Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dicky Mulya Ramadhani

Kepemimpinan Absurd dan Paradoks : Meneropong Arah Baru IMM DKI Jakarta

Politik | Monday, 13 Jun 2022, 02:26 WIB
Dicky Mulya Ramadhani Ketua Umum PC IMM Cirendeu

Musyawarah Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah akan digelar pada tanggal 24-26 Juni 2022 yang sampai saat ini belum sampai pada titik jelas dan terang dimana perhelatan pesta itu akan dilaksanakan. Sisaan waktu tinggal menghitung hari namun corak kepemimpinan yang mencla-mencle tak mampu melakukan persiapan yang sifatnya substantif untuk ajang refleksi dan resolusi di momentum yang saya kira sangat sakral untuk meneropong bagaimana seyogyanya IMM DKI Jakarta masa mendatang.

Tagline “Kolaborasi Berkemajuan” saya sebagai penulis pahami secara sederhana bahwa mulai sampai tahap waktu ini konsep itu hanya sebatas narasi verbal sloganistik belaka yang tak jelas tampaknya, hal itu bisa dilihat dengan ukuran sumbangsih kontribusi apa yang sudah ditorehkan kebelakang dan sekarang, serta bagaimana semangat baik bergulirnya narasi-narasi yang substantif dan pertarungan ide Gagasan tidak terlihat dengan atmosfer yang positif dan hangat menjelang Musyda ini. Di sisi lain tajuk itu hanya sabatas angan-angan yang saya kira utopis, terbukti tidak adanya kolaborasi berkemajuan DPD IMM DKI untuk mempersiapkan dan merajut itu semua, jangankan Pimpinan Cabang-cabang dan komisariat, ikhtiar kolaborasi berkemajuan tak mampu diakselerasikan dengan baik, untuk melakukan manfaat dan perubahan yang Domainnya padahal sentral di Ibukota Negara. Padahal idealnya Kolaborasi adalah proses bekerja sama untuk menularkan gagasan atau ide dan menyelesaikan masalah secara upaya kolektif guna menuju visi bersama. Di sebuah organisasi yang saling tergantung, kolaborasi menjadi kunci pemikiran kreatif. Kolaborasi itu penting untuk mencapai hasil terbaik saat menyelesaikan masalah yang rumit.

Pikiran yang kuat membicarakan ide, pikiran yang biasa saja membicarakan kejadian, pikiran yang lemah membicarakan orang lain (Socrates, Filsuf Yunani)

Sisa menghitung kurang lebih 10 hari perhelatan Pesta Demokrasi itu akan dimulai, jangankan membicarakan secercah ide gagasan baru yang hadir untuk arah Baru IMM Dki Jakarta ke depan nanti, mengurusi yang sifatnya teknis persiapan pesta saja tidak serius dan tak mampu melakukannya, maka tak heran saya menyebutnya dengan kepemimpinan yang absurd dan paradoks. Level kepemimpinan Daerah memperlihatkan marwah yang tak elok untuk diperlihatkan dan dicontohkan ketidak-becusan mengurusi organisasi ini.

Sirkulasi kepemimpinan pastinya berganti seiring berjalannya waktu dengan batas masa dan fase yang sudah ditentukan aturan main. Maka dari itu, paling tidak kita perlu mempotret, merefleksi bahkan dalam penghayatan yang dalam dan panjang sejauh mana progress kemajuan yang sudah dilakukan untuk ikatan tercinta ini.

Potret Keadaan, dan Resolusi Terobosan

DPD IMM DKI Jakarta, berpusat di jantung pusat roda pemerintahan Ibu kota Indonesia dengan posisi strategis dan menguntungkan. Kenapa demikian, karena segala sesuatunya ada di Jakarta-dan itu semua tergantung bagaimana kepemimpinan dan roda organisasi menjalankan tata kelola sebaimana fungsinya.

Banyak hal dan faktor sebenarnya mengapa pergantian kepemimpinan yang saya perhatikan dalam kurang dan lebih empat tahun kebelakang ini ketika saya masih di komisariat sampai sekarang di tingkat cabang Cirendeu tidak melakukan signifikansi arah perubahan yang transformatif.

Yang pertama, para musyawirin perlu memahami bahwasannya musyda merupakan forum Esensial. Momentum ini sebetulnya bukan hanya sebatas ajang pertentangan dan teriakan konteks Transaksional politik belaka yang sifatnya rutinan dan kebiasaan yang menjadi budaya buruk, lebih dari itu ini forum besar dan sakral yang bisa menorobos dan mampu meretas batas pemikiran untuk upaya kolektif menghasilkan keputusan penuh harapan guna signifikansi dan eksistensi Ikatan. Maka dari itu perlu ada upaya penjernihan, selektifitas dan sinergisitas dalam konteks perumusan gagasan dan pemilihan pemimpin. Namun itu semua kiranya perlu diiringi dengan Narasi dan Juga Aktualisasi.

Kedua, perlu dijalankan dengan cerdas dan cermat. Inilah ruang terbaik kader untuk upaya kolektif menyemai dan merajut kebersamaan dengan mengekspresikan pemikiran yang mengendap dalam ruang pikiran. Maka dari itu disitulah fungsi Pimpinan Daerah, cabang dan sampai Kader Komisariat untuk menyamakan presepsi agar nantinya memberikan kontribusi narasi dan gagasan yang konstruktif, hal itu perlu ditanam agar tidak hanya datang dengan miskin gagasan dan kosong pikiran dengan tangan hampa.

Ketiga, Musyda IMM DKI Jakarta adalah momentum sakral ruang dialektika gagasan, konsep dan narasi yang syarat makna untuk kemajuan Ikatan, Persyarikatan dan Kebangsaan. Forum Musyda kali ini harus kita jadikan sebagai dimensi yang merekatkan perbedaan antar sesama kader. Sudah saatnya IMM menjadi mercusuar baru, solusi bagi kompleksitas problem perkaderan, kebangsaan dan keumatan yang akut ini.

Musyda tidak boleh hanya sebatas di orientasikan sebagai sirkulasi pergantian kepemimpinan yang transaksional politik belaka di level Daerah, akan tetapi lebih dari itu Musyda juga harus subtantif dan membawa gelombang terobosan yang visioner dimana tumbuh suburnya cita-cita dan harapan era baru generasi Ikatan kedepannya yang penuh khidmat mencerahkan serta berkemajuan.

Keempat, saya rasakan dan terlihat dengan jelas bahwa tidak ada terobosan dan kemajuan yang signifikan dilakukan dengan penuh perjuangan, biasa saja dan sama saja, maka perlu adanya evaluasi yang serius dalam kepemimpinan periode ini mulai dari ketua umum dan tak bisa dilepaskan dengan bidang-bidang lain. Ini upaya evaluasi yang konstruktif dalam mengurai masalah pada sebuah sistem kerja organisasi.

Dengan posisi strategis, IMM DKI Jakarta harus mampu menjalankan fungsi gerakan Intelektual dan politik, dimana posisi peran dan posisi itu harus mampu menawarkan wacana strategis di tengah kondisi bangsa yang masuk pada fase rezim paranoid. Kader IMM DKI Jakarta harus mampu secara aktif dalam upaya mendorong terobosan-terobosan narasi gagasan yang dapat membawa implikasi yang baik, bijak, meneduhkan dan damai dalam upaya pengawalan keputusan-keputusan pemerintah yang kontra-produktif. Maka dengan itu IMM DKI mampu berupaya menjadi episentrum gerakan intelektual dan Politik dan menjadi Barometer kekuatan yang bukan hanya wacana praksis belaka.

Kelima, seluruh instrument stakeholders yang berkepentingan secara politik dan praktis hendaknya paham mengontrol diri dan porsi untuk melakukan sikap yang menerabas dan menghantam dengan dosis yang sangat overload (berlebihan). Menghindari pertentangan politik berlebihan yang membuat disparitas panjang persaudaraan ikatan. Lebih dari pada itu, keterlibatan dan konflik elit nantinya jangan sampai turun menjadi polarisasi perpecahan di akar rumput. Hal itu menimalisir Kader IMM akan tersandera konflik yang berkepanjangan. Elit IMM idealnya harus menyadari bahwa prosesi Musyda ini tidak terlepas dari ruh kaderisasi yang menghendaki keteladanan sikap yang anggun.

Keenam, Musyda kali ini diharapkan mampu melahirkan sosok pemimpin yang memiliki integritas dan kapabilitas pribadi yang matang, keteguhan sikap, kekayaan wawasan khazanah keilmuan, dan kecakapan organisatoris untuk memimpin IMM DKI Jakarta masa mendatang. Bahwa bila kita mempotret realitas kebangsaan, dalam kondisi sosial-politik-ekonomi bangsa yang tidak stabil, IMM seharusnya menempatkan dirinya sebagai meminjam istilah Ali Syariati yaitu Rausyhan Fikr, Social Controll dan Moral Forced (kekuatan moral), maka dari itu prasyarat utamanya adalah soliditas pikiran dan gerakan serta kondusifitas di tubuh IMM itu sendiri dengan kader yang autentik.

Pada akhirnya, idealnnya Musyda ini disambut dengan kegembiraan dan persiapan yang matang, serta kegiatan-kegiatan yang produktif bagi tercapainya Musyda yang efektif. Namun Kepemimpinan yang ambigusitas dan paradoks membuat organisasi seakan mati tanpa ada ruh dan optimisme gerakan. Ini cukup menjadi perenungan yang tidak akan terjadi pada sirkulasi kepemimpinan berikutnya. Masih ada secercah harapan yang mampu dihasilkan untuk IMM DKI Jakarta Berkemajuan, seraya dengan tajuk “ Kolaborasi Berkemajuan” Maka upaya kolektiflah yang akan membawa kita pada harapan-harapan dan muara yang mencerahkan.

Oleh: Dicky Mulya Ramadhani

Ketua Umum IMM Cabang Cirendeu

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image