Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kenya Willy Anggola

Kisah Seorang Wanita Penyabar dan Juga Mulia Maharnya

Sejarah | Wednesday, 15 Jun 2022, 14:40 WIB

Rumaisha’ yang dikenal dengan nama Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha adalah anak dari Milhan bin Zaid bin Haram. Beliau adalah ibunda dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu. Terkenal dengan sebutan wanita yang penyabar, cerdas dan pemberani. Termasuk wanita kaum anshor yang pertama memeluk islam.

Sumber Gambar: beautynesia.id

Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha pernah menikah 2 kali dalam hidupnya. Suaminya yang pertama bernama Malik bin An-Nadhr. Ketika islam datang, Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha menerima kehadirannya dengan baik. Tetapi suaminya bertolak belakang dengan hal itu. Melihat perkembangan islam yang begitu pesat di madinah Malik An-Nadhr pergi ke Syam dan tinggal di sana sampai akhir hayatnya.

Setelah meninggalnya Malik bin An-Nadhr, Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha dilamar oleh seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau adalah Abu Thalhah Radhiyallahu ‘Anhu. Dikisahkan oleh Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, Abu Thalhah Radhiyallahu ‘Anhu mencoba melamar ibunya. Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha berkata, “Sungguh aku tertarik padamu. Orang sepertimu tak pantas untuk ditolak. Namun kamu seorang laki-laki yang belum beriman kepada Allah. Sedangkan aku seorang Muslimah. Kalau kamu mau memeluk Islam, itulah mahar untukku. Aku tak meminta selain itu”. Abu Thalhah Radhiyallahu ‘Anhu pun memeluk islam, lalu keduanya menikah.

Kisah Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha yang membuktikan tentang kesabaran dan kecerdasannya adalah ketika beliau ditimpa musibah, meninggalnya anak dari Abu Thalhah Radhiyallahu ‘Anhu. Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha berkata, “Jangan kalian kabarkan Abu Thalhah tentang berita ini. Aku saja yang memberi tahunya”. Ketika sang suami kembali dari mesjid setelah sholat isya, Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha mengalihkan sementara perhatian sang suami dari anaknya. Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha menjamunya dengan makanan yang lezat yang disukai oleh suaminya. Sementara sang suami menyantap makan malamnya, Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha berdandan dan memakai wewangian demi menarik perhatian sang suaminya malam itu. Dan akhirnya malam itu mereka berhubungan. Setelah suaminya tenang, Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha mulai mencoba memberitahukan berita tentang kematian anaknya kepada sang suami. Dengan perlahan beliau berkata “Wahai Abu Thalhah, sesungguhnya keluarga Fulan meminjam sesuatu dari keluarga Fulan. Lalu yang meminjamkan mengutus orang untuk meminta barang tersebut. Mereka malah menolak untuk mengembalikannya.” Abu Thalhah Radhiyallahu ‘Anhu pun berkata, “Mereka tak boleh berbuat seperti itu. barang pinjaman harus dikembalikan kepada yang punya.” Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha menjawab, “Sesungguhnya anakmu adalah pinjaman dari Allah. Dan Allah telah mengambilnya”. Abu Thalhah Radhiyallahu ‘Anhu marah dan berkata, “Engkau biarkan aku (tidak memberitahuku tentang berita kematian anakku) sampai setelah terjadi apa yang terjadi, barulah engkau memberitahukan kepadaku perihal putraku?!”.Abu Thalhah Radhiyallahu ‘Anhu mengadukan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendoakan mereka, “Semoga Allah memberkahi malam keduanya”. Akhirnya Allah Subhanahu Wata’ala mengaruniakan mereka seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah.

Kisah yang menceritakan tentang keberanian Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha adalah ketika beliau ikut serta dalam perang Hunain. Diriwayatkan oleh Ibnu Saad dengan sanad yang shahih, bahwa Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha membawa khanjar (semisal pisau) saat Perang Hunain. Abu Thalhah Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Wahai Rasulullah, Ummu Sulaim membawa khanjar.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya, “Untuk apa khanjar itu”? Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha menjawab, “Aku membawanya kalau-kalau ada seorang musyrik yang mendekat padaku. Akan kuhujamkan ini di perutnya”. Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha wafat di akhir tahun 40 H di masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan Radhiallahu ‘Anhu.

Faedah yang bisa diambil dari kisah Ummu Sulaim:

· Keteguhan Ummu Sulaim berpegang pada agama

Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha tidak lansung menerima lamaran Abu Thalhah Radhiyallahu ‘Anhu padahal beliau adalah seorang laki-laki yang terpandang pada masa itu. Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha menginginkan seorang suami yang beriman kepada Allah dan rasulnya, bukan menginginkan suami yang kaya akan harta.

· Kesantunan Ummu Sulaim pada suaminya

Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha mempercantik dirinya untuk melayani suaminya, padahal dalam islam seorang wanita yang berduka diperbolehkan untuk tidak berhias atau berdandan.

· Kesabaran Ummu Sulaim ketika menghadapi musibah

Beliau tidak menangis dan masih sanggup untuk melayani suaminya. Memilih untuk menenangkan suaminya dengan cara yang menenangkan.

· Keberanian Ummu Sulaim ketika ikut serta dalam perang

Kita bisa lihat dari keberanian Ummu Sulaim yang membawa khanjar ketika berada di perang Hunain. Beliau tidak takut sama sekali jika nanti ada musuh yang mendekatinya. Bahkan beliau telah siap sedia untuk melawan musuh tersebut.

Referensi

https://muslim.or.id/18966-kisah-menakjubkan-ummu-sulaim-saat-ditinggal-mati-anaknya.html, diakses pada 5 Maret 2022 pukul 13.45 WIB

https://qonitah.id/memetik-faedah-dari-kisah-ummu-sulaim/, diakses pada 5 Maret 2022 pukul 16.33 WIB

https://kisahmuslim.com/6609-ummu-sulaim-binti-milhan-ibunda-anas-bin-malik.html, diakses pada 5 Maret 2022 pukul 16.33 WIB

Di Tanah Sunda

STIBA Ar Raayah, 15 Juni 2022 14.35 WIB

*Mahasiswi Prodi KPI Angkatan III STIBA Ar Raayah Sukabumi

**Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Komunikasi Islam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image