Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Anjar Kusumawati

BELAJAR BERSYUKUR DAN IKHLAS DARI ANAKKU

Curhat | Friday, 29 Oct 2021, 20:48 WIB

Kita diciptakan untuk hidup saling ketergantungan. Sebagai makhluk sosial tentunya kita tidak bisa hidup sendiri dan memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain. Kita juga dikarunia akal agar bisa berpikir dan mengatasi setiap masalah yang timbul. Namun apakah dengan memiliki akal tersebut kita sudah benar-benar bisa survive dengan ideal sesuai harapan? Kadang apa yang kita dambakan tidak sesuai dengan kenyataan. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan berbagai gejolak dalam kehidupan kita. Ibaratnya kita ingin makan nasi uduk yang gurih tapi yang kita dapat ternyata malah terasa asin. Akibatnya muncul berbagai keluhan terutama yang pantang makanan asin.

Demikian juga dalam sebuah keluarga. Setiap orang bercita-cita memiliki sebuah keluarga yang harmonis, sakinah, mawadah wa rahmah. Awal terbentuknya sebuah keluarga biasanya yang ada hanya bahagia dan bahagia. Menginjak tahun-tahun berikutnya mulai terdapat kerikil-kerikil tajam yang siap mengoyak kebahagiaan tersebut. Entah itu masalah ekonomi, masalah pihak ketiga, masalah anak dan masalah lain yang intinya bisa merusak cita-cita awal dalam membentuk keluarga. Sekarang pertanyaannya adalah, mampukah kita mengurai benang kusut yang ada dalam rumah tangga kita dengan bijak dan penuh kesabaran ?

Tak ada salahnya kita belajar pada yang lebih muda. Jangan karena gengsi, merasa lebih berpengalaman, merasa lebih tua akhirnya kita menutup mata untuk belajar dari yang muda. Aku justru bersyukur ada tempat untuk diajak sharing tentang apa arti kehidupan ini. Selalu kuingat apa yang pernah dikatakan anakku, bahwa lebih baik selalu bersyukur dalam keadaan apapun agar tidak pernah merasakan apa yang dinamakan kecewa. Mungkin teori tak semudah prakteknya. Tapi tidak ada salahnya bila kita mencoba. Dunia semakin tua, cobaan akan semakin beraneka warna. Kalau kita mulai sekarang belajar ikhlas dan selalu bersyukur, suatu saat kita tidak akan shock menghadapi ganasnya kehidupan yang kadang seperti tidak masuk akal. Seperti sekarang ini, orang jujur justru hancur, orang salah justru semakin pongah. Mari kita lepas kesombongan ini, karena sejatinya kita tidak punya apa-apa. Dengan menyadari bahwa kita berasal dari tidak memiliki apapun, kita akan selalu bersyukur mendapatkan karunia yang luar biasa selama di dunia ini. Hidup jujur, bersyukur, pasti mujur.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image