Membangkitkan Marwah Perjuangan Pemikiran Soekarno Mengenai Pancasila di Generasi Z
Sejarah | 2022-06-14 00:26:32Umur dan fisik Ir. Soekarno telah berakhir pada 21 Juni 1970, sudah lebih dari setengah abad silam sang proklamator indonesia dengan nama asli Kusno Sosrodihardjo atau yang seringkali dikenal dengan nama Soekarno, menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta pada umur 69 tahun dan di kebumikan di Blitar. Dari sumber data yang ada, sebelum meninggal beliau di diagnosa memiliki penyakit tekanan darah tinggi dan penyakit ginjal selama lima tahun terakhir sebelum wafatnya. Bahkan pada tahun 1961 dan 1964, sang proklamator Indonesia pernah dirawat di Wina, Austria karena penyakit gagal ginjal yang dideritanya. Keadaan beliau semakin memburuk, setelah sudah selesai. jabatan sebagai Presiden RI. Sebelum meninggal beliau sempat tidak sadarkan diri pada pukul 3:50 sampai akhirnya meninggal di pukul 7:00.
Terlepas akan hal itu umur dan fisiknya memang telah berakhir, akan tetapi pemikiran serta keteladanan beliau harus senantiasa hidup dan berkelanjutan, yaitu nalar kritis, jiwa nasionalisme, islamisme, marxisme, pluralisme kebangsaan dan kemanusiaan. Sebagai sosok yang tampil dalam panggung politik, khususnya untuk para pemikir kiri dalam term ilmu pengetahuan. Banyak pemikir-pemikir kontemporer yang menjadikan sosok beliau sebagai bahan topik dan kajian penelitian ilmiah. Bukan karena dirinya pernah menjabat sebagai Presiden pertama RI, melainkan karena pemikirannya yang amat sangat cemerlang bagi perkembangan ekonomi serta politik di dunia.
Bahkan sampai sekarang ini lebih dari sepuluh penulis buku yang telah meneliti biografi beserta pemikiran-pemikiran cemerlang nya yang dapat membawa indonesia merdeka serta dikenal di dunia. Bahkan dalam Karya Michael Hart sosok beliau termasuk kedalam catatan sejarah yang menjadi pengubah sosial masyarakat di dunia. Begitu pula, ada sepuluh nama ilmuwan dan pemimpin dunia yang menjadi panutan dalam gagasan bagi Ir. Soekarno sehingga menjadi pemimpin sekaligus tokoh revolusi dunia, misalnya, Tan Malaka, Mahatma Gandhi, John Ernest Renan, Dr. Sun Yat-Sen, Karl Max dan sebagainya. Dalam garis besar pun sudah jelas membuktikan bahwasanya kepandaian Ir. Soekarno dalam meramu pemikirannya sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh yang ada di dunia. Sehingga pada akhirnya dari adanya gabungan dari pemikiran-pemikiran tersebut mampu meletakan fondasi dasar negara Indonesia, yang dapat diterima oleh semua elemen bangsa ini yang salah satu diantaranya adalah Pancasila.
Pemikiran Ir. Soekarno Mengenai Pancasila sebagai Falsafah Bangsa
Sebagai akar negara, Pancasila tidak hanya lahir begitu saja. Akan tetapi melalui proses Panjang dalam deklarasi dan penetapan falsafah bagi bangsa ini. Dalam ranah politik, Ir. Soekarno harus berhadapan dengan berbagai macam tokoh yang berseberangan dengannya, missal, ada tokoh nasionalis, tokoh agama, bahkan tokoh agama katholik dan protestan, dahulu sempat ada perbedaan pendapat atas usungan Pancasila sebagai falsafah dasar negara Indonesia. Kepandaian secara politik dan mapannya intelektual, beliau mampu meyakinkan kritikan yang muncul dari berbagai macam tokoh.
Dari pemikiran tentang falsafah Pancasila dan beberapa analisis dari para tokoh besar, ia menyimpulkan bahwa pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan dasar ideologisnya yaitu “Pancasila” sebagaimana dijelaskan. Dari Arus Sentral pemikiran Ir. Soekarno adalah persatuan atau nasionalisme bersumber dari gagasan tersebut, beliau menciptakan sintesis dari tiga paham utama dari masyarakat Indonesia pada saat itu yakni nasionalisme, islam, dan marxisme. Pemikiran nasionalisme yang dikembangkan Ir. Soekarno pada masa itu memberikan suatu arah baru untuk orientasi bagi pergerakan kemerdekaan Indonesia karena saat itu konsep nasionalisme yang berkembang adalah nasionalisme yang berkesinambungan berdasarkan kedaerahan atau kesukuan. Pemikiran ini mulai terlihat dalam tulisan pertamanya “Nasionalisme”, Islam dan Marxisme. Yang pada akhirnya berkembang menjadi sebuah paham marhaenisme atau Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi. Puncak dari pemikiran yang berkembang sejak tahun 1920-an mencapai bentuknya yang final pada tanggal 1 Juni 1945 yaitu dalam bentuk rumusan Pancasila. Dalam perkembangannya, Pancasila diartikan kedalam Manipol yang berisi pokok dasar dan tujuan Revolusi Indonesia. Kelima prinsip dasar Pancasila yang dirumuskan oleh Ir. Soekarno merupakan kekuatan kokoh yang tercipta berdasarkan keadaan sosial masyarakat Indonesia dan juga hasil dari pemikiran yang luar biasa dari seorang Ir. Soekarno yang mapan akan pengetahuan.
Pemikiran Pluralisme Ir. Soekarno Mengenai Teks Pidato Pancasila
Sesudah melewati proses perdebatan Panjang pada 1 Juni 1945 akhirnya Pancasila ditetapkan sebagai falsafah dan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia dihadapan para delegator di dalam forum BUPK. Setelah proses Panjang itu, Pancasila yang di gagas oleh Ir. Soekarno memiliki lima fondasi awal yang menjadi dasar terbentuknya Pancasila. Ir. Soekarno menawarkan lima prinsip dasar yang pada akhirnya diberi nama Pancasila, namun pada saat itu beliau juga menawarkan pilihan lain dari lima sila ini. Sifat perdamaian dan kebersamaan hasil penggaliannya dikatakan dalam kesimpulan akhir bahwa kelima prinsip dasar Pancasila tersebut dapat diperas menjadi tiga yang meliputi kebangsaan dan kemanusiaan, demokrasi dan kesejahteraan, serta ketuhanan yang berkebudayaan. Sampai akhirnya, dari tig aini dapat disatukan menjadi kesatuan prinsip kehidupan rakyat Indonesia yang disebut Gotong Royong.
Tatkala, Pancasila ditetapkan sebagai dasar ideologi bangsa ini. Seiring dengan lahirnya Pancasila, Ir. Soekarno tidak berhenti sampai sampai disana. Agenda kegiatan lain Kembali dilakukan oleh beliau. Salah satu momentum penting ialah membangun generasi penerus bangsa yang dikenal dengan kata-kata “Beri Aku Sepuluh Pemuda, Maka akan Aku Guncangkan Dunia”. Sebutan ini seakan-akan membakar semangat perjuangan yang tak akan berhenti demi mewujudkan cita-cita negara indonesia sebagai negara yang adil dan Makmur.
Maka dari itu, Ir. Soekarno paham dan sadar akan lahirnya Pancasila ditengah beragamnya bangsa Indonesia. Maka Nasionalisme ia jadikan sebagai dasar untuk membangun pluralism ditengah pluralitas etnis, ras, suku dan agama. Ini merupakan suatu awal dari titik temu antara Nasionalisme dengan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. Yang dimana dikenal dengan gagasan NASAKOM. Dengan demikian, pemikiran Ir. Soekarno di Jogja sangat erat sekali dipengaruhi oleh dua pemikiran yaitu tentang ke-islaman dan marxisme.
Pada implementasinya, pemahaman atas dasar tersebut mampu kita interpretasikan ke dalam kehidupan sehari-hari guna untuk melanjutkan perjuangan presiden pertama kita untuk membawa indonesia lebih maju untuk kedepannya nanti, agar para generasi penerus bangsa tidak mudah dijajah dengan bangsa sendiri maupun bangsa lain. Karena seiring berjalannya waktu sudah banyak sekali dinamika yang terjadi di dalam negara indonesia, maka dari itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus bisa menjadi ujung tombak untuk memberantas segala ketidak adilan yang ada di negara ini demi terwujudnya kesejahteraan serta memperkuat satu kesatuan. Jangan sampai pemuda dijadikan sebagai alat politik kotor, karena politik itu santai, yang repot itu adalah para politikusnya. Hanya Ir. Soekarno lah presiden Indonesia yang tidak pernah menyalahkan kebijakan rezim sebelumnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.