Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Raka Aprillia Eka Putra

Mengenal Filsafat Cinta Ala Jalaluddin Rumi

Eduaksi | Wednesday, 15 Jun 2022, 20:55 WIB

Cinta adalah sesuatu yang mutlak dimiliki umat manusia. Cinta mempunyai peran sangat penting bagi kehidupan. Jalaluddin Rumi, seorang sufi sekaligus penyair legendaris dari Persia mendefinisikan cinta dalam 3 tingkatan,

moaser.com

Pertama, cinta kepada hal-hal yang diciptakan oleh Allah, seperti Manusia (pria wanita dan anak-anak), materi (harta benda), kedudukan, pangkat, jabatan dan sejenisnya.

Kedua, cinta kepada yang menciptakan segala sesuatu yang ada di dunia yaitu Allah, ditunjukkan melalui pemujaan secara formal yang dilaksanakan dalam praktik ibadah yang dalam hal ini disebut sebagai syariat.

Ketiga, cinta mistis atau berada dalam tahapan makrifat. Yaitu ketika wujudnya sudah bersatu dengan sang pencipta, pada tingkatan ini Allah dirasakan sentuhannya secara personal dan secara spiritual. Tingkatan ini sudah mencapai derajat yang sempurna, yaitu hakikat atau makrifat.

Cinta mistis menurut Rumi, adalah tidak ada pamrih kepada tuhan. Maksudnya adalah manusia mencintai tuhan bukan menginginkan surga atau takut kepada neraka, tapi semata-mata menginginkan tuhan itu sendiri.

Oleh karenanya, cinta menurut versi Rumi adalah kesatuan yang sempurna terhadap sang kekasih. Tuhan adalah tujuan dan tumpuan harapan dari seluruh hidupnya, tiada yang lain. Pada saat mencapai puncak dari kesabaran cinta, maka terjadi perkawinan antara khalik dan makhluknya, yaitu terjadi antara pencinta dan yang dicintai yang terwujud dalam kondisi fana.

Cinta membuat karakter manusia semakin spiritual, ciri sejati cinta terdapat pada keikhlasan. Semakin seseorang mencintai, makin larutlah ia terserat ke dalam tujuan-tujuan ilaiyah kehidupan. Dalam tujuan-tujuan ilaiyah penciptaan inilah manusia memperoleh makna yang sebenarnya di dunia dan itu juga yang memberikan kebahagiaan rohaniah yang tidak terkira.

Rumi pernah berkata :

“Semoga Allah memberkati para budak itu materi-materi dan para penghamba jasmani serta para pecinta harta benda. Tetapi sedikitpun aku tidak iri dan ikut memperebutkannya, adapun aku sendiri berada dalam cinta makrifat. Sebuah gambaran cinta yang tidak akan pernah musnah dan berubah, yaitu bersama yang maha kekal”.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image