Dampak Penggunaan Teknologi Bagi Generasi Milenial
Teknologi | 2022-06-14 19:20:50Generasi Milenial adalah generasi yang lahir antara tahun 1980 hingga saat ini. Generasi ini terpesona dengan teknologi digital. Penggunaan teknologi adalah bagian besar dari gaya hidup mereka. Dampak teknologi terhadap berbagai aktivitas pada generasi ini. Penggunaan media, khsusunya media sosial dikalangan generasi milenial sering menjadi perhatian dan sorotan dari beragam kalangan mulai dari eksekutif, legislatif, yudikatif, juga sejumlah elemen masyarakat seperti para guru, dosen, pemerhati pendidikan, dan tentunya tidak ketinggalan para orang tua. Banyak sekali kemajuan dan kemajuan teknologi pada generasi ini. Lebih khusus lagi, di bidang teknologi komunikasi dan informasi.
Komunikasi menjadi semakin penting dalam semua aspek kehidupan manusia, atau lebih tepatnya, dalam semua aspek kehidupan manusia. Komunikasi merupakan fungsi yang sangat penting bagi manusia karena memungkinkan manusia untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain, baik yang diungkapkan secara perlahan maupun cepat. Komunikasi juga dapat membantu orang memahami dunia di sekitar mereka dengan memungkinkan mereka berkomunikasi dengan orang lain dalam waktu singkat. Untuk memudahkan interaksi manusia, kolaborasi, dan sosialisasi dengan orang lain, diperlukan alat komunikasi.
Alat komunikasi yang dibutuhkan ketika manusia yang lain berada dalam jarak yang jauh, atau berada dalam keadaan yang tidak memungkinkan manusia tersebut untuk saling berinteraksi. Alat komunikasi tersebut berkembang pesat seiring dengan perubahan zaman. Sehingga tanpa disadari telah mempengaruhi setiap aspek dalam kehidupan manusia. Saat ini komunikasi sudah menjadi kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan aktivitas seperti penggunaan televisi, telepon, gadget, internet dan lain-lain, sudah menjadi hal yang biasa kita temui di kalangan masyarakat, terlebih di kota-kota besar.
Salah satu kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang paling signifikan di era modern ini adalah diperkenalkannya telepon seluler (ponsel), yang juga dikenal sebagai gadget. Gadget merupakan alat komunikasi yang penting karena mudah digunakan dan dapat ditemukan dimana saja. Karena telah memasuki milenium keempat yang juga dikenal dengan era internet, fungsi gadget menjadi semakin penting. Internet dapat memudahkan orang untuk belajar tentang apa pun yang mereka inginkan, di mana pun mereka berada. Internet memiliki kemampuan untuk memudahkan orang berkomunikasi satu sama lain, berhubungan dengan kerabat jauh, mencari informasi, dan menerima kejadian terkini.
Selain memberikan manfaat yang signifikan bagi kehidupan sehari-hari, gadget juga dapat memberikan dampak negatif bagi pengguna karena penambahan waktu yang dihabiskan untuk menggunakannya. Dampak yang dimaksud yaitu bagi perkembangan otak, terlalu lama dalam menggunakan gadget dalam aktivitas-hari, menimbulkan suatu masalah dalam berkomunikasi atau berbicara serta menghambat dalam mengekspresikan pikiran. Saat ini, jumlah gadget melebihi gaya hidup milenial. Gadget yang tadinya dikendalikan oleh manusia kini menjadi manusia yang dikendalikan oleh gadget.
Anggaplah saat bermain gadget, yang seharusnya bisa membantu kapan waktu akan berhenti bermain, tetapi waktu terbuang sia-sia hanya karena bermain gadget sepanjang hari. Posisi gadget pun dapat mengubah gaya hidup sebuah keluarga, seperti saat orang tua sibuk dengan gadgetnya, orang tua membiarkan anaknya bermain seperti anaknya. Ketika Anda berbicara dengan anak-anak Anda, anak-anak cenderung tidak memahami atau menghargai Anda, menyebabkan Anda mengulangi ucapan Anda sendiri. Akibatnya, ada pepatah di dunia saat ini bahwa "gadget meningkatkan apa yang dekat dan mengurangi apa yang jauh." Memiliki gadget di era modern secara signifikan meningkatkan kecerdasan dan kinerja seseorang.
Ada yang tumbuh menjadi individu, menjadi lebih kreatif, dan terus ingin terlihat di media sosial, menekankan produk yang mereka beli atau tempat yang mereka kunjungi. Fungsi gagdet pun berubah yang dahulu hanya untuk alat komunikasi, kini semenjak gadget yang dilengkapi dengan internet ini pun bukan hanya sekedar lagi sebagai alat komunikasi, melainkan sebagai sebuah kompetisi. Gaya hidup di era milenial ini orang-orang lebih ingin mendapatkan pengakuan dari dunia maya dibandingkan dari orang-orang di sekitarnya. Orang-orang akan berlomba-lomba menampilkan foto dan video terbaik yang mereka punya demi mendapatkan “like” di media sosial. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, gadget tidak lagi hanya dimiliki oleh orang-orang berusia dua puluhan dan tiga puluhan, tetapi juga ditemukan di rumah anak-anak kecil dan tua.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang tergabung dalam Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan, berdasarkan usia, mayoritas pengguna internet berusia antara 13 hingga 19 tahun. Lebih spesifik, APJII menyebutkan berdasarkan layanan yang tersedia, yang paling populer adalah Chatting yang memiliki basis pengguna sekitar 89,35 persen atau sekitar 125 juta orang. Poin kedua, 87,12 persen orang menggunakan media sosial atau sekitar 124,82 juta orang. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, gadget tidak hanya dimiliki dan digunakan oleh orang dewasa, tetapi juga banyak digunakan oleh anak-anak dan remaja, terutama untuk tujuan pendidikan.
Dampak negatif dari gadget bagi pelajar yaitu rasa ketergantungan ke gadget, kurangnya kedisiplinan para pelajar yang diakibatkan rasa ingin terus belajar gadget, banyak pelajar yang marah dan sering gelisah jika tidak diizinkan membawa gadget ke ruangan kelas. banyak siswa yang menggunakan gadget mereka saat mereka belajar, bahkan jika mereka tidak menyadari lingkungan mereka. Hal ini akan menurunkan motivasi belajar siswa seiring dengan berjalannya proses pembelajaran. Gadget juga dapat membantu siswa belajar lebih efektif jika mereka menggunakannya selama proses pembelajaran, seperti ketika mereka mencari informasi khusus tentang mata pelajaran yang diajarkan guru.
Dikarenakan berbagai isu yang muncul akibat maraknya penggunaan media sosial dan ketergantungan di kalangan milenial, milenial juga dikenal sebagai pelajar dan mahasiswa, harus pintar-pintar menempatkan diri. Mereka harus waspada agar tidak dirugikan oleh kemajuan teknologi. Tidak cukup bagi kaum milenial untuk dapat mengakses media sosial dan menggunakan smartphone mereka. Mereka juga harus dapat memprioritaskan tanggung jawab mereka, yang berarti mereka harus terus-menerus mengingat waktu mereka, sadar akan lingkungan mereka, dan memiliki kesadaran diri yang kuat.
Orang tua memiliki strategi untuk membentuk anak yang baik dan jauh dari pandangan. Pengembangan generasi milenial menyangkut hubungan orang tua.Ini adalah hasil dari disiplin diri yang berbasis psikologis. Perbuatan milenium yang telah melewati aturan-aturan yang berlaku menimbulkan keresahan masyarakat. Pergaulan remaja timbul karena yang dapat ditangani dengan cara tersebut. Sesungguhnya, masalah remaja tidak dipengaruhi oleh kelompok masyarakat saja, namun dengan orang tua yang membimbing anggota keluarganya mengarah yang seperti apa. Milenial yang harus mengawasi dan mengawasi mengawasi, diusia remaja ini yang mudah terpengaruhi. Remaja sering menunda-nunda untuk melaksanakan ibadah sholat dan ngaji saat penggunaan media komunikasi, khususnya smartphone.
Banyak orang tua fokus pada pekerjaan mengurus rumah tangga, dan menganggap peran orang tua sangat memakan waktu dan energi. Oleh karena itu, orang tua bertanggung jawab dalam mengawasi dan memantau anak dengan membiarkan teknologi menemani dan menghibur anak Saat ini penggunaan gadget tidak dapat dihindari Oleh karena itu, orang tua dan orang dewasa di sekitar anak memiliki peran penting. Pada anak yang berusia 2 hingga 12 tahun tidak disarankan untuk kontak terlalu lama dengan layar televisi tanpa kehadiran orang dewasa yang berinteraksi dan berinteraksi langsung. Waktu yang ideal bagi anak untuk menggunakan gadget adalah 5-30 menit per hari dengan intensitas 1-2 kali per hari.
Tingginya penggunaan media sosial dikalangan generasi milenial mudahnya perubahan kognitif, afektif, dan perilaku dari anak muda ini. Masalah sosial dapat muncul sebagai akibat dari meningkatnya penggunaan media sosial oleh generasi penerus bangsa Indonesia. Simpang siurnya beragam informasi dan pemanfaat media sosial secara sempangan akan menyebabkan beragam dampak negatif, terkait informasi terkait dengan Covid19, menyebabkan banyak konten yang perlu mendapatkan pencerahan bagi generasi milenial ini. Covid19 adalah hasil dari sejumlah negara besar dunia yang memiliki tujuan di tengah masyarakat terjadi prokontra informasi terkait isu.
Salah satu fenomena yang muncul sebagai akibat dari meningkatnya penggunaan media sosial di masyarakat adalah munculnya sejumlah besar informasi yang sulit untuk divalidasi, atau yang biasa dianggap sebagai hoax di masyarakat. Hoax telah menjadi fenomena yang secara signifikan mempercepat pertumbuhan ekonomi dan politik Indonesia. Hoax yang menyebar melalui media sosial dan media massa tidak hanya menjadi satu jenis lelucon, tetapi juga menjadi virus informasi dan penyakit yang berpotensi mengganggu dan membunuh generasi mendatang. Entah itu informasi atau hoax, berbagai macam informasi telah turut meningkatkan kecemasan dan kepanikan.
Akibatnya, inisiatif ini dapat dimulai dengan meningkatkan stres masyarakat umum, termasuk anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah, dengan tujuan memerangi penahanan massal pada akhirnya. generasi milenial diarahkan pada beragam produktifitas, seperti mengenalkan mereka dengan peningkatan jiwa wirausaha berbasis online, pengenalan dan peningkatan kemampuan di bidang e-commerce, dan jumlah kegiatan kreatif yang dapat menumbuhkan semangat dan potensi ekonomi Indonesia. Bahkan bisa diarahkan kepada hadirnya unicorn baru Indonesia di bidang industri kreatif dan pengausaha muda berbasis aplikasi teknologi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.