Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Abdul Rosyid

Mujahadah Sholawat Wahidiyah 40 Harian

Agama | Saturday, 18 Jun 2022, 13:04 WIB

Undangan Pernikahan Terbaru - Mujahadah Wahidiyah merupakan pengamalan Sholawat Wahidiyah atau bagian dari padanya tentunya sesuai bimbingan Muallif Sholawat Wahidiyah atau Penyusunnya salah satunya Mujahadah Wahidiyah Pengamalan 40 haria, sebelum kita ketahui bersama tentang Mujahadah Wahidiyah Pengamalan 40 Hari terlebih dulu mari kita lihat dan fahami Mujahadah Wahidiyah.

Pengertian Mujahadah Wahdiyah

Mujahadah Wahidiyah adalah pengamalan Sholawat Wahidiyah atau bagian dari padanya menurut adab, cara dan tuntunan yang dibimbingkan oleh Muallif Sholawat Wahidiyah RA sebagai penghormatan kepada Rosululloh Sholallohu 'Alaihi Wa Sallam dan sekaligus merupakan do’a permohonan kepada Alloh SWT, bagi diri pribadi dan keluarga, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, bagi bangsa dan negara, bagi para pemimpin mereka di segala bidang, bagi ummat masyarakat jami’al ‘alamin, dan seluruh makhluq ciptaan Alloh SWT.

Dalam Mujahadah Wahidiyah sebagaimana yang telah dibimbingkan beliau Muallif Sholawat Wahidiyah RA yang dikumpulkan dan disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah diantaranya :

Mujahadah-Mujahadah Yang Dibakukan

A. Mujahadah-Mujahadah Yang Dibakukan ; Mujahadah Pengamalan 40 Hari Atau 7 Hari, Mujahadah Yaumiyah (Harian), Mujahadah Keluarga, Mujahadah Usbu’iyyah (Mingguan, Mujahadah Syahriyyah (Bulanan), Mujahadah Rubu’ussanah, Mujahadah Nisfussanah, Mujahadah Kubro.

Mujahadah Waqtiyyah

B. Mujahadah Waqtiyyah ; Mujahadah Peringatan Tahun Baru Hijriyah Dan Masihiyah, Mujahadah Peringatan Ulang Tahun Hari, Kemerdekaan RI, Mujahadah Peringatan Hari Besar Islam, Dan Nasional, Mujahadah Malam Nishfu Sya’ban, Mujahadah Malam Idul Fitri Dan Idul Adha, Mujahadah Di Makam Dalam Bulan Syawal, Mujahadah Bersamaan Waktu Wukufnya, Hujjaj Di Arafah, Mujahadah Penyongsongan Musyawarah, Kubro Wahidiyah, Mujahadah Berkaitan Suatu Peristiwa, Mujahadah Peduli Ummat, Mujahadah Peringatan Khusus.

Mujahadah-Mujahadah Khusus

C. Mujahadah-Mujahadah Khusus; Mujahadah Peningkatan, Mujahadah Dalam Bulan Penyiaran, Mujahadah Penyiaran Umum, Mujahadah Nonstop Mohon Kelancaran Perjuangan Wahidiyah, Mujahadah Keamanan,Mujahadah Kecerdasan, Mujahadah Pembangunan, Mujahadah Khusus Keuangan, Mujahadah Khusus Istikhoroh, Mujahadah Khusus Pertanian Atau Peternakan, Mujahadah Untuk Gula (Obat), Mujahadah Untuk Lembaran Sholawat Wahidiyah/Buku Wahidiyah, Mujahadah Untuk Pengamal Yang Telah Wafat, Mujahadah Penerimaan Murid/Siswa Baru, Mujahadah Permohonan Suatu Hajat

Itulah mujahadah wahidiyah yang kami tulis ulang dalam artikel ini dari Buku Tuntunan Mujahadah dan masih banyak lagi mujahadah-mujahadah yang lain.

Mari kita lanjutkan pembahasan Mujahadah Wahidiyah Pengamalan 40 haria atau 40 harian untuk salah satunya untuk menyonsongan Mujahadah Kubro Wahidiyah yaitu sebagai berikut:

1. Mujahadah Wahidiyah 40 harian adalah mujahadah dengan pengamalan Sholawat Wahidiyah yang dilakukan selama 40 hari/malam berturut-turut. Sehari semalam (24 jam) sekali khataman. Waktunya bisa siang, malam, pagi atau sore.

2. Mujahadah 40 harian ini diamalkan oleh pengamal baru atau untuk pengamalan ulang. Bisa dilakukan sendiri-sendiri, akan tetapi lebih dianjurkan berjamaah bersama keluarga atau pengamal lainnya.

3. Boleh diringkas menjadi 7 hari. Bilangan bacaannya dilipatkan 10 kali lipat.

4. Bagi yang belum bisa membaca Sholawat Wahidiyah bisa membaca “YAA SAYYIDII YAA ROSULALLOH” diulang-ulang selama kurang lebih 30 menit.

5. Jika dilakukan berjamaah:

a. Bacaan ILAA HADLROTI .. (pertama dan ke dua) dibaca oleh imamnya saja (dengan suara sedang), dengan memberi aba-aba “ALFATIHAH” setiap pergantian bacaan fatihah, atau langsung bacaan fatihah 7x (tanpa aba-aba) jika makmumnya hanya beberapa orang saja.

b. Bacaan fatihahnya tidak dengan suara keras, tapi dengan sirri seperti bacaan sirri dalam sholat.

c. Sholawat pertama dibaca 100 kali. Bacaannya bisa bersama-sama dengan suara sedang dan agak cepat, (Waktunya sampai selesai bisa lebih dari 30 menit. Tidak masalah, lebih baik), dan bisa dibaca sirri sendiri-sendiri. Kalau dibaca sirri imamnya harus tepat bilangannya dan tidak terlalu cepat sehingga makmumnya tidak banyak ketinggalannya. (Waktu normalnya sekitar 25-30 menit). Sebaiknya dihindari penggunaan bacaan batin yang sekiranya bacaan makmum tidak mencukupi bilangannya. Misalnya sampai selesai hanya dalam waktu sekitar 15 menit atau kurang.

d. Bacaan berikutnya (selain sholawat pertama) dibaca seperti mujahadah berjamaah biasa.

6. Apabila di tengah pengamalan 40 hari ada yang tertinggal (lowong):

a. Jika lowongnya karena udzur, misalnya lowongnya benar-benar karena lupa atau udzur yang tidak bisa ditinggalkan maka bisa diamalkan pada hari setelah selesai 40 hari (disambung).

b. Tapi jika lowongnya bukan karena udzur, misalnya sengaja, maka hitungan harinya putus dan supaya memulainya dari awal.

7. Mujahadah Yaumiyah bilangan 7-17 pada saat pengamalan 40 hari sebaiknya tetap dilaksanakan di waktu lain. Begitu pula Mujahadah Usbuiyah tetap dilaksanakan meskipun menggunakan Aurod Mujahadah 40 harian dengan niat Usbu’iyah dan pengamalan 40 harian.

8. Mujahadah 40 hari bukan mahar/maskawin bagi pengamal baru. Makanya jangan disebut “MAHARAN”. Beliau Muallif Wahidiyah Ra, tidak pernah menggunakan istilah tersebut.

Itulah beberapa penjelasan tentang Mujahadah Wahidiyah dan juga Mujahadah Wahidiyah 40 haria atau 40 harian, selamat Mujahadah. Semoga Sempurna Sampai Khatam 40 Hari

Jombang, 16 Juni 2022

Khusus Fokus tentang Mujahadah Wahidiyah 40 hari ini telah di susun oleh Ketua Dewan Pimpinan Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah Bidang Pembinaan Umum

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image