Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Pinjung Nawangsari

Sektor Properti: Penopang Ekonomi Nasional yang Tak Sekadar Bangun Rumah

Bisnis | 2025-10-06 18:16:43
Sumber: Panangian School of Property

Sektor properti kembali menjadi sorotan publik setelah data terbaru menunjukkan bahwa kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai 15 hingga 16,5 persen setiap tahun. Angka ini menegaskan bahwa industri properti bukan hanya bisnis yang bergerak di bidang pembangunan fisik, tetapi juga merupakan tulang punggung perekonomian nasional.

Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk, Adrianto P. Adhi, menyebutkan bahwa industri properti memiliki dampak pengganda (multiplier effect) yang sangat besar terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya. Dari satu proyek pembangunan, muncul aktivitas ekonomi di sektor konstruksi, bahan bangunan, perbankan, hingga jasa keuangan. Artinya, setiap pembangunan perumahan, apartemen, atau kawasan komersial, ikut menggerakkan banyak roda ekonomi sekaligus.

Industri properti tidak hanya menyediakan tempat tinggal, tetapi juga menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan membuka jutaan lapangan kerja baru. Data menunjukkan bahwa sektor ini mampu menyerap sekitar 14 juta tenaga kerja setiap tahunnya, mulai dari pekerja konstruksi, insinyur, arsitek, hingga tenaga pemasaran dan administrasi.

Kontribusi properti juga sangat signifikan terhadap pendapatan negara. Setiap tahun, sektor ini menyumbang pajak sekitar Rp185 triliun kepada pemerintah pusat, atau hampir 10 persen dari total penerimaan pajak nasional. Di tingkat daerah, kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp95 triliun per tahun, setara dengan 32 persen dari total PAD nasional. Angka-angka ini membuktikan bahwa properti merupakan salah satu sumber vital penerimaan negara yang menopang pembangunan berkelanjutan.

Peran sektor properti tidak berhenti pada pembangunan fisik semata. Setiap proyek perumahan atau kawasan komersial juga membawa pembangunan infrastruktur pendukung seperti jalan, jembatan, jaringan transportasi, taman kota, dan pusat perbelanjaan. Infrastruktur ini tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi suatu wilayah, tetapi juga memperbaiki kualitas hidup masyarakat yang tinggal di dalamnya.

Pembangunan kawasan yang terencana dengan baik menciptakan daya tarik investasi baru, meningkatkan mobilitas ekonomi daerah, dan bahkan membantu mengurangi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan adanya kontribusi dari sektor swasta, pembangunan infrastruktur menjadi lebih cepat dan efisien, sekaligus memperkuat daya saing ekonomi lokal.

Dalam perspektif ekonomi makro, sektor properti memiliki fungsi ganda: sebagai pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat sekaligus sebagai instrumen investasi jangka panjang. Aset properti bersifat tetap dan bernilai stabil, sehingga menjadi sarana efektif dalam menjaga akumulasi modal nasional.

Investasi pada bidang ini juga memperkuat struktur ekonomi Indonesia. Ketika permintaan properti meningkat, berbagai sektor lain ikut tumbuh: industri semen, baja, keramik, transportasi, hingga perbankan. Sebaliknya, ketika sektor properti melambat, dampaknya langsung terasa pada tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Fenomena tersebut sejalan dengan teori pertumbuhan ekonomi modern yang menempatkan investasi dan pembangunan infrastruktur sebagai motor utama peningkatan PDB dan penciptaan lapangan kerja. Karena itu, menjaga stabilitas sektor properti berarti juga menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Meskipun memiliki peran penting, sektor properti juga menghadapi sejumlah tantangan. Kenaikan suku bunga, kebijakan kredit yang ketat, dan keterbatasan daya beli masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah masih menjadi penghambat utama. Oleh karena itu, diperlukan langkah strategis dari berbagai pihak.

Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal berupa keringanan pajak, penurunan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), serta memperluas program subsidi kredit pemilikan rumah (KPR) bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Sementara itu, sektor perbankan perlu menghadirkan skema pembiayaan yang lebih fleksibel dan suku bunga kompetitif, agar kredit properti tetap terjangkau. Dari sisi pengembang, inovasi desain dan pembangunan hunian terjangkau menjadi langkah penting untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

Sinergi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan pengembang akan menjadi faktor penentu dalam menjaga ketahanan sektor properti, sekaligus memastikan kontribusinya terhadap ekonomi nasional tetap berkelanjutan.

Penulis (Kelompok 12 LPEPI): Nayla Dwi Untari (141230301), Pinjung Nawangsari (141230307), Resha Askha Bilqis (141230315), Ulinnuha Rafifah (141230319)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image