SEGENGGAM BEKAL
Agama | 2022-06-15 18:37:33Tahun ajaran baru sekolah sudah dimulai. Bang Jarwo yang kini memasuki jenjang sekolah menengah atas harus berangkat lebih pagi jika dibandingkan dengan ketika masih sekolah di tingkat dasar maupun tingkat pertama karena jarak tempuh dari rumah ke sekolahnya yang lebih jauh.
Karena belum begitu terampil dalam mengendarai sepeda motor maka untuk berangkat ke sekolah selalu diantar oleh bapak atau ibu ataupun kadang saudara yang lebih berpengalaman berkendara motor.
Dengan kondisi tersebut tentu membuat repot semua pihak. Untuk mengurangi permasalahan terebut maka tidak bisa tidak atau harus ditingkatkan keterampilan Bang Jarwo dalam mengendarai sepeda motor. Dengan harapan nantinya ketika berangkat maupun pulang dari sekolah bisa mengendarai sepeda motor sendirian.
Untuk keperluan tersebut kadang kala sesekali waktu ketika pulang sekolah, Bang Jarwo diminta oleh bapaknya duduk di depan untuk memboncengkannnya. Suatu waktu, ketika pulang sekolah, Bang Jarwo diminta bapaknya untuk mengendarai sepeda motor, sementara bapaknya duduk membonceng di belakang. Dalam perjalanan pulang tersebut, bapaknya Bang Jarwo tidak lupa bertutur kata kepada Bang Jarwo agar dalam mengendarai kendaraan tidak ngebut, menjaga jarak aman dengan kendaraan lain, selalu mematuhi aturan berlalu – lintas dan lainnya agar tidak membahayakan diri sendiri ataupun lebih-lebih kepada orang lain.
Dalam keadaan sedang bersemangat memberikan nasehat atau pitutur tentang berkendaraan yang aman tersebut, bapaknya Bang Jarwo dikejutkan dengan Bang Jarwo yang memperlambat kecepatan kendaraan motor, meminggirkannya lalu berhenti di tempat parkir warung makan, soto Pak Sabar. ‘’Wah rupanya Bang Jarwo sudah sangat lapar ini.’’ gumam bapaknya sambil bersungut-sungut.
Sambil mengingat dan memegang saku celananya untuk memastikan uang yang dibawanya, mereka berdua masuk warung soto dengan yakin bisa membayar makan maupun minumnya.
Setelah selesai makan dan minum mereka melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang ke rumah tersebut, terlintas di benak bapaknya Bang Jarwo pikiran tentang hakikat hidup.
Kesibukan memberi nasehat berkendaraan yang aman hingga kemudian masuk warung makan tersebut telah membuka pikiran bapaknya Bang Jarwo bahwa perlunya bekal dalam setiap kesempatan.
Sebagaimana di warung makan tadi maka bekal uang yang cukup harus disiapkan agar bisa makan dan minum dengan nyaman dan leluasa.
Tentu, kelak di akhirat pun juga dibutuhkan bekal. Bekal yang harus dicari dan disiapkan di dunia ini. Bekal tersebut tidak lain adalah iman dan amal sholeh yang terus dibarengi dengan selalu saling mengingatkan kepada sesama dalam hal kebenaran dan kesabaran hingga akhir hayat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.