Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ulfi Nafi'ah

Proses Konversi Golongan Syiah dan Khawarij

Agama | Thursday, 21 Oct 2021, 15:24 WIB

Pada masa kekhalifahan, Islam pada waktu itu sempat mengalami kekosongan kepemimpinan setelah wafatnya Rasulullah SAW dan membutuhkan pergantian kepemimpinan setelah terbunuhnya Utsman Bin Affan. Dimana pada masa pergantian kepemimpinan ini terjadi perebutan kekuasaan antara Ali Bin Abi Thalib dengan Muawiyyah bin Abi Sufyan yang berdampak pada perpecahan kaum muslimin.

Setelah Utsman bin Affan terbunuh di masa tersebut, Ali Bin Abi Thalib dan Muawiyyah saling berargumen untuk menyelesaikan masalah pembunuhan Utsman. Tetapi justru tidak menemukan kesepakatan antara mereka berdua. Ali meminta untuk menstabilkan dan memulihkan kondisi terlebih dahulu, tetapi Muawiyyah justru meminta Ali untuk mencari para pelaku pembunuhan Utsman. Dan dari sinilah kemudian terjadi perang yang dinamakan perang shiffin.

Berawal dari adanya perang shiffin ini justru menimbulkan perpecahan antara kaum muslimin dan banyak memunculkan perbedaan pendapat serta perubahan pola pikir mengenai kekhalifahan pada masa tersebut. Sehingga, dari peristiwa inilah yang menyebabkan kaum muslimin terpecah menjadi 3 golongan, yaitu golongan Syiah, Khawarij dan Sunni. Tetapi, yang ingin penulis bahas disini adalah kemunculan aliran Syiah dan Khawarij serta bagaimana proses serta hasil konversi dari golongan tersebut hingga berkonversi menjadi Sunni.

Adapun Syiah dalam kamus ensiklopedia islam, diartikan sebagai kelompok atau golongan yang mengidolakan Ali Bin Abi Thalib beserta keturunannya. Tetapi, pernyataan ini dibantah oleh kelompok diluar Syiah sebab dinilai tidak mewakili fakta yang sebenarnya.

Pembantahan tersebut dilatarbelakangi karena seolah yang mencintai Ali Bin Abi Thalib hanya kelompok syiah saja, padahal faktanya kelompok Ahlusunnah Wal Jamaah pun termasuk kelompok yang mencintai beliau, bahkan hingga keturunan dan pengikutnya pun mencintai Ali Bin Abi Thalib.

Kemudian seorang cendekiawan muslim yakni Quraish Shihab berpendapat bahwa Syiah yaitu mereka yang mengikuti Ali Bin Abi Thalib dan percaya bahwa Ali adalah pemimpin setelah Rasulullah wafat. Pendapat ini dinilai lebih dapat mencerminkan sebagian kelompok syiah dan pernyataan pendapat oleh Quraish Shihab untuk sementara ini dapat diterima oleh sebagian besar kelompok syiah.

Sedangkan Khawarij adalah kelompok yang mengikuti Ali Bin Abi Thalib tetapi mereka tidak sepakat dan tidak medukung keputusan Ali serta memutuskan untuk keluar dan memisahkan diri dari pasukan Ali, karena mereka menolak tahkim pada saat terjadinya perang shiffin. Jumlah Khawarij pada waktu itu cukup banyak sehingga mereka mampu melakukan pemberontakan pada saat berlangsungnya perang tersebut.

Sehingga, dari perang tersebut kelompok khawarij menilai bahwa orang-orang islam lain yang tidak sepemikiran dengan mereka adalah kafir. Jika golongan Syiah menganggap Ali sebagai imam setelah Rasulullah, maka golongan Khawarij enggan menganggap Ali sebagai imamnya, Melainkan mereka memilih Abdullah ibn Wahab Al-Rasid yang menjadi imam sebagai pengganti dari Ali Bin Abi Thalib.

Pada perkembangan selanjutnya, terjadi proses konversi golongan syiah dan khawarij. Dimana proses konversi disini diartikan sebagai perubahan pandangan dan kepercayaan dari kelompok satu ke kelompok lainnya. Mengenai proses konversi yang terjadi antara golongan syiah dan khawarij ini terjadi secara perlahan-lahan dan saling memperebutkan pengaruh antara satu sama lain.

Adanya latar belakang yang sama yaitu bermula dari peran Shiffin, menjadikan kedua golongan ini saling bertolak belakang dan saling berseteru satu sama lain. Terjadinya konversi Syiah terjadi pada abad ke 3 Hijriah, sedangkan Konversi Khawarij terjadi pada abad ke 3 hingga abad ke 7. Pada masa tersebut, terjadi peperangan antara 2 golongan untuk memperebutkan kekuasaan suatu tempat di Hadramaut yang berada di Yaman.

Terkait peperangan antara 2 belah pihak dari golongan ini, ada yang mengatakan bahwa peperangan dimenangkan oleh syiah. Ada juga yang berpendapat bahwa peperangan dimenangkan oleh khawarij dengan alasan jumlah Syiah yang hanya sedikit pada masa tersebut. Sehingga, karena syiah jumlahnya sedikit maka ketika sampai di Hadramaut, mereka terpaksa harus pindah ke Sunni dikarenakan golongan khawarij sudah mendominasi dan memang khawarij pun tidak memberikan peluang sedikit pun kepada golongan syiah untuk berdakwah disana.

Sementara itu, kegiatan dakwah yang dilakukan telah menjadi Sunni terus berjalan secara berkelanjutan dengan perluasan pendidikan, dimana banyak sekali bangunan-bangunan seperti madrasah yang mulai berkembang pesat disana. Kemudian sekolah-sekolah agama tersebut semakin mengalami kemajuan dan terkenal, sehingga banyak pelajar-pelajar dari luar yang bersekolah di madrasah tersebut.

Disamping itu, kekuatan politik yang dibangun oleh golongan khawarij semakin lemah. Dan tak lama kemudian, golongan khawarij terbawa arus dakwah yang dilakukan Syiah yang sudah lama berkonversi menjadi Sunni. Pada akhirnya, kaum muslimin di Hadramaut berkonversi menjadi Sunni. Sehingga pada abadd ke 7 Hijriah, seluruh pendudukan islam rata bermadzhabkan Sunni Syafi’i dan tidak ada agama lain di Hadramaut seperti Kristen, Hindu, Budha, dan lain sebagainya tidak ditemukan di Hadramaut.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image