Upaya Perguruan Tinggi Islam dalam Menanamkan Nilai-nilai Akhlak Mulia
Agama | 2022-06-25 11:37:58Penulis: Dr. Ira Alia Maerani, S.H., M.H. (Dosen Fakultas Hukum, Unissula).
Ahmad Sutisna (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Unissula).
Menanamkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan serta akhlak mulia, merupakan problem terberat yang harus dihadapi oleh seluruh lembaga pendidikan saat ini. Sebab, proses menanamkan nilai-nilai kebaikan membutuhkan keteladanan dari seorang guru (dosen), kesungguhan, keikhlasan, serta kedisiplinan.
Maka dari itu, sudah seharusnya, perguruan tinggi Islam di mana pun berada, untuk senantiasa menjunjung tinggi usaha pembentukan manusia yang beriman, bertaqwa, serta berakhlak mulia. Ini merupakan sebuah misi dan tujuan utama dari pendidikan kita di seluruh tingkatannya. Bahkan, dalam hal ini, lembaga pendidikan Islam dituntut untuk menjadi teladan bagi perguruan tinggi lainnya.
Dalam Perpres Nomor 11 Tahun 1960 tentang Pembentukan IAIN yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno, disebutkan tentang pertimbangan pembentukan IAIN yang kemudian berubah menjadi UIN: “Bahwa sesuai dengan Piagam Djakarta tertanggal 22 Juni 1945 yang menjiwai dan merupakan rangkaian kesatuan dengan Konstitusi tersebut, untuk memperbaiki dan memajukan pendidikan tenaga ahli Agama Islam guna keperluan Pemerintahan dan masyarakat dipandang perlu untuk mengadakan Institut Agama Islam Negeri”.
Dalam Pasal 31 Ayat 3 UUD 1945 juga disebutkan bahwa: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”.
Dari situs resmi Universitas Islam Sultan Agung Semarang, tertulis salah satu misi dari Universitas Islam Sultan Agung Semarang, yaitu: “Mendidik dan mengembangkan sumber daya insani yang Islami pada semua strata pendidikan melalui berbagai bidang ilmu dalam rangka membangun generasi khaira ummah dan kader-kader ulama tafaqquh fiddin, dengan mengutamakan kemuliaan akhlak, dengan kualitas kecendikiawanan dan kepakaran standar tertinggi, siap melaksanakan tugas kepemimpinan umat dan dakwah”.
Dalam sebuah Hadits juga disebutkan:
عَنْ أَبِي ذَرِّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيْئَةَ اْلحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ [ رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح ]
Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman Mu’adz bin Jabal RA., keduanya berkata, Rasulullah SAW. bersabda: “Bertakwalah kepada Allah SWT. dimanapun kamu berada. Iringilah kesalahanmu dengan berbuat baik, niscaya kebaikan itu menghapusnya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang terpuji.” (HR. Tirmidzi Dia berkata “hadits ini hasan”. Bahkan beberapa kitab menyebutkan, hadits ini hasan shahih)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.