satu penyebab stunting.
C. Kondisi Sosial Ekonomi merupakan salah satu faktor penentu kualitas dan kuantitas kebutuhan pangan, kecukupan energi dan protein yang baik pada anak. Jika kondisi sosial ekonomi baik, maka kebutuhan gizi akan terpenuhi dan potensi anak mengalami stunting kecil. Sebaliknya jika kondisi sosial ekonomi tidak baik, maka kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi dan akan lebih berisiko stunting.
3. Apakah Stunting Berbahaya? Tentu saja stunting berbahaya bagi proses tumbuh kembak anak. Terdapat dua jenis dampak yang cukup serius apabila stunting dianggap remeh. Dampak tersebut antara lain; dampak jangka panjang dan dampak jangka pendek.
A. Dampak Jangka Panjang Rentan Mengalami Penyakit Tidak Menular 1) Penyakit Jantung kondisi ketika jantung mengalami gangguan, gangguan tersebut dapat berupa gangguan pada pembuluh darah jantung, katup jantung ataupun otot jantung.
2) Hipertensi, peningkatan tekanan darah di dalam arteri yang dapat menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
- Gangguan Kognitif merupakan gangguan yang mempengaruhi kemampuan berfikir seseorang dan orang yang mengalami gangguan tersebut akan memiliki kesulitan dalam mengingat, persepsi dan belajar.
- Kekebalan Tubuh Lebih Rendah kondisi di mana anak rentan sakit, merasa lesu, mengalami dehidrasi, dan sebagainya. Hal itu dapat dihindari dengan pola makan yang baik dan seimbang, olahraga yang teratur, mengonsumsi vitamin dan tidur yang cukup.
B. Dampak Jangka Pendek - Terganggunya Pertumbuhan Fisik, pertumbuhan fisik anak lambat, seperti pertumbuhan tinggi badan dan pertumbuhan gigi (erupsi gigi).
- Terganggunya Pertumbuhan Otak karena terjadi malnutrisi yang mempengaruhi kognitif anak dan dapat merusak perkembangan neural anak dengan sangat serius, sehingga menurunkan IQ dalam proses belajar seperti pemecahan masalah (problem solving) dan daya ingat.
- Gangguan Metabolisme, kurangnya gizi pada anak menyebabkan gangguan metabolisme yang terlihat dari pertumbuhan terhambat, baik pertumbuhan fisik maupun kognitif, serta anak sering terlihat lesu.
4. Bagaimana Cara Mencegah Stunting?
Untuk mencegah stunting, maka hendaknya memberi asupan nutrisi sejak dalam masa kandungan sampai masa pertumbuhan anak dengan Mengonsumsi Gizi Seimbang, gizi seimbang merupakan susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, tentunya dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal.
Selain menerapkan Gizi Seimbang pada kehidupan, hendaknya perlu ditunjang dengan menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) agar upaya pencegahan stunting lebih optimal. PHBS yang diterapkan, seperti membiasakan diri untuk mencuci tangan sesuai pedoman WHO, menyikat gigi sedikitnya dua kali dalam sehari, menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal, dll.
Referensi:
Weny Lestari, L. K. (2018). STUNTING : STUDI KONSTRUKSI SOSIAL MASYARAKAT PERDESAAN DAN PERKOTAAN TERKAIT GIZI DAN POLA PENGASUHAN BALITA DI KABUPATEN JEMBER. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 17-19.
Apriluana, G., & Fikawati, S. (2018). Analisis Faktor-Faktor Risiko terhadap Kejadian Stunting pada Balita (0-59 Bulan) di Negara Berkembang dan Asia Tenggara. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 28(4), 247-256.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 301(5), 1163–1178.
Prastia, T. N., & Listyandini, R. (2020). Keragaman Pangan Berhubungan dengan Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan. HEARTY: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.