Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image siti aisyah

Kelompok Syi’ah dan Khawarij

Agama | 2021-10-20 12:28:26

Syi’ah secara etimologi adalah Syi’ah, Tasyayu’, al-Musyaya’ah yang artinya: mengikuti, menolong, bersepakat, berkumpul untuk satu urusan, dan membantu. Sebutan Syiah dalam sejarah digunakan pada saat terjadi peristiwa arbitrase antara kubu Ali dan Muawiyah. Kelompok yang mendukung Ali disebut (Syi’ah Ali), adapun kelompok yang mendukung Muawiyah disebut (Sy’iah Muawiyah). Sehingga istilah Syiah pada saat itu tidak khusus digunakan untuk kelompok Ali saja namun juga pada kelompok pendukung yakni Muawiyah. Banyak pendapat yang membahas mengenai awal munculnya kelompok Syi’ah. Namun awal munculnya kelompok Syi’ah yang benar adalah pada masa Khalifah Ali, tidak ada bukti dengan klaim Syi’ah bahwa permulaanya dari zaman Nabi Muhammad SAW dimana sebagian mereka menyatakan bahwa yang pertama kali menaburkan benih Syi’ah di ladang Islam adalah Nabi sendiri (Sahibu As-Syariah). Syi’ah pada awalnya mengedepankan Ali bin Abi Thalib daripada Ustman bin Affan dalam keutamaan.

Ada beberapa kelompok besar syi’ah. Pertama, Al-Ghuluw; adalah golongan ekstrem yang berlebihan mencintai para imam yang akhirnya menghilangkan sifat kemanusiaan. Mereka menempatkan kedudukan para imam sama dengan Tuhan bahkan menyerupakan seorang Imam dengan Tuhan. Kedua, Al-Kisaniyyah; pendiri kelompok ini adalah Kisan mantan pelayan Ali. Mereka sependapat bahwa agama merupakan ketaatan kepada Imam dan barangsiapa tidak taat kepada Imam berarti dia bukanlah orang yang beragama. Bahkan sebagian dari mereka ada yang meninggalkan perintah agama dan merasa cukup dengan menaati para imam. Ketiga, Al-Imamiyyah/Rafhidah; kelompok ini berpendapat bahwa Ali secara nash dinyatakan sebagai imam tidak hanya sifat bahkan ditunjuk orangnya. Mereka disebut Rafhidah karena menolak kekhilafahan Abu Bakar dan Umar. Keempat, Az-Zaidiyah; adalah pengikut Zaid ibn Ali ibn Husain. Menurut mereka Imamah di nash kan dengan sifat bukan dengan penunjukan. Keempat, Ismailiyyah; adalah kelompok yang mengakui imamah Ismail ibn Ja’far ialah putra Ja’far Ash-Shadiq yang menurut mereka ditetapkan sebagai imam atas takdir Allah. Menurut mereka Ja’far Ash-Shadiq tidak pernah menikah dengan wanita sebagaimana Rasulullah SAW tidak pernah kawin selama Khadijah masih hidup.

Selain itu pokok-pokok ajaran Syi’ah yang mereka yakini. Pertama, Ali tidak mati terbunuh tetapi masih hidup, beliau diangkat kelangit seperti Isa AS dan orang yang mati terbunuh adalah orang yang diserupakan dengan Ali. Kedua, dalam tubuh Ali bersemayam unsur ke-Tuhanan karena itu Ali mengetahui segala yang gaib dan selalu menang melawan orang kafir. Ketiga, percaya pada teori reinkarnasi bahwa ruh yang meninggal dunia dapat menitis kembali dalam jasad baru. Keempat, Abu Bakar, Umar, dan Usman adalah yang terkutuk karena merampas jabatan kekhalifahan dari tangan Ali. Menurut mereka hanya Ali yang berhak menjadi khalifah pertama. Kelima, Imam itu masih menerima wahyu dan ma’shum. Menurut mereka Rasulullah bersabda bahwa Ali terjaga dari dosa dan kesalahan, dan ia orang paling tahu tentang Islam. Keenam, percaya pada “ar-Raj’ah” yaitu bahwa imam (khalifah) Ali bin Abi Thalib akan kembali kedunia di akhir zaman untuk menegakkan keadilan. Mereka menyamakan Imam dengan Nabi.

Adapun Khawarij artinya orang yang keluar. Menurut As-syahrastani dalam Milal wa An-Nihal mendefinisikan Khawarij secara politik, bahwa setiap orang yang keluar dari Imam yang telah disepakati secara syar’i di waktu kapanpun. Ada beberapa prinsip dasar umum doktrin Khawarij. Pertama, mengkafirkan Ali, Usman, dua arbitrator (Abu Musa Al-Asy’ri ibn Amru ibn Al-Ash), para peserta perang Jamal dan semua yang rela dengan tahkim. Kedua, wajib keluar dari penguasa yang lalim. Ketiga, mengkafirkan pelaku dosa. Keempat, Khilafah wajib dipilih kaum muslimin yang merdeka, apabila telah terpilih seorang pemimpin tidak dibenarkan turun dan melakukan tahkim. Kelima, mereka mensahkan Khilafah Abu Bakar, Umar, dan Usman dalam tahun-tahun pertama, ketika berubah dari jalan yang ditempuh menurut klaim mereka wajib diasingkan, pada awalnya mereka juga mensahkan Kekhilafahan Ali kemudian keluar setelah bertahkim dan mengkafirkannya.

Ada empat kelompok-kelompok Khawarij. Pertama, Al-Azariqah; pengikut Nafi’ ibn Al-Azraq mengkafirkan yang lain dari umat Islam, mengharamkan sembelihannya. Mereka tidak menyatakan rajam bagi pezina Muhson, tidak ada hukum qodzaf bagi lelaki dan tidak ada taqiyyah. Kedua, An-Najdad; pengikut Naidah ibn Amir mereka berpandangan manusia tidak perlu ada pemimpin asalkan ada keadilan. Agama bagi mereka ada dua hal yakni ma’rifatullah, ma’rifatu rasul, dan ikrar atas apa yang dibawanya, dan manusia dimaafkan atas kebodohannya sampai ada hujjah. Ketiga, As-Shufriyyah; pengikut Ziyad ibn Al-Ashfar mereka menyatakan pelaku dosa itu musyrik seperti orang yang tidak sholat. Pelaku dosa tidak dihukumi kafir sampai diserahkan pada pemimpin dan dihukumi kekafirannya. Keempat, Al-Ibadhiyyah; pengikut Abdullah ibn Ibadh, mereka disebut Khawarij yang paling lurus dan dekat dengan Ahlu Sunnah, mereka tidak mengganggap orang yang diluar mereka sebagai musyrik maupun mu’min, tetapi kufur yaitu kufur nikmat.

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image