Potret Muslimah Yang Tenggelam Dalam Senda Gurau
Eduaksi | 2022-06-15 15:19:19ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﻧِﺴَﺎﺀِ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ: ﺧَﺪِﻳﺠَﺔُ ﺑِﻨْﺖُ ﺧُﻮَﻳْﻠِﺪٍ ﻭَﻓَﺎﻃِﻤَﺔُ ﺑِﻨْﺖُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ،ﻭَﺁﺳِﻴَﺔُ ﺑِﻨْﺖُ ﻣُﺰَﺍﺣِﻢٍ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓُ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥَ، ﻭَﻣَﺮْﻳَﻢُ ﺍﺑْﻨَﺔُ ﻋِﻤْﺮَﺍﻥَ
"Sebaik-baik wanita penghuni Surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Fir'aun, dan Maryam binti 'Imran." (Hadits Riwayat Ahmad 2668)
Para wanita yang dimuliakan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam dalam haditsnya diatas memiliki karakter khusus seorang muslimah. Mereka itu adalah perempuan-perempuan mulia dan suci yang sudah memiliki tempat disurga, namun taukah kamu, selain mereka berempat ada lagi seorang perempuan beruntung yang mendapatkan posisi di surga meski ia masih berada di bumi. Perempuan penyabar yang sangat menjaga auratnya.
Siapakah beliau? Beliau adalah Su’airah al-Asadiyyah atau biasa dikenal dengan Ummu Zurfa Radhiyallahu ’Anha. Beliau berasal dari Habsyah, yang sekarang dikenal dengan Ethiopia. Tak banyak yang menulis tentang perjalanan kehidupannya secara rinci, beberapa hanya mencantumkan sebuah hadits dalam biografinya, namun dengan informasi yang sedikit itu kita dapat memetik banyak pelajaraan, hikmah, serta dapat dijadikan teladan yang baik dari perempuan sholehah ini.
Dari ‘Atha Al Khurasani mengatakan: Diriwayatkan dari ‘Atha bin Abi Rabah, dia berkata, “Ibnu Abbas Radhiallahu ’Anhu pernah berkata kepadaku, ‘Maukah aku tunjukkan kepadamu seorang wanita dari penduduk surga?’ Lalu dia menunjukkan kepadaku seorang wanita Habasyah yang berkulit kuning dan berperawakan tinggi besar, lalu ia berkata, ‘Dia pernah menemui Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wasallam seraya berkata: ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku sering tersingkap (ketika sedang kambuh), maka berdoalah kepada Allah untukku agar Dia menyembuhkanku.’ Beliau Shalallahu ’Alaihi Wasallam pun bersabda: ‘Jika engkau berkenan, maka aku akan berdoa kepada Allah untukmu agar Allah menyembuhkanmu dari penyakit yang menimpamu, dan Allah akan mencatat seluruh amal baik dan amal burukmu. Dan jika engkau berkenan, bersabarlah, maka bagimu surga.’ Maka wanita itu memilih bersabar dan surga. Kemudian wanita itu berkata lagi : ‘Sesungguhnya auratku sering tersingkap, maka berdoalah kepada Allah agar (auratku) tidak tersingkap.’ Maka beliaupun mendoakannya.” (Hadits Riwayat Bukhari Muslim)
Liatlah Shahabiyyah yang memiliki keimanan yang tak diragukan lagi itu. Ketaatannya kepada Rabbnya melebihi apapun. Beliau bisa bersabar terhadap penyakit yang dideritanya, akan tetapi dia tidak bisa bersabar jika auratnya tersingkap. Beliau hanya meminta agar penyakit yang dideritanya tidak menjadi sebab terbukanya auratnya, padahal dalam keadaan itu pena telah diangkat darinya. Beliau tetap berpegang teguh dengan hijab dan rasa malunya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu Wata’ala menutupi auratnya serta memberikan kabar gembira kepadanya berupa surga, tempat terbaik disisi-Nya, MasyaAllah!.
Lihatlah betapa jauh perbandingannya dengan perempuan zaman sekarang yang menampilkan aurat mereka di layar kaca, majalah-majalah, dan koran. Mereka dengan sengaja memperlihatkan keindahan tubuhnya, memperlihatkan hal-hal yang menggoda laki-laki, memperlihatkan kecantikannya, tanpa merasa berat, tanpa merasa bersalah, dan tanpa memperhatikan hukum Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tidak ada sifat malu dan tidak ada iman dalam hal tersebut. Ironisnya, sampai-sampai kita sulit membedakan mana wanita muslim dan mana wanita kafir, sekalipun ada yang memakai kerudung, akan tetapi kerudung tersebut tak ubahnya hanyalah seperti hiasan penutup kepala.
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, ia berkata: “Semoga Allah merahmati para wanita generasi pertama yang berhijrah” Ketika turun ayat:
وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوْبِهِنَّۖ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اٰبَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اٰبَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَاۤىِٕهِنَّ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُنَّ اَوِ التَّابِعِيْنَ غَيْرِ اُولِى الْاِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفْلِ الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَاۤءِ ۖوَلَا يَضْرِبْنَ بِاَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّۗ وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung”
Su’airah Radhiallahu ‘Anha telah memberikan pelajaran penting bagi para wanita yang dengan bebas membuka auratnya, seharusnya mereka bersyukur kepada Allah ta’alla atas nikmat kesehatan yang telah diberikan kepada mereka. Yang harus mereka lakukan adalah memakai hijab yang syar’i karena itu jalan satu-satunya agar mereka selalu terlindungi, juga karena ia adalah mahkota yang menjadi bukti kehormatan.
Wahai saudariku, hendaklah kita senantiasa menjaga aurat serta selalu menudukkan pandangan dan menjaga kehormatan kita, karena kita adalah kunci sebuah umat, juga pembangun generasi. Karena jika perempuan di suatu generasi baik maka baiklah generasi tersebut, begitupun sebaliknya jika perempuan di suatu generasi rusak maka rusaklah generasi tersebut. Dan ingatlah selalu, perempuan sholehah dan taat ibadah adalah perhiasan dunia.
Saudariku, kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Lihatlah bagaimana potret muslimah seperti sayyidah Su’airah sudah jarang kita dapatkan didunia ini. Hendaklah kita menjadikan beliau sebagai teladan dalam ketaatan menjaga aurat, dan tidak diumbar dihadapan khalayak, menutup aurat dengan sempurna sebagaimana Islam telah memerintahkan kita, agar Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa menutupi dengan perlindungan-Nya di dunia maupun di akhirat kelak. Semoga Allah selalu melindungi kita dari segala sesuatu yang diharamkanNya dan selalu menetapkan hati kita diatas agama-Nya.
Referensi :
https://umma.id/article/share/id/1013/240240, diaskes pada 04 Maret 2022 Pukul 09:00 WIB
https://www.kuliahislam.com/kisah-suairah-al-asadiyyah/, diaskes pada 04 Maret 2022 Pukul 09:01 WIB
https://muslimah.or.id/1296-suairah-wanita-penghuni-surga.html, diaskes pada 04 Maret 2022 Pukul 09:02 WIB
https://kiblatmuslimah.com/suairah-al-asadiyyah/, diaskes pada 04 Maret 2022 Pukul 09:03 WIB
Di Antara Mereka Yang Bercahaya Wajahnya Karena Menghafal Kalamallah, Rabu, 15 Juni 2022 Pukul 3:11 PM
*Mahasiswi Prodi KPI Angkatan III STIBA Ar Raayah Sukabumi
**Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Komunikasi Islam pada Semester IV
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.