Pengertian dan Beberapa Ciri-Ciri Ahlus Sunnah Wal Jamaah

Agama | Friday, 22 Oct 2021, 18:39 WIB

Di sini, ada beberapa ciri-ciri atau anjuran pada Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Sebelumnya, Apa itu Ahlus Sunnah Wal Jamaah ? Ahlus Sunnah wal Jamaâah adalah mereka yang menempuh seperti apa yang pernah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu âalaihi wa sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Disebut Ahlus Sunnah, karena kuatnya (mereka) berpegang dan berittibaâ (mengikuti) Sunnah Nabi Shallallahu âalaihi wa sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum.
As Sunnah secara bahasa artinya jalan. Adapun secara istilah As Sunnah adalah ajaran Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam beserta para sahabatnya, baik berupa keyakinan, perkataan maupun perbuatan.
Dalam hal ini Sunnah menjadi lawan dari bidâah. Bukan sunnah dalam terminologi fikih. Karena sunnah menurut istilah fikih adalah segala perbuatan ibadah yang bila dikerjakan berpahala akan tetapi bila ditinggalkan tidak berdosa.
Maka sunnah yang dimaksud dalam istilah Ahlus Sunnah adalah seluruh ajaran Rasul dan para sahabat, baik yang hukumnya wajib maupun sunnah.
Al Jamaâah secara bahasa artinya kumpulan orang yang bersepakat untuk suatu perkara. Sedangkan menurut istilah syarâi, al jamaâah berarti orang-orang yang bersatu di atas kebenaran yaitu jamaâah para sahabat beserta orang-orang sesudah mereka hingga hari kiamat yang meniti jejak mereka dalam beragama di atas Al Kitab dan As Sunnah secara lahir maupun batin.
Ciri-ciri atau anjurannya adalah sebagai berikut:
1. Bersatu dalam Kebenaran
Allah taâala berfirman,
Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙØ°ÙÙÙÙ ÙÙØ±ÙÙÙÙÙØ§ دÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙØ§ÙÙÙØ§ Ø´ÙÙÙØ¹Ùا ÙÙØ³Ùت٠٠ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ Ø´ÙÙÙØ¡Ù
âSesungguhnya orang-orang yang suka memecah-belah agama mereka sehingga menjadi bergolong-golongan maka engkau (Muhammad) sama sekali tidak termasuk bagian mereka.â (QS. al-Anâam: 159).
2. Kebenaran yang Harus Kita Ikuti
Allah taâala berfirman,
ÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙØ·Ùع٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙرÙÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙØ£ÙÙÙÙØ¦ÙÙÙ Ù ÙØ¹Ù اÙÙÙØ°ÙÙÙ٠أÙÙÙØ¹Ù٠٠اÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù Ù ÙÙ٠اÙÙÙÙØ¨ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙصÙÙØ¯ÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙØ´ÙÙÙÙØ¯Ùاء٠ÙÙØ§ÙصÙÙØ§ÙÙØÙÙÙÙ ÙÙØÙØ³ÙÙ٠أÙÙÙÙØ¦ÙÙ٠رÙÙÙÙÙÙØ§
âBarangsiapa yang menaati Allah dan rasul, maka mereka itulah orang-orang yang akan bersama dengan kaum yang diberikan kenikmatan oleh Allah, yaitu para nabi, shiddiqin, syuhadaâ dan shalihin. Dan mereka itu adalah sebaik-baik teman.â
(QS.an-Nisaaâ:69).
3. Menjunjung Tinggi Tauhid
Jalan yang lurus adalah jalannya orang-orang yang bertauhid. Merekalah orang-orang yang telah merealisasikan kandungan ayat Iyyaka naâbudu wa Iyyaka nastaâin di dalam hidupnya. Adapun orang-orang musyrik adalah kaum yang dimurkai dan tersesat dari jalan Allah. (lihat at-Tafsir al-Qoyyim, hal. 54).
Allah taâala berfirman,
ÙÙÙÙÙÙØ¯Ù Ø¨ÙØ¹ÙØ«ÙÙÙØ§ ÙÙÙ ÙÙÙÙ٠أÙÙ ÙÙØ©Ù Ø±ÙØ³ÙÙÙÙØ§ Ø£ÙÙÙ Ø§Ø¹ÙØ¨ÙدÙÙØ§ اÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§Ø¬ÙتÙÙÙØ¨ÙÙØ§ Ø§ÙØ·ÙÙØ§ØºÙÙØªÙâSungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak: Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.â (QS. an-Nahl: 36).
Menyedihkan adaah apabila bnayak diantara kaum muslimin pada zaman sekarang ini yang mengucapkan Iyyaka naâbudu wa Iyyaka nastaâin, tetapi tidak memperhatikan apa makna kandungan tersebut.
4. Memadukan Ilmu dan Amal
Dari Usamah bin Zaid radhiyallahuâanhu, Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam bersabda, âPada hari kiamat didatangkan seorang lelaki lalu dilemparkan ke dalam neraka. Usus perutnya pun terburai. Dia berputar-putar seperti seekor keledai mengelilingi alat penggilingan. Para penduduk neraka berkumpul mengerumuninya. Mereka pun bertanya kepadanya, âWahai fulan, apa yang terjadi padamu. Bukankah dulu kamu memerintahkan yang maâruf dan melarang yang mungkar?â. Dia menjawab, âBenar. Aku dulu memang memerintahkan yang maâruf tapi aku tidak melaksanakannya. Aku juga melarang yang mungkar tetapi aku justru melakukannya.â (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Memuliakan Para Sahabat
Allah taâala berfirman mengenai para Sahabat dalam ayat-Nya,
ÙÙÙÙØ¯Ù Ø±ÙØ¶ÙÙ٠اÙÙÙÙÙ٠عÙÙ٠اÙÙÙ ÙØ¤ÙÙ ÙÙÙÙÙÙ Ø¥ÙØ°Ù ÙÙØ¨ÙاÙÙØ¹ÙÙÙÙÙÙ ØªÙØÙØªÙ Ø§ÙØ´ÙÙØ¬ÙØ±ÙØ©Ù
âSungguh, Allah telah ridha kepada orang-orang yang beriman yaitu ketika mereka bersumpah setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon itu.â (QS. al-Fath: 18).
Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam bersabda, âJanganlah kalian mencela para sahabatku. Seandainya ada salah seorang dari kalian yang berinfak emas seberat gunung Uhud, maka tidak akan mengimbangi infak salah seorang di antara mereka, walaupun itu cuma satu mud/dua genggaman tangan, atau bahkan setengahnya.â (HR. Bukhari dan Muslim).
6. Mengikuti Salafus Shalih, Menjauhi Bidâah
Salafus shalih atau pendahulu yang baik merupakan sebutan bagi tiga generasi terbaik umat ini, yaitu para sahabat (Muhajirin dan Anshar), tabiâin (murid para sahabat) dan tabiâut tabiâin (murid para tabiâin). Allah taâala berfirman,
ÙÙØ§ÙسÙÙØ§Ø¨ÙÙÙÙÙ٠اÙÙØ£ÙÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙÙ ÙÙÙØ§Ø¬ÙرÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙØ£ÙÙÙØµÙار٠ÙÙØ§ÙÙÙØ°ÙÙÙ٠اتÙÙØ¨ÙعÙÙÙÙÙ Ù Ø¨ÙØ¥ÙØÙØ³ÙØ§ÙÙ Ø±ÙØ¶ÙÙ٠اÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ±ÙضÙÙØ§ عÙÙÙÙÙ
âDan orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama yaitu kaum Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.â (QS. at-Taubah: 100).
Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam bersabda, âBarangsiapa yang hidup sepeninggalku maka dia akan melihat banyak perselisihan. Oleh sebab itu wajib atas kalian untuk mengikuti Sunnah/ajaranku dan Sunnah/ajaran Khulafaâ ar-Rasyidin yang berpetunjuk. Gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham kalian. Jauhilah perkara-perkara yang diada-adakan. Sesungguhnya setiap bidâah itu sesat.â (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Tirmidzi berkata: hadits hasan sahih).
