Mengapa Pada Masa Ini Sastra Cyber Lebih Diminati?
Eduaksi | 2022-06-22 18:56:20Istilah sastra cyber mulai populer memang baru beberapa tahun belakangan ini, lebih tepatnya saat budaya digital masuk dan berkembang di Indonesia. Menurut Endraswara sastra cyber berasal dari kata cybersastra yang dalam bahasa inggris memiliki arti tidak bisa berdiri sendiri, melainkan terjalin dengan kata lain seperti cyberspace, cybernate dan cybernetics. Cyberspace memiliki arti ruang (berkomputer) yang saling terjalin membentuk budaya di kalangan mereka. Cybernate memiliki arti pengendalian proses menggunakan komputer. Cybernetics lebih mengacu pada sistem kendali otomatis, baik dalam sistem elektronik maupun jaringan saraf. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan sastra cyber adalah karya sastra yang memanfaatkan media internet atau teknologi informatika.
Awal perkembangan sastra cyber di Indonesia menuai pro kontra, baik di kalangan penikmat sastra, pekerja sastra dan pemerhati sastra. Perdebatan yang muncul selalu berujung pada persoalan definisi sastra itu sendiri, lalu banyak yang meragukan kualitas karya-karyanya. Ada yang mengatakan bahwa sastra cyber muncul karena diakibatkan tuntutan perkembangan zaman, khususnya perkembangan teknologi.
Terlepas dari permasalahan pro kontra tersebut, Usman K.J Suharjo tetap tidak mengurungkan niatnya untuk mengembangkan budaya baru yaitu sastra cyber ini dengan meluncurkan buku antologi puisi cyber dan di hari perilisan buku tersebut juga memperingati hari Sastra Cyber Indonesia.
Sejak munculnya keragaman bentuk-bentuk sastra cyber yang semakin meluas, ada beberapa faktor yang membuat penulis melirik dan berminat untuk terjun ke dunia sastra cyber.
1. Para penulis ingin mencari suasana baru yang lebih kreatif karena sudah terlalu jenuh dengan media sastra yang itu-itu saja.
2. Beberapa penulis ingin mempunyai popularitas lebih cepat, lewat sastra cyber kemungkinan tersebut bisa terjadi karena kelebihan sastra cyber yang menggunakan media internet dapat mempermudah karya sastra tersebar ke seluruh penjuru dunia.
3. Beberapa penulis hanya ingin mempublikasikan tulisan mereka, tetapi media yang mendominasi saat itu hanya berupa sastra koran dan buku. Masing-masing penerbit memiliki strategi agar karya bisa terbit di media mereka dan seringnya mereka memakai model strategi KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
4. Sulitnya menembus dunia penerbitan di tengah persaingan ketat yang mengekang kebebasan ide kreatif para penulis, mungkin dengan hanya mempublikasikan karya-karya mereka di jejaring sosial para penulis berharap mendapat tanggapan positif tanpa menunggu keputusan editor yang cukup memakan waktu.
Sastra cyber memiliki kekhasan tersendiri di sisi lain yaitu reproduksi teks sastra di internet yang tidak dapat dikendalikan oleh kekuasaan manapun, tidak pula di dominasi oleh kepentingan-kepentingan ekonomis maupun politis yang ditetapkan oleh penerbit dan tidak adanya kriteria-kriteria atau standar karya yang layak cetak.
Dilihat dari sisi lain persaingan sastra cyber di dunia sastra juga tidak bisa terelakkan, semakin banyak publik yang menggunakan teknologi dan internet, tidak menutup kemungkinan pula semakin banyak peminat sastra cyber. Tidak hanya itu, berbagai macam situs dan fitur jejaring sosial yang menawarkan kepada publik yang dapat mengembangkan kreativitas melalui Wattpad, FanFiction, Twitlonger (perkembangan dari Twitter), fitur catatan di Facebook dan masih banyak lainnya.
Tidak hanya kebebasan, dunia cyber juga menawarkan kelebihan berupa jangkauan yang sangat luas sehingga dapat ikut membantu mengkampanyekan sastra Indonesia ke seluruh penjuru dunia. Jika melalui koran, sebuah karya hanya bisa diakses sampai negara tetangga atau negara yang terdapat kedutaan Indonesia, maka untuk media cyber jarak bukan lagi menjadi hambatan dan rintangan. Oleh karena itu, proses komunikasi dan interaksi sosial yang terjalin juga semakin luas. Kondisi suatu masyarakat di tempat tertentu yang direpresentasikan dalam karya sastra dapat diketahui oleh individu-individu lain meskipun terbentang jarak sangat jauh. Tak dapat dipungkiri kelebihan-kelebihan tersebut yang kemudian memikat para penggiat sastra untuk memanfaatkan dunia cyber sebagai media ekspresif.
Kehadiran sastra cyber memang membawa keunikan tersendiri di ruang lingkup kesusastraan Indonesia maupun dunia karena melalui media yang dianggap baru, sastra cyber tumbuh sebagai pengaruh dari perkembangan zaman yang semakin maju.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.