KIsah Abu Jandal bin Suhail bin Amr Radhiallahu anhu
Edukasi | 2022-07-01 06:57:32Kisah yang menarik dari KIsah Abu Jandal bin Suhail bin Amr Radhiallahu ‘anhu, yang kami rangkum dalam album kisah islami dan kisah para nabi, semoga kami bisa mengupdate setiap waktu dengan kisah-kisah menarik lainnya yang kami dari berbagai sumber terpercaya.
KIsah Abu Jandal bin Suhail bin Amr Radhiallahu ‘anhu
Abu Jandal bin Suhail bin Amr adalah salah seorang sahabat Muhajirin. Ia bersama sahabat yang tertindas bersamanya di Mekah, Abul Bashir, gigih berjihad melawan kafir Quraisy.
Saat wabah Thaun Amwas melanda di tahun 18 H, ia termasuk salah seorang yang tejangkiti dan meninggal karena wabah tersebut. Artinya, ia wafat pada masa pemerintah Umar bin al-Khattab. Bagaimana kisah sahabat yang mulia ini?
Nasab dan Kabilahnya
Namanya adalah Abu Jandal. Ia putra dari tokoh Quraisy yang bernama Suhail bin Amr bin Abdusya Syams. Kabilahnya adalah Bani Amir sehingga ia dinisbatkan dengan al-Amiri (Ibnu Abdil Bar: al-Isti’ab 4/1621).
Abu Jandal adalah salah seorang yang pertama-tama memeluk Islam di Mekah. Saat menerima agama tauhid ini, cobaan berat langsung ia hadapi.
Ayahnya merespon keislamannya dengan memenjarakan dan merantainya. Karena itu intimidasi ini, ia termasuk kaum muslimin yang tidak bisa hijrah ke Kota Madinah (Ibnu Saad: ath-Thabaqat al-Kubra 7/405).
Ayahnya adalah juru runding Quraisy dalam peristiwa Hudaibiyah. Saat penaklukkan Kota Mekah, sang ayah memeluk Islam dan menjadi salah seorang sahabat Rasulullah yang baik keislamannya.
Bersama Rasulullah
Suhail memiting kerah baju anaknya dengan kasar sambil berkata, “Muhammad, perjanjian antara kami denganmu telah ditetapkan dengan tegas sebelum dia ini datang.” Nabi menjawab, “Engkau benar.” Lalu Abu Jandal berteriak sekencang-kencangnya, “Hai Kaum Muslimin, apakah aku dikembalikan kepada orang-orang musyrik? Mereka akan berbuat sesuatu agar aku murtad.”
Perlu diketahui, di antara poin perjanjian Hudaibiyah adalah:
“Jika seorang lelaki dari Makkah datang kepadamu (Nabi SAW), walaupun ia telah memeluk Islam, maka engkau harus mengembalikannya kepada kami (Kaum Quraisy).”
Saat Abu Jandal muncul, poin ini telah disepakati. Sehingga, meskipun berat bagi Rasulullah membiarkan sahabatnya kembali ke tengah orang-orang musyrik, beliau tidak mau melanggar perjanjian yang telah disepakati. Beliau hanya mampu berpesan kepada Abu Jandal,
“Abu Jandal, bersabarlah dan berharaplah pahala (dari Allah atas ujian yang kau hadapi). Sungguh Allah akan memberikan kebahagiaan dan jalan keluar untuk engkau dan orang-orang yang lemah sepertimu. Mereka telah sepakat membuat perjanjian dan kita tidak mungkin mengkhianatinya.” (Ibnul Atsir: Asadul Ghabah, 6/59).
Bersama Para Sahabat
Ada kisah menarik tentang Abu Jandal setelah Rasulullah tak mampu mengabulkan permintaannya untuk diajak serta ke negeri hijrah Madinah. Ia bersama tujuh puluh orang yang senasib dengannya di Mekah melarikan diri dari tawanan Quraisy.
Mereka keluar menunggangi kuda dan bergabung dengan Abul Bashir radhiallahu ‘anhu. Mereka semua tidak mau pergi menyusul Rasulullah ke Madinah. Khawatir kalau Rasulullah malah mengembalikan mereka ke Mekah lagi.
Mereka bergabung dengan orang-orang dari kabilah Ghifar, Aslam, Juhainah, dan kabilah Arab lainnya yang telah memeluk Islam. Hingga jumlah mereka mencapai 300-an orang.
Mereka mencegat jalur dagangnya Quraisy. Tidak seorang pun Quraisy yang melintas kecuali mereka bunuh. Dan mereka rebut harta kafilah dagangnya.
Perbuatan mereka benar-benar merepotkan orang-orang Mekah. Hingga kafir Quraisy Mekah mengirim surat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mengajak kelompok Abul Bashir dan Abu Jandal bergabung ke Madinah.
Sehingga mereka tidak lagi menjadi ancaman untuk Quraisy. Artinya, pihak Quraisy sendiri yang membatalkan salah satu poin dari perjanjian Hudaibiyah.
Rasulullah mengirim surat kepada Abu Jandal dan Abul Bashir agar menemui beliau di Madinah. Kemudian bergabung bersama saudara-saudaranya kaum muslimin di negeri hijrah tersebut. Beliau juga meminta agar mereka tak lagi memberikan ancaman untuk kafilah Quraisy.
Saat surat Rasulullah sampai, Abul Bashir tengah mengalami sakit. Iapun meninggal dalam keadaan membaca dan menggenggam surat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Abu Jandal memakamkan sahabatnya itu (Ibnul Atsir: Asadul Ghabah, 6/40).
Wafatnya Abu Jandal
Abu Jandal wafat di Syam saat dunia Islam tengah dilanda wabah Thaun Amwas. Tepatnya di tahun 18 H, di masa pemerintahan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu (al-Hakim an-Naisaburi: al-Mustadrak 5209, 3/311).
Referensi:
Yayasan Pendidikan Al-Qur’an dan As-Sunnah
KIsah Abu Jandal bin Suhail bin Amr Radhiallahu ‘anhu
Hukum Membaca Al-Qur’an Bagi Umat Islam
KIsah Para Nabi dan Rasull
Kumpulan Kisah Sahabat Nabi
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.